Jakarta, IQRA.ID –Antropolog asal New York University Ismail Fajrie Alatas mengatakan bahwa kiai NU yang ada di kampung sudah sejak lama menjadi aktor ekonomi internasional.
Hal itu disampaikan pada Sesi Panel 1 Muktamar Pemikiran NU ke-2 Tahun 2023 yang bertajuk “Imagining The Future Society” yang diselenggarakan Lakpesdam PBNU, di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Sabtu (2/12/2023).
Menurut Aji, nama akrabnya, golongan santri maupun kiai kampung seringkali memiliki imajinasi untuk membentuk cara berpikir dan cara hidup masyarakat.
“Golongan santri dan kiai kampung bukan tidak pernah berpikir dan berimajinasi karena pada dasarnya Imajinasi adalah kekuatan utama manusia,” kata Aji.
Dengan meminjam bahasa filsuf Al-Farabi, Aji menyebut, berimajinasi adalah ranahnya khalayak banyak seperti halnya manusia yang hidup dari cerita-cerita, kumpulan legenda yang bersifat kongkret.
“Seperti kata filsuf besar Al-Farabi, imajinasi adalah ranahnya agama. Jika filsafat menggunakan akal dan pikiran dalam demonstrasi rasional, sedangkan agama menggunakan takhyil (berkhayal), menggunakan imaji yang akan selalu mempunyai relasi kinetis dengan mabadi’ul jasmaniyah,” jelas Aji
Selain meminjam terminologi dari Al-Farabi, ia juga menjelaskan konsep Mabadi Khaira Ummah yang sebenarnya mengimajinasikan terbentuknya masyarakat dengan prinsip-prinsip pengembangan sosial dan ekonomi.
Lebih lanjut, Aji menyebut mabadi khaira ummah sebagai konsep yang hidup di dalam kehidupan pesantren dan kehidupan masyarakat secara umum. Dengan begitu tidak mengherankan ketika kaum santri dan bahkan kiai kampung terlibat dalam implementasi konsep internasional ekonomi.
Meskipun demikian, dosen ahli bidang antropologi ini mengaku khawatir ketika imajinasi pesantren dihadap-hadapkan dengan imajinasi yang tengah berkembang melalui algoritma media sosial.
“Belajar Fiqih sama dengan belajar dan mengimajinasikan masa depan, akan tetapi anehnya imajinasi pesantren malah dihadapkan dengan imajinasi yang ada di akun tiktok,” ungkapnya.
“Makanya belajar Fikih dan belajar Syariah itu luar biasa,” tambah Aji.
Terakhir, Aji berharap agar imajinasi yang dimiliki oleh kaum santri dan juga kiai kampung tidak terkontaminasi dan tidak terjajah oleh imajinasi yang diciptakan oleh artificial intