Cirebon Jawa Barat merupakan salah satu tempat yang di sana terdapat banyak peninggalan kesejarahan Islam. Di sana terdapat keraton dan pemakaman tokoh-tokoh Islam seperti Sunan Gunung Jati. Sudah barang tentu terdapat banyak inskripsi di sana. Berikut ini ringkasan beberapa penelitian mengenai inskripsi di Cirebon.

Teks Inskripsi pada nisan Ki Gede Sulaiman di Pemakaman Sunan Gunung Jati di Gunug Sembung, adalah: “Pemut waktu dipun kilangi Ki Gede Sulaiman ping 26 Muharram, sanah 1344. Artinya: “Pengingat waktu wafatnya (?) Ki Gede Sulaiman pada tanggal 26 Muharram tahun 1344”.

Teks di atas berbahasa Jawa, sedang tulisannya huruf Arab (Pegon). Teks di atas ditulis dengan tipe tulisan (khat) nasakah. Namun dari segi bentuk tulisan terlihat tidak begitu indah sebagaimana tipe tulisan nasakh yang ditulis para kaligrafer atau sebagaimana bisa dilihat pada contoh-contoh jenis tulisan huruf Arab.

Teks tersebut ditulis pada batu nisan berbentuk bulat (circle), yang terbuat dari semen campuran pasir. Warna tulisan sama dengana warna media nisan yaitu abu-abu kehitaman. Nisan berbentuk segitiga bergerigi, pada bagian atas (puncaknya) bermotifkan daun, sedang sisi kiri dan kanan bermotifkan sayap. Pada bagian bawah dan atas berbentuk bulatan (circle) kiri kanan. Media nisan ini berwana coklat.

Nisan kuburan ini terdapat di Pemakaman Gunung Sembung, yaitu pemakaman dari keluarga Kerajaan Cirebon. Di pemakaman ini dikuburkan Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayuatullah), Cakrabuana, Syarifah Muda’im, Fatahillah, Raja dan kerabat keraton dari empat Keraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan dan Keprabonan.

Pada nisan tersebut tertulis tarikh 26 Muharam 1344 H. Bila tarikh ini dikonversi dengan tahun masehi menjadi 16 Agustus 1925. Berarti usia kuburan ini berdasarkan tanggal tersebut, sampai penelitian ini dilakukan, sudah mencapai 85 tahun.

Teks itu tampaknya ditulis sekadar untuk tanda peringatan. Dilihat dari segi keindahan sebuah tulisan, teks ini tampaknya ditulis oleh seseorang sekadar bisa menulis, tapi tidak mengerti serta menguasai kaidah penulisan huruf arab dan kaidah penulisan khat Arab.

Hal itu tampak jelas misalnya dari lengkung atau bentuk huruf-huruf yang berbeda antara satu dengan lainnya terutama pada huruf yang sama seperti bentuk atau lengkung huruf ya. Begitu pula dalam penulisan huruf ya pada kata “pemut” ditulis dengan nibrah (rengget), padahal bila ditulis sambung dengan huruf sesudahnya maka huruf ya tidak perlu ada nubrah lagi.

Teks pada nisan ini, yaitu: “Samadullah Buyut Bakirusan? 1348” Artinya Samadullah (nama seseorang) adalah buyut (turunan ketiga) dari Bakirusan? Tahun 1348.

Teks ini tampaknya hanya sebatas memberikan penjelasan bahwa seseorang yang dikubur ini bernama Samadullah. Meninggal (tertulis) tahun 1348. Pada pasangan nisan ini tertulis dengan huruf latin tahun 1929.

Teks di atas ditulis dengan tipe nasakah. Teks ditulis dengan huruf berwarna kuning keemasan, berbeda kontras dengan dasar nisannya yang berwarna perak (silver). Teks di atas tidak memiliki seni atau setidaknya mengikuti kaedah penulisan khat nasakh. Hal ini antara lain terlihat dari bentuk huruf ya yang berbeda lengkungannya antara satu dengan lainnya.

Teks itu ditulis pada batu nisan berbentuk segitiga terbalik. Bagian atasnya berbentuk lengkungan dua buah, pada bidang kiri dan bidang kanan. Di bidang atas dihiasi dengan ragam hias bunga dan daun.

Sedang di bawah ragam hias terebut berbentuk bundaran, di dalamnya ditulis teks tersebut. Nisan ini terbuat dari semen campuran pasir, berwarna keperakan (silver). Nisan ini berada di Pemakaman Gunung Sembung. Melihat tahunnya (1929) berarti kuburannya ini sudah berumur kurang lebih 81 tahun.

Teks pada nisan ini: “Waktu ganti dina jumu tanggal 14 wawulan Jumadi lawal tahun 1937. Artinya: Waktu penggantian (nisan ini) pada hari Jum’at tanggal 14 Jumadil awwal tahun 1937”. Teks pada nisan ditulis dalam bahasa Jawa dengan tulisan huruf (Arab) pegon, sedangkan tanggal dan tahunnya ditulis dengan huruf latin yaitu menggunakan penunjuk tanggal dan tahun dengan angka Arab, ( 14 dan 1937).

Teks ini tampaknya juga sebatas memberikan penjelasan bahwa nisan pada kuburan tersebut diganti pada tanggal 14 Jumadil awwal tahun 1937. Teks berwarna coklat sama dengan warna dasar nisan.

Teks di atas tidak memiliki seni atau setidaknya mengikuti kaedah penulisan huruf Arabnya berdasarkan Khat Naskhi. Sedangkan dalam teknis penulisan teksnya tidak mengikuti kaedah pemenggalan suku-katanya.

Teks ditulis pada batu nisan berbentuk segitiga terbalik. Bagian atasnya berbentuk lengkungan dua buah, pada bidang kiri dan bidang kanan. Di bagian atas dihiasi dengan ragam hias bungan dan daun. Di bidang bawah nisannya berbentuk penyangga, dihiasi dengan ragam daun yang saling berhadapan dan di antara keduanya ada ragam hias daun yang menjulur terbalik secara vertical.

Pada bagian tengahnya ada bulatan yang pada sisi kiri kanannya dihiasi pula dengan ragam hias berbentuk sayap. Teks inskripsinya sendiri terletak pada bulatan. Nisan ini terbuat dari semen campuran pasir.

Nisan ini masih terdapat di Pemakaman Gunung Sembung, tempat pemakaman dari keluarga Kesultanan Cirebon. Pada nisan tidak disebutkan siapa orang yang dikuburkan di situ, hanya disebutkan tahunnya saja, yaitu 1937. Kuburan tersebut berarti sudah berumur kurang lebih 73 tahun.

Di batu nisan di Pemakaman Gunung Sembung dan di kubah Mesjid Panjunan terdapat inskrispi Dua Kalimat Syahadat. Terdapat perbedaan teks dalam penulisannya, yaitu kalimat syahadat itu diakhiri dengan kata (sallallahu ‘alaihi wa sallam). Teks yang lazim disertakan untuk Nabi Muhammad, sebagai ucapan salawat kepadanya.

Teks tersebut, melambangkan rukun Islam yang pertama yakni pengakuan terhadap penguasa yang tunggal dari segala yang ada di alam jagat ini. Kalimat Tauhid sebagai bukti akan pengakuan keislaman seseorang.

Berkenaan dengan identitas orang yang dikuburkan di tempat ini, menurut pengurus makam, bahwa menurut tradisi masyarakat dan kerajaan Islam di Cirebon pada masa lalu, banyak makam atau nisan kuburan yang tidak mencantumkan baik nama, penanggalan maupun tulisan (inskripsi) pada nisan kuburan mereka. (MS)

*Tulisan ini adalah rangkuman dari diseminasi penelitian E. Badri Yunardi dan M. Abdan Syukri yang diterbitkan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama tahun 2017.

sumber gambar: tempo.co

Leave a Response