Gus Baha Jelaskan Sejarah Yahudi-Israel dalam Al-Qur’an dan Era Sekarang
KH Bahauddin Nursalim atau yang akrab dengan sebutan Gus Baha dalam suatu majelis pengajian kitab bersama para santri menjelaskan sejarah Yahudi yang diterangkan dalam Al-Qur’an serta perkembangannya di era sekarang.
Berikut penjelasan Gus Baha:
Saya terangkan ya, ayat ini populer sekali istilahnya:
Kullu hizbim bimaa ladaihim farihuun.
Di setiap kelompok, kelompok apa saja, baik internal agama maupun di luar agama seperti Yahudi, Nasrani, Islam. Kelompok dalam Islam itu sendiri, Nasrani itu sendiri maupun Yahudi sendiri pasti bangga dengan anggapan agama, faksi atau kelompok itu sendiri yang ada di dalamnya sendiri.
Saya hanya punya niat menerangkan istilah Yahudi. Yahudi itu istilahnya ada dua. Kalau sedang baik atau dianggap baik, ini istilah dalam Al-Qur’an ya, sudah dipakai untuk membaca Yahudi zionis sekarang.
Yahudi kalau baik atau sedang dianggap baik itu dianggap marga. Jadi, Nabi Ya’kub itu punya ayah namanya Ishaq. Ishaq punya ayah Ibrahim. Berarti Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim.
Ya’kub punya anak banyak. Yang sekandung hanya Yusuf dan Bunyamin. Sedangkan Yusuf dan Bunyamin punya saudara seayah banyak termasuk Yahuda, yang nanti akhirnya iri Nabi Yusuf lalu punya rekadaya (muslihat) disuruh membuang. Yahuda itu orang baik, orang sholeh pada akhirnya jadi Nabi.
Jadi saudara-saudara Nabi Yusuf itu usul supaya Yusuf itu dimusnahkan, dibunuh. Yahuda itu usul jangan dibunuh, dosanya terlalu besar membunuh, dibuang saja. Makanya orang Yahudi itu ya takut dosa karena kakek-kakeknya takut dosa.
La taqtuluu yuusufa wa alquuhu fii ghayaabatil jubbi yaltaqithu ba’dhus sayyaarah.
“Ya jangan dibunuh, dibuang saja di sumur, tapi ya yang kira-kira nanti ada yang menemukan. Jangan sumur yang mati. Karena kalau dibuang di sumur terus tidak ada yang menemukan itu sama saja membunuh.”
Nah, ini penting sekali saya terangkan. Saya itu karena risau, sangat risau. Ada buku liberal dan itu ada yang menganut buku itu, dikarang oleh intelektual muslim yang mengatakan “semua agama itu sama”.
Gara-gara dia salah dalam memaknai ayat:
Innalladziina aamanuu walladziina haaduu wannashaaraa wasshaabiina man aamana billahi wal yaumil aakhiri wa ‘amila shaalihan falahum ajruhum ‘inda rabbihim wa laa khaufun ‘alaihim wa laa hum yahzanuun.
Ini kan kelihatannya dari ayat ini, kata dia, kan ada kesejajaran, ada kesetaraan, yang iman, yang Yahudi, yang Nasrani, yang Shaabiin, asal mereka iman dan berbuat baik, ya surga.
Sehingga mereka bilang, bahwa Yahudi-Nasrani kalau yang baik ya sama dengan orang Islam masuk surga.
Saya itu sampai mati ya akan terus bilang seperti ini. Artinya menjelaskan, kan memang tugasnya ulama itu menjelaskan.
Ini dengarkan serius supaya tidak salah!
Kalau Yahuda dengan makna dia keturunan Yahuda bin Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim. Tentu ini nama marga.
Orang mana saja, mau orang Palestina, Lebanon, mau orang Mekkah, Madinah kalau keturunannya Yahuda disebut Yahudi.
Paham ya, disebut Yahudi…!
Tentu atas nama keturunan ini dia bisa seorang Muslim yang baik, atau orang Yahudi cekek (asli) atau orang Nasrani cekek atau orang Ateis. Tapi, tetap namanya Yahudi karena kakek-kakeknya itu Yahudi.
Nah, di ayat walladziina haaduu itu di sini Yahuda marga. Jadi, bukan Yahudiyah satu paham yang anti Muhammad, anti Islam. Itu pasti jeleknya!
Paham nggeh…? Paham yang saya maksud.
Saya ulangi lagi ya. Qur’an itu turun menggunakan istilah resmi. Lalu ada istilah yang datang kemudian. Lah yang datang kemudian ini musibahnya dianggap pakem, lalu digunakan untuk memaknai Qur’an yang turun lebih dulu.
Anda saya beri contoh yang paling gampang. Pasti paham..!
Istilah dalam Qur’an iblis itu malaikat apa bukan? Malaikat.
Fasajadal malaaikatu kulluhum ajmauun illaa ibliis.
Berarti istilah Qur’an, iblis itu malaikat. Kemudian kita waktu ngaji zaman madrasah, zaman musholla, zaman masjid, setiap kiai itu bicara bahwa definisi malaikat itu makhluk yang tidak pernah bantah dan mengingkari Allah.
