Ramadhan merupakan bulan penuh berkah yang senantiasa dinanti umat Islam. Dalam bulan ini pintu rahmat dibuka lebar, kebaikan terasa ringan untuk dilaksanakan, dan pahala amal baik dilipatgandakan.
Pada malam hari, cahaya syiar Islam begitu terang mengalahkan sinar matahari di siang hari. Terlebih pada 10 malam terakhir, umat Islam berlomba-lomba dalam mengais pahala agung yang tercecer di mana-mana.
Mereka menghidupkan malam dengan membaca Al-Qur’an, membaca beragam zikir, shalat malam, sambil ber-i’tikaf di masjid dekat rumah mereka.
Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari—pendiri jam’iyyah Nahdlatul Ulama—dalam salah satu karyanya yang berjudul Audlah al-Bayān fī mā Yata’allaqu bi Wazhā`if Ramadlān, menukil salah satu hadis Nabi mengenai bulan Ramadhan.
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Ibn Khuzaimah dan Imam al-Baihaki dalam dua kitab sahih mereka. Hadis yang dinilai sahih oleh Imam Baihaki ini memuat khutbah (pidato) Nabi Muhammad yang disampaikan kepada para sahabatnya di akhir bulan Sya’ban. Khutbah ini memuat beberapa pesan Nabi kepada sahabatnya terkait kehadiran bulan yang penuh rahmat ini.
Berikut pidato Nabi Muhammad saat menyambut bulan Ramadhan sebagaimana diceritakan oleh Salman al-Farisi, sahabat Nabi yang berkebangsaan Persia.
“Wahai sekalian manusia, telah tiba pada kalian bulan agung yang penuh berkah. Bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada bulan ini sebagai sebuah kewajiban dan qiyām lail sebagai kesunnahan.”
“Orang yang mendekatkan diri dengan melakukan satu kebaikan pada bulan Ramadhan seakan dia telah melakukan kewajiban sebanyak 70 kali di bulan lain. Ia merupakan bulan kesabaran. Dan pahala kesabaran adalah surga.”
“Ramadhan adalah bulan kemudahan dan bulan bertambahnya rejeki orang beriman. Siapapun yang berbagi makanan berbuka untuk orang yang berpuasa, hal itu akan menghapus dosa-dosanya, menyelamatkannya dari api neraka, dan baginya pahala orang yang diberi makanan berbuka tanpa dikurangi sedikitpun pahala orang tersebut.”
Mendengar kedahsyatan pahala memberi makan berbuka, para sahabat berkata:
“Wahai Nabi, tidak setiap dari kami memiliki sesuatu yang bisa dibagikan untuk berbuka puasa.”
Nabi pun menjawab:
“Allah memberikan (tiga macam) pahala ini kepada mereka yang memberi makan berbuka berupa satu biji kurma, seteguk air minum, atau minuman yang ada campuran susunya.”
“Ramadhan adalah bulan yang awalnya merupakan rahmat, tengahnya ampunan, dan akhirnya kebebasan dari neraka. Orang yang meringankan beban budaknya pada bulan ini, Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka.”
“Perbanyaklah empat (4) hal selama bulan ini. Dua hal yang pertama bisa membuat Tuhanmu ridho; bersyahadat tauhid dan beristighfar. Lalu dua hal yang lain merupakan sesuatu yang kalian butuhkan; memohon surga dan berlindung dari api neraka.”
“Orang yang memberi minum orang berpuasa, Allah akan memberinya minuman berupa telagaku dimana peminumnya tidak akan merasa dahaga setelah minum sampai ia masuk surga.”
Melalui hadis ini Nabi ingin memberi tahu kepada umatnya tentang keutamaan bulan Ramadhan. Harapannya tidak lain adalah agar mereka semangat dalam menyambut dan menjalankan kegiatan positif dalam bulan ini.
Di antara informasi tersebut bahwa ramadhan merupakan bulan agung yang penuh berkah, berlipatgandanya pahala kebaikan terlebih pada malam lailatul qadar, bulan kesabaran yang diganjar dengan surga, bulan kemudahan dan bulan bertambahnya rejeki orang beriman.
Adapaun amalan-amalan yang dianjurkan Nabi pada bulan mulia ini–sesuai informasi hadis di atas–antara lain berbagi makanan berbuka untuk orang yang berpuasa, meringankan tugas karyawan, dan memperbanyak zikir.
Memperhatikan amalan-amalan ini, kita akan mendapati bahwa ketiganya menggambarkan moderasi Islam. Dalam banyak ajarannya, Islam senantiasa memperhatikan keseimbangan demi tercapainya kehidupan yang harmonis dan kebahagaan duni akhirat.
Dari yang pertama, kita dilatih untuk memperbaiki hubungan kita dengan sesama. Pun dengan amalan kedua yang lingkupnya lebih sempit. Jika shalat malam dan membaca Al-Qur’an menjadi media memperbaiki hubungan dengan Allah, maka memberi dan meringankan beban orang lain menjadi media memperbaiki hubungan dengan sesama.
Adapun amalan terakhir yang Nabi anjurkan ini, merupakan media untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Kita diajak untuk membarui ikrar keislaman dan keimanan kita, memohon ampunan atas segala dosa, dan memohon keselamatan di akhirat nanti.
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 186, disebutkan bahwa Dia sangat dekat dengan hamba-Nya dan berkenan mengabullkan doa-doa yang ditujukan kepada-Nya.
Maka melalui amalan ini, Nabi mengajarkan umatnya untuk memperbanyak membaca syahadat, istighfar, dan doa selamat.
Dalam beberapa tradisi Muslim di Pulau Jawa, kalimat ini dikemas dalam redaksi khusus dan dijadikan sebagai wiridan seusai shalat witir:
أشهد أن لا إله إلا الله أستغفر الله أسألك رضاك والجنة وأعوذ بك من سخطك والنار
Asyhadu allā ilāha illallāhastaghfirullāh, as`aluka ridlāka wal jannah wa a’ūdzubika min sakhathika wannār.
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Aku memohon ampunan kepada Allah. Aku memohon rido-Mu dan surga ya Allah. Aku berlindung kepada-Mu dari kemarahan-Mu dan neraka.”
Demikianlah pidato Nabi saat menyambut bulan Ramadhan beserta beberapa keutamaan Ramadhan yang ditekankan agar diamalkan oleh umatnya. (Syafiul Huda)