IQRA.ID – KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau sering disapa Gus Baha saat mengisi pengajian Haul ke-62 KH Raden Asnawi Kudus pada 19 Februari 2020 menerangkan, dalam kitab Nashoihul Kitab, diceritakan bahwa Sayyidina Ali pernah memohon kasyaf kepada Allah. Berikut kisah selengkapnya.
“Ya Allah, saya minta kasyaf (mengerti alam gaib),” ucap Ali.
Diam-diam ternyata Sayyidina Ali itu jengkel terhadap Sayyidina Umar. Dalam benaknya, Umar bin Khattab itu orang yang begitu keras. Hal ini karena dalam kenangan Sahabat Ali, ia melihat setiap orang pernah dibentak oleh Sahabat Umar.
“Coba (Umar) berani membentak malaikat atau tidak,” kata Sayyidina Ali.
“Ya Allah, saya ingin melihat Umar ketika menghadapi Munkar-Nakir. Masih garangkah atau tidak?”
Setelah itu Sayyidina Ali mengalami kasyf. Ia melihat Sayyidina Umar bangun dari kubur, lalu duduk.
Akhirnya Malaikat Munkar dan Nakir pun mendatangi Umar. Di situ digambarkan kedua mata Malaikat itu seperti panci yang terbakar.
Melihat kejadian itu Sayyidina Ali senang sekali. “Baru kali ini kamu akan takut,” gumam Ali.
Tapi, ternyata tidak. Justru Sayyidina Ali bangkit dan membentak kedua malaikat itu.
“Kalian tahu, sedang menghadapi siapa?! Yang sopan!”
Munkar dan Nakir lantas kaget, karena tidak mengalami kejadian dibentak seperti itu.
“Memangnya kamu siapa?” tanya Malaikat.
“Saya ini teman kekasihnya Tuhanmu (أنا صاحب حبيب الله)!”
“Oh kamu temannya Nabi Muhammad?”
“Iya, saya Umar, temannya Nabi Muhammad!! Kamu harus hormat sama temannya kekasih Allah!!”
Akhirnya, Malaikat itu menghadap Allah lalu bertanya, “Ya Allah, apalah prosedur (pertanyaan alam kubur) ini bisa dinego?”
“Oiya, kalian kalau menghadapi kekasih-Ku jangan seperti itu.”
Semenjak itu, Malaikat Munkar dan Nakir jadi sopan santun.
Menurut Gus Baha, peristiwa ini merupakan kabar gembira. Tapi, kita ini kan tidak punya nyali untuk membentak Munkar-Nakir.
“Semoga dengan gelar kita seperti Doktor Tafsir, Doktor Tauhid, Guru Tauhid, atau paling tidak siswa terbaik dalam materi Tauhid, harus kita bawa status itu ketika di alam kubur,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, Kragan, Rembang.
“Sehingga nanti di alam kubur, ‘Saya ini rangking satu Tauhid, masak masih ditanya Man Rabbuka wa Man Nabiyyuka (siapa Tuhanmu dan siapa Nabimu?!’” lanjutnya.
Bagi ulama kelahiran tahun 1970 ini menilai bahwa cara demikian itu menurutnya sah-sah saja. “Anda tidak usah protes, ‘Mana dalilnya, Gus?!’ Tidak sudah dalil-dalilan,” ungkapnya.
Pokoknya, tambah Gus Baha, dalilnya adalah wali-wali Allah itu لاخوف عليهم ولاهم يحزنون (Tiada ketakutan dan tiada keresahan). Mereka tidak akan mengalami ketakutan baik di dunia maupun di akhirat.
“Bahkan, para malaikat mengatakan kepada para wali: نحن اولياءكم فى الحياة الدنيا وفى الأخرة (Kami [malaikat] adalah teman kamu, saudara kamu, mitra kamu. Masak mitra kok memukuli kan nggak fair),” tegas Gus Baha.