Hidup adalah tentang menikmati keadaan yang sudah disajikan Tuhan. Untuk dapat dikatakan hidup, kita tidak harus selalu merasa bahagia atau selalu merasa berduka. Bahagia dan duka selalu datang beriringan.

Kita tidak dapat merasakan bagaimana nikmat kebahagiaan jika tidak pernah merasakan betapa pedihnya penderitaan. Kita tidak dapat mendeskripsikan kondisi damai jika tidak pernah mengalami pertikaian. Itu sebabnya kondisi yang tidak membahagiakan, kecewa, terluka, putus asa, konflik, perang dan lain sebagainya tidak bisa kita hindari. Namun, dapat kita kelola.

Akhir-akhir ini istilah insecure sering disinggung dalam perbincangan kalangan muda. Insecure merupakan suatu kondisi di mana seseorang menjadi tidak percaya diri, merasa terintimidasi, adanya perasaan takut, gelisah, cemas, sampai kondisi merasa tidak aman karena mengikuti standar pergaulan sosial.

Seperti yang dikemukan Aloysius dalam risetnya bahwa 52,6% penyebab insecure karena memikirkan perkataan orang di sekitarnya dan 92,1% perempuan menjadi tidak percaya diri karena faktor standar sosial pergaulannya.

Insecure muncul karena faktor lingkungan (dari luar diri). Seperti merasa dipandang sebelah mata atau merasa diremehkan oleh orang lain. Insecure juga muncul karena faktor dari dalam diri kita sendiri karena merasa kesepian atau terlalu dalam menerapkan standar perfeksionis.

Sebagian besar manusia baik laki-laki maupun perempuan pernah merasa dan berada pada kondisi insecure. Menurut riset yang dilakukan Aloysius dkk di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta, 62,3% perempuan pernah mengalami kondisi insecure dalam rentang waktu yang lama. Seperti 23,68% orang yang merasa insecure karena kondisi fisik.

Hal ini banyak terjadi seperti halnya body shaming. Di mana seseorang memberikan perlakuan bullying atau mengintimidasi karena kondisi fisik. Selain faktor lingkungan dengan adanya body shaming, adakalanya penyebab kita merasa insecure karena kondisi fisik adalah kurangnya rasa bersyukur hingga kadang kita mempertanyakan mengapa terlahir dengan kondisi fisik yang demikian.

Selain karena kondisi fisik, insecure juga kerap dialami kaum perempuan dewasa ketika teman sebayanya sudah menikah. Pertanyaan “kapan menikah?” kerap mengganggu dan membuat risih sampai kadang kita bertanya dengan diri sendiri “apakah saya tidak cukup layak untuk mendapatkan jodoh?”

Atau “apakah status single saya mengganggu aktivitas sosial sehingga saya harus menikah?”. Kondisi yang sama juga dirasakan laki-laki. Sederet pertanyaan-pertanyaan tersebut kerap kali menyudutkan diri sendiri sehingga menyebabkan mental illness atau kondisi mental yang terusik atau mental tidak sehat.

Allah melalui QS. Ar-Rum ayat 22 dan QS. Al-Hujurat ayat 13 menjelaskan bahwa perbedaan di antara kita merupakan tanda kekuasaan Allah. Perbedaan yang begitu beragam di antara manusia tidak menjadi skala penilaian Allah terhadap kita, kecuali tingkat takwa.

Sebagaimana HR. Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah bahwa “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta manusia, tapi Allah melihat hati dan amal manusia”.

Lagipula, jika kita terlahir dengan kondisi fisik yang sama persis, bagaimana kita bisa menikmati keindahan dan merasakan ketakjuban?

Penyebab insecure muncul melalui faktor dalam diri kita juga dikarenakan kurangnya rasa bersyukur akan kondisi duniawi. Melalui QS. Al-A’la ayat 16-17 Allah mengingatkan kita bahwa kehidupan akhirat lebih kekal dan terlalu fokus pada urusan dunia hanya meninggalkan kesia-siaan.

إِنَّ هَٰذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَىٰ * وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Tetapi kamu memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal.”

Selain terus belajar bersyukur atas segala nikmat dan kemudahan yang Allah berikan, memilih lingkungan pergaulan juga merupakan cara mengatasi insecure yang datang dari luar diri kita.

Mulailah memilih lingkungan yang mendukung, berteman dengan orang-orang yang memberi dampak positif, yang mau berbagi ilmu dan pengetahuan, yang memahami bahwa kita memiliki kelemahan juga memiliki kelebihan.

Sadarilah bahwa masih banyak orang yang menyayangi kita. Setiap kelahiran manusia adalah anugerah bagi manusia lainnya dan berkah bagi lingkungan di sekitarnya. Saat kita merasa bahwa hidup menjadi tidak berarti lagi, coba bertanya kembali pada dirimu, apa benar diri kita sudah tidak memiliki arti.

Bukankah anggapan tersebut hanya penilaian emosional sesaat saja. Tenangkan dirimu, coba lihat di sekitarmu dan ingat apa saja yang telah berhasil kamu lalui hingga bertahan sejauh ini. Ingat perjalananmu dan temukan bahwa setiap manusia berarti, termasuk dirimu.

Insecure menyebabkan kita mengalami overthinking, berlebihan dalam memikirkan hal-hal yang semula dan pada dasarnya tidak merugikan kehidupan kita. Terjebak pada kondisi insecure hanya mendatangkan banyak penyakit-penyakit mental yang secara perlahan berpengaruh pada stamina fisik kita.

Mulailah berdamai dengan diri sendiri. Terima dirimu dengan segala yang melekat, entah itu sesuatu yang membanggakan atau sesuatu yang kamu anggap sebagai kekurangan. Untuk menjadi manusia memang harus memiliki kekurangan.

Jangan malu dan khawatir akan kekuranganmu, sebab kekurangan itu yang menjadikanmu layak sebagai manusia agar membutuhkan manusia lainnya, agar membutuhkan campur tangan makhluk lainnya.

Ubahlah insecure karena kekuranganmu untuk berbenah. Kamu bisa menerima dirimu apa adanya dan seutuhnya tanpa berhenti berbenah. Jika hari ini kamu bersedih karena teman-teman mencemooh berat badanmu, atau mereka lebih pintar di kelas daripada kamu, tidak masalah.

Kamu bisa mulai berbenah untuk pola hidup yang sehat, kamu juga bisa semakin semangat belajar. Lakukan semua itu karena kamu mencintai dirimu. Kamu berharga, dan kamu bisa lebih baik dari hari ini.

Leave a Response