Bulan Muharam merupakan bulan umat Islam diharamkan untuk berperang, berdebat, dan berbuat maksiat. Karena bulan muharam ini merupakan bulan mulia. Maka, di bulan Muharam ini umat Islam menyambut dengan tradisi, khususnya masyarakat Indonesia banyak mengadakan tradisi puasa, tirakatan, karnaval, dan arak-arakan kebo kiai Slamet di Solo.
Keistimewaan bulan Muharam banyak dijelaskan dalam kitab-kitab kuning, seperti peristiwa penting di dalamnya (bulan muharam). Hari ke sepuluh bulan muharam umat Islam biasa disebut dengan bulan Asyura merupakan bulannya Allah. Ada pun keajaiban bulan asyura pernah dijelaskan sebuah hikayat dalam syarh Irsyadul Ibad (49): Imam Yafi’i pernah melihat keajaiban bulan Asyura semua hewan buas atau melata pada puasa.
Sebuah hikayat, di Mesir ada seorang laki-laki saudagar kurma yang namanya ‘Athiyah bin kholaf. Suatu saat ia menjadi fakir (bangkrut) atas usahanya dan tidak tersisa satupun hartanya kecuali satu pakaian untuk menutupi aurat. Maka ketika datangnya bulan Asyura, sholatlah ‘Athiyah (sholat subuh) di dalam masjid Amar bin Ash di Mesir untuk tujuan berdo’a. Karena adat kebiasan masjid ini tidak bisa dimasuki kaum wanita, kecuali bulan Asyura di buka untuk umum bertujuan untuk berdo’a.
Maka ‘Athiyah berdoa bersama jamaah, setelah bermunajat ‘Athiyah pergi uzlah meninggalkan keramaian dari wanita, karena takut untuk dimintai sesuatu wanita-wanita janda yang membawa anak yatim. Maka ada salah satu wanita tiba-tiba mendatangi ‘Athiyah dengan membawa anak.
Maka tiba-tiba wanita itu mengucap “billahi minta tolong agar engkau bisa memprioritaskan aku dan anak ini untuk ditolong dengan sesuatu?”
Kemudian ‘Athiyah bertanya, “Apakah tidak ada bapaknya anak ini?” Wanita ini menjawab bapaknya anak ini sudah meninggal dan tidak meninggalkan warisan. Karena wanita ini syarifah (wanita yang tidak pernah keluar rumah, tidak pernah ketemu laki-laki kecuali suaminya) aku keluar semata-mata dengan dhorurat agar bisa makan dengan minta-minta terpaksa keluar .
Dengan mendengar curhatan wanita ini agar minta ditolong oleh ‘Athiyah. Maka ‘Athiyah dalam hatinya berkata (agak bingung) padahal aku sudah tidak punya harta apapun kecuali pakaian ini. Kalau pakaian ini aku lepas, dan saya kasihkan maka aku akan telanjang. Dalam batinnya (‘Athiyah) kalau tak tolak permintaanya tidak aku kasih, alasan apa nanti besok di akhirat bertemu Rasulullah saw. ditegur, kenapa kamu tidak menolong orang fakir?”
Maka ‘Athiyah mengajak ke rumahnya sesampai di depan pintu rumah, tiba-tiba ‘Athiyah suruh berhenti wanita dan anak yatim itu. Dan kemudian masuk rumah melepas bajunya yang bagus untuk dikasihkan si wanita dan ‘Athiyah memakai sarung jelek. Kemudian memberi sambil membuka pintu sedikit, pakainya untuk suruh menjualnya di pasar.
Maka wanita ini berdo’a Albasaqallah min khulalil jannah semoga Allah memberikan pakaian surga kepadamu. Dan seumur hidup tidak menyebabkan kamu punya hajat tidak membutuhkan bantuan orang lain, maksudnya dicukupi oleh Allah. Maka ‘Athiyah hatinya gembira dengan doa wanita yang ditolongnya. Kemudian ‘Athiyah berdzikir dan berdoa di rumah sampai tengah malam.
Kemudian tertidur sampai bermimpi bertemu bidadari yang belum pernah dilihatnya. Dan membawa buah apel harumnya memenuhi langit dan bumi, kemudian apelnya di belah. Pas waktu dibuka isinya pakaian surga. Kemudian dipakaikanya bidadari untuk si ‘Athiyah sambil duduk di dalam pangkuanya si ‘Athiyah.
‘Athiyah bertanya gerangan siapa? Maka bidadari jawab “akulah Asyura”. Karena kamu bersodaqah pakaian di bulan asyura dan akulah asyura. Akulah calon istrimu di surga. Dengan sebab apa aku mendapatkan semua kemuliaan dan kehormatan ini? Dengan sebab berkat doanya si wanita janda yang fakir dan anak-anak yatim.
Kemudian spontan terbangun tidurnya dan merasa senang yang tidak bisa dibayangkan si ‘Athiyah. Adapun di sekeliling tempat tidur baunya harum. Setelah itu berwudu dan salat dua rakaat karena bersyukur. Kemudian berdoa ilahi inkana manami haqqan (kalau mimpiku yang tadi benar-benar nyata) dan itu calonku di surga maka butakan aku sekarang juga. Sebelum menyempurnakan doanya sampai selesai Allah berkenan mencabut nyawanya si ‘Athiyah. Dan langsung mendapatkan surganya Allah. Mengutip syarh Irsyadul ibad (49/50).
Dari hikayat di atas mengajarkan kita pada zaman postmodernisme ini agar memandang manusia itu dengan pandangan kasih sayang. Bukan membedakan mana muslim dan non muslim. Karena, kita hidup bukan untuk apa-apa melainkan untuk memahami luasnya rahmad Allah.
Maka dengan datangnya bulan yang mulia ini yaitu bulan Asyura banyaknya keistimewaan atau fadhilah untuk berlomba-lomba mengamalkanya agar mendapatkan rahmatnya Allah. Menelisik datangnya bulan yang penuh rahmat ini banyak amalan atau fadhilahnya bulan Asyura.
Dari kiai saya, KH. Aminudin Ihsan. Lc. M.A pernah memberikan petuah bulan asyura, yaitu dengan mengamalkan puasa bulan asyura agar diampuni dosa 50 tahun, memakai celak fadhilahnya untuk dilindungi Allah dari penyakit mata, sholat mutlak 4 rakaat setiap rakaat membaca surat Al Fatihah rakaat pertama dan rakaat kedua membaca surat Al Ikhlas 51 kali, dan mengajarkan santrinya untuk mencintai dan berkunjung ke orang alim agar mendapatkan syafaat.
Memperbanyak dzikir, membaca surat al Ikhlas 1000 kali, serta bagi yang berumah tangga untuk membuat kejembaran atau memperluas uang belanja anak istri agar mendapatkan fadhilahnya diberikan kecukupan Allah selama setahun, membaca ayat kursi 360 kali, serta yang terakhir yang paling sederhana potong kuku.
Dari semua keistimewaan di bulan Asyura ini kesempatan kita untuk memperbaiki diri agar Allah memberikan welas asih atau kasih sayang kepada kita.