Sehingga orang lalu kaget ketika suatu saat ngaji Tafsir Jalalain diceritakan iblis itu malaikat. Malaikat kok begitu Padahal definisi ini datang setelah ayat itu turun.
Definisi tersebut untuk memudahkan. Pokoknya yang namanya malaikat itu tidak pernah bantah, tidak pernah mikir. Pokok kalau disuruh langsung nurut.
Lah seperti itu. Zaman sebelum Qur’an turun namanya Yahuda itu yang keturunannya Yahuda.
Paham nggeh…! Ini dengarkan serius.
Sehingga dipuji ya mungkin karena keturunannya yang jadi orang baik ya banyak.
Dahulu Israel itu nama orang. Makanya kalau orang baik ya banii israaiila lalu akhir ayat wa annii faddholtukum ‘alal ‘aalamiin.
Ini Israel yang baik, yang iman. Dengarkan serius! Ini kalau kalian salah itu fatal!
Suatu saat lahir sebuah nama negara (nation) yang disebut negara Israel. Yaitu yang sekarang jadi tetangganya Palestina.
Sehingga orang Afrika, orang Amerika, keturunan Jerman, siapa saja yang bermukim di situ, ber-KTP di situ disebut bangsa Israel. Paham nggeh…?
Tentu ini bukan orang Israel yang wa annii faddholtukum ‘alal ‘aalamiin. Paham nggeh…?
Kalau Israel negara yang datang kemudian, lalu kamu analisis, “Itu Bani Israel yang tukang merusak dunia, karena ayatnya: laa tufsiduuna fil ardhi”.
Ya kalau ketepatan waktu itu jelek, kalau ketepatan ayat ya banii israaiila sampai wa annii faddholtukum ‘alal ‘aalamiin, berarti ini kan bangsa pilihan.
Makanya, ini pentingnya ngaji…!!
Jadi, setiap ada Qur’an ‘Yaa banii israaiila‘ itu keturunan Israel secara genetika, secara nasab!
Anda lihat di Jalalain dan tafsir mana saja. Yaa banii israaiila itu maksudnya aulaada ya’kub (anak keturunan Ya’kub).
Dan itu untuk mengkhitobi keturunan nabi Ya’kub yang saat itu hidup di Mekkah Madinah, bukan bangsa Israel yang sekarang bermusuhan dengan orang Palestina!
Lalu setelah berlalunya zaman bangsa Israel itu berubah jadi nama negara. Ini tidak ada hubungannya dengan bani Israel yang ada di Qur’an.
Kalau mereka pas ketepatan keturunannya Ya’kub ya ada hubungannya, kalau tidak, ya tidak. Karena yang sedang berada di Palestina bisa orang Afrika, Amerika, siapa saja yang secara negara ber-KTP Israel.
Yahuda di Qur’an, saya tunjukkan ya beberapa orang Yahudi yang dipuji Qur’an. Innalladziina aamanuu walladziina haaduu wannashaaraa wasshaabiina (إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ), itu karena marga.
Lah kalau anda tanya, “Kalau wannashaara (وَالنَّصَارَىٰ), Gus?”
Lafal وَالنَّصَارَىٰ pada ayat itu artinya nashara dari kata nushraanu Isa. Orang Arab kalau menyebut menolong itu nashara. Naasir jika dijamakkan menjadi anshar (أنصار).
Jadi orang yang pernah menolong Nabi Isa disebut nashara. Lha menolong Isa, menolong Nabi Isa sebagai orang baik, sebagai Nabi ditolong, makanya dipuji Nasrani karena pernah menolong Nabi Isa.
Nashara yang maknanya menolong Nabi Isa ini, nashara yang bukan trinitas, nashara yang bukan Kristen Katolik, Protestan. Nashara yang pernah menolong Nabi Isa.
Nah, itu yang dimaksud ayat di akhir juz 6:
Latajidanna asyaddan naasi ‘adaawatan lilladziina aamanul yahuuda walladziina asyrakuu, walatajidanna aqrabahum mawaddatan lilladziina aamanuul ladziina qaaluu innaa nashaaraa.
“Muhammad, kamu akan menemukan kelompok yang sangat mencintai kamu Muhammad. Yaitu mereka yang mengaku Nasrani.”
Tapi, bukan Nasrani yang bahasa Indonesia, nashara yang menolong Isa.
Nah, kalau Nasrani yang trisnitas yaitu nashara yang disebut:
laqad kafaral ladziina qaaluu innallaha tsaalitsu tsalaatsatin.
Nah, Anda itu jangan kaget ya. Ada nashara yang dipuji Qur’an itu nashara yang maknanya bukan trinitas dari kata nashrun naasir nashara. Nah, itu yang dimaksud nashara di akhir juz enam.
Kalau anda tanya, pemberian nama yang dibuat orang fikih atau tarikh (sejarah) itu pemberian nama yang dibakukan disebut pemberian nama secara istilahi.
Pemberian nama yang digunakan Qur’an itu rata-rata masih mengakui pemberian nama secara lughawi karena Qur’an itu turun bilisaanin ‘araabiyyin mubiin. Jadi, masih bisa memakai genetik bisa memakai tasmiyah atas nama lughat (bahasa).
Simak sumber video pengajian ini: klik >> “Gus Baha – Sejarah Yahudi-Nashrani”