Ibnu Bajjah adalah satu di antara para filsuf Muslim yang lahir dari peradaban Islam di dunia Barat, yang banyak menulis tentang filsafat Aristoteles dan mengkritik pemikiran Imam Al-Ghazali yang mengatakan bahwa ilham adalah sumber pengetahuan yang paling penting dan terpercaya. Beliau menolak pandangan tersebut dengan mengatakan bahwa seseorang dapat mencapai puncak makrifat dan meleburkan diri dalam akal, jika ia terlepas dari keburukan-keburukan masyarakat.

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu as-Shayigh Ibnu Bajjah, lahir di Saragozza, Andalusia kini Spanyol sekitar tahun 1070 M, riwayat lain beliau lahir 1095 M. Di Barat, namanya  dikenal dengan nama  Avemvace. Masa kelahiran Ibnu Bajjah adalah masa di mana dinasti-dinasti kecil di Andalusia mengalami masa-masa terakhir.

Tidak banyak yang diketahui bagaimana masa mudanya, dan siapa saja gurunya yang berjasa dalam membentuk Ibnu Bajjah menjadi filsuf handal. Akan tetapi, beliau merampungkan pendidikan akademiknya di Saragozza, karena ketika pergi ke Granada beliau telah menjadi seorang sarjana bahasa dan sastra Arab yang ulung serta menguasai berbagai ilmu pengetahuan.

Ibnu Bajjah dikenal sebagai salah seorang filsuf besar Muslim dari Spanyol dan mempunyai pengetahuan luas. Beliau juga seorang Dokter, Psikolog, Fisikawan, Botanis, dan Sastrawan. Menurut Ibnu Khaldun, beliau juga seorang ahli eksakta, musikus, dan komposer lagu-lagu pop. Dan mempunyai kemahiran dalam memainkan musik gambus.

Ibnu Bajjah dan Ibnu Thufail adalah pengkritik pendapat-pendapat Ptolemaios dengan berdasarkan pada kosmologi Aristoteles. Selain itu, pemikirannya banyak dipengaruhi Al-Farabi dan banyak mempengaruhi pemikiran Ibnu Rusyd.

Ketika Saragozza jatuh ke tangan Al-Movarid atau Al-Muwahidun, Ibnu Bajjah yang diperkirakan masih berumur 20 tahun menjabat sebagai Wazir Gubernur Berber, yaitu Abu Bakar Ibrahim as-Sahrawi, yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Tifalwit.

Ketika pindah ke Syatibah di Afrika Utara, Ibnu Bajjah ditangkap karena dianggap murtad oleh pemimpin Al-Muwahidun yaitu Yusuf Ibnu Tasyufin, karena pikiran filsafatnya yang asing bagi masyarakat Islam di sana yang dikenal dengan ortodoksinya. Berkat jasa Ibnu Rusyd yang merupakan muridnya sendiri, Ibnu Bajjah dilepaskan. Kondisi masyarakat berber yang belum bisa menerima kerangka berfikir filosofis, memaksa Ibnu Bajjah pergi ke Fez, Maroko.

Di antara karyanya dalam filsafat yang terkenal adalah Tadbir al-Muthawahhid, yang di dalamnya banyak menjelaskan atas risalah Al-Farabi dalam masalah logika. Karya lainnya adalah Filsafat al-wada’ yang berisi tentang uraian penggerak pertama dan tujuan sebenarnya bagi wujud manusia. kemudian ada Tardiyyan, yang berisi tentang catatan dan pendahuluan.

Ibnu Bajjah mengembangkan beragam ilmu pengetahuan di zaman kekuasaan Murabithun. Beliau juga dikenal sebagai penyair hebat, piawai bermain musik, terutama musik gambus dan dikenal sebagai politikus ulung.

Dalam pandangan Ibnu Bajjah, manusia boleh berhubungan dengan akal fa’al melalui peraturan ilmu pengetahuan dan pembangunan potensi manusia. Manusia juga boleh mendekati Tuhannya melalui amalan berfikir dan tidak harus melalui amalan tasawuf yang dikemukakan oleh Al-Ghazali.

Dengan ilmu dan amalan berfikir tersebut, segala keutamaan dan perbuatan moral dapat diarahkan untuk memimpin serta menguasai jiwa. Beliau meyakini usaha ini dapat menumpas sifat hewani yang bersarang dalam diri manusia.

Pemikiran filsafatnya meliputi tentang epistimologi, yaitu akal dan pengetahuan. Kemudian metafisika, moral atau etika, politik, jiwa. Pemikiran lain yang dikemukakan oleh Ibnu Bajjah selain di atas adalah tentang metafisika yang tergambar dalam pandangannya tentang wujud jiwa. Yaitu wujud materi dan bentuk.

Dalam pandangannya, materi dapat bereksistensi tanpa bentuk. Seperti storm (aliran listrik), yang tidak dapat digambarkan bagaimana bentuknya, tetapi dapat dibuktikan adanya melalui sinar pada lampu dan sebagainya. Pandangan ini dikemukakan oleh Ibnu Bajjah untuk membatasi keinginan mengkaji tentang Tuhan, apakah Tuhan itu materi berbentuk atau tidak. Hal ini selaras dengan hadis Rasulullah saw. ;

تفكروا في خلق الله ولاتفكروا في ذات الله

Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah Swt. dan janganlah kamu  berpikir tentang dzat Allah Swt.

Di antara karyanya selain yang disebut diatas adalah Risalatul Ittishal, yang membahas tentang pembagian manusia yaitu kaum awam, kaum khawas, dan kaum bahagia. Kemudian  Kitab an-Nafs,  yang membahas tentang jiwa.

Leave a Response