Ibnu Thufail adalah salah satu filsuf muslim yang lahir dari kejayaan peradaban Islam di barat, yaitu di Andalusia. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail al-Qaisi al-Andalusi, dengan nama populernya di dunia Barat Abubacer dan di dunia Timur dengan nama Ibnu Thufail.
Beliau lahir di Wady Asy, sebuah daerah yang dekat dengan Granada, tepatnya di kota Guadix pada tahun 506 H /110 M. Beliau merupakan keturunan suku Arab terkemuka, yaitu suku Qais.
Tidak banyak sumber literatur yang menjelaskan tentang keluarga dan pendidikannya, namun karir awalnya adalah seorang dokter praktik di Granada. Karena ketenarannya sebagai seorang dokter, kemudian Ibnu Thufail diangkat menjadi sekretaris gubernur, yaitu pada tahun 1154 M. tepatnya sekretaris gubernur Cueta dan Tangier oleh penguasa Dinasti Muwahidun pada masa awal. Pada masa khalifah Abu Ya’kub Yusuf (558-580 H/1163-1184 M), Tbnu Thufail menjadi dokter tinggi Istana dan qadhi pengadilan.
Di masa Abu Ya’kub, Andalusia disebut sebagai tempat kelahiran kembali negeri Eropa. Karena di masa pemerintahannya banyak memberikan kebebasan berfikir, salah satunya adalah kebebasan berfilsafat, sehingga tumbuh pemikiran-pemikiran filsafat dan metode ilmiah.
Ibnu Thufail adalah orang yang berjasa dalam mengenalkan Ibnu Rusyd kepada para pemimpin kerajaan pada waktu, sehingga Ibnu Rusyd disuruh untuk menulis komentar tentang pemikiran Aristoteles.
Di antara kegiatan ilmiah Ibnu Thufail adalah ilmu kedokteran, sastra, matematika, dan filsafat. Tetapi beliau lebih dikenal sebagai seorang filsuf muslim, dokter, dan novelis. Pemikiran Ibnu Thufail tentang filsafat meliputi fisika, metafisika, dan kewajiban. Salah satu karyanya dalam filsafat sekaligus sastra adalah Risalah Hay bin Yaqzan yang merupakan intisari filsafat Ibnu Thufail.
Dalam pemikiran filsafatnya tentang metafisika atau ilahiyah, Ibnu Thufail menjadikan gerak alam sebagai dalil adanya Alllah Swt. Sesuatu yang bergerak tidak mungkin bergerak sendiri tanpa penggerak yang berada di luar alam dan berbeda denganya, dan penggerak tersebut adalah Allah Swt.
Dalil gerak sebagai bukti adanya Allah Swt., tidak bertentangan dengan Alquran, karena banyak ayat yang menganjurkan manusia untuk mengamati dan memikirkan fenomena alam. Allah Swt. adalah pemberi wujud kepada makhluk, namun Dia tidak mungkin dirasai dan dikhayalkan.
Sedangkan dalam Hay bin Yaqzan, salah satu tujuan Ibnu Thufail adalah ingin mengemukakan tentang urutan tangga pengetahuan yang ditempuh oleh akal, mulai dari objek-objek indrawi yang khusus sampai kepada pikiran-pikiran universal. Dan juga untuk menyelaraskan antara filsafat dan agama, serta penyesuaian antara akal pikiran dengan syari’ah.
Hay bin Yaqzan sendiri adalah roman filsafat dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri disebuah pulau tanpa hubungan dengan manusia lainnya, kemudian bisa menemukan kebenaran dengan pemikiran yang masuk akal. Dalam kisah tersebut, Ibnu Thufail menampilkan kisah seorang bayi yang terdampar di hutan dan dirawat oleh seekor rusa sampai bayi tersebut dewasa.
Tanpa latar belakang sosial budaya, bayi tersebut tumbuh dewasa dengan intelegensi yang tinggi dan mampu mencapai tingkat spiritualitas yang paling tinggi. Sehingga ia mampu menyingkap rahasia di balik dunia dan mencapai titik musyahadah, hingga akhirnya menemukan kebenaran.
Sebuah karya fenomenal yang berbau filosofis mistis tentang bagaimana akal pikiran mampu menangkap, merenungkan dan menyimpulkan bahwa segala sesuatu ada yang menggerakkan dan penggerak itu tiada lain adalah Allah Swt.
Peradaban modern di Barat sangat berhutang budi kepada Ibnu Thufail, yang telah menginspirasi kebangkitan Barat. Melalui karya-karyanya, Ibnu Thufail juga memberikan sumbangsih dalam kemajuan peradaban Islam menuju puncak kejayaan. Sedangkan karyanya yang terkenal dikalangan masyarakat Barat, dan mempunyai kontribusi besar terhadap peradaban mereka adalah Philosophus Autodidactus. Yang merupakan respon terhadap pemikiran Al-Ghazali.
Di antara karya-karya yang ditulis oleh Ibnu Thufail adalah Muraja’at Wa Mabahits, Arjuzah Fi At-Thib, Risalah Hay Yaqdzan Fi Asrar Al-Hikmah Al-Masyriqiyyah. Ibnu Thufail meninggal pada tahun 581 H/1186 M di Maroko, dengan meninggalkan berbagai karya yang bisa nikmati hingga saat ini.