KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha dalam suatu pengajian kitab bersama para santri menjelaskan tentang keyakinan terhadap hukum dan ilmu khususnya yang berkaitan dengan aturan menghadap kiblat dalam ibadah shalat.
[Link versi video ada di bawah]
Berikut penjelasan Gus Baha:
Keyakinanmu, bumi itu bulan atau tidak? Keyakinannya orang modern, bumi itu bulat bola.
Sekarang jika bumi itu bulan seperti bola, maka bagi orang di Texas Amerika, letak Ka’bah itu tepat di bawah mereka (wilayah Texas).
Lalu shalat mereka menghadap ke Timur atau Barat? Utara atau Selatan? Kan sama.
Lha iya, ada jarak kan karena ada Rubu’ (arah mata angin). Makanya dalam ilmu Falak (astronomi Islam) kan diajarkan Rubu’, sebab ada jarak Timur, Barat, Utara, Selatan.
Kalau seperempat (rubu’) bagaimana? Setelah seperempat kan tidak ada jarak. Misal, bulat bola. Bumi itu bulat, Ka’bah di bawah lalu kamu di atas, kira-kira shalatmu menghadap ke mana?
Kira-kira pilihannya apa? Menghadap ke Utara ya sampai, ke Selatan ya sampai, ke Timur ya sampai, ke Barat ya sampai. Kan sama-sama sampai.
Kalau Rubu’ kan jelas. Kita di Timurnya atau di Baratnya. Tapi, kalau misalnya atas-bawah?
Sayyid Muhammad pernah ditanya,
(Bagaimana ketika berada di Texas shalat, Anda shalat menghadap ke mana?)
“Sebenarnya, menghadap ke Barat itu boleh, Timur juga boleh. Tapi, aku memilih menghadap Timur.”
Itu jadi guyonan ulama.
Seandainya kita menuruti ilmu (ilmu menghadap kiblat), orang Indonesia menghadap ke Timur juga boleh.
“Pada akhirnya kan sampai (Ka’bah) juga!”
Ya repot kan?!
Kalau bumi itu bulat bola, menghadap ke mana saja searah kan?! Sampai juga kan?!
Ya edan semua kalau nanti mengikuti ilmu!!
Kalau begitu, mengikuti ilmu apa hukum? Kalau ikut tetap hukum, paham nggeh?
Tapi hukum itu kadang-kadang harus kamu langgar! Sebab, kalau diimani nemen-nemen (terlalu serius), hukum itu anti ilmu.
Makanya ada ayat:
“…maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah…” (QS. Al-Baqarah: 115)
Misalnya, ketika orang sedang berperang, maka shalatnya bebas menghadap kiblat. Shalatnya orang dalam perjalanan, seperti di pesawat, shalatnya bebas menghadap kiblat.
Karena, kadang Allah juga menggunakan ilmu: “Menghadap ke mana saja ya sama saja.”
Itulah Allah, jadi ilmu boleh kamu imani.
Soal hukum, orang Indonesia harus menghadap ke Barat.
Tapi, Allah mempunyai beberapa contoh, kita tidak harus shalat menghadap ke Barat, yaitu shalat sunnah fi safar (dalam perjalanan) dan shalat fi syiddatil khauf (dalam peperangan).
Jadi, hukum jangan menggeser ilmu, ilmu juga jangan menggusur hukum!
Link Sumber Pengajian Versi Video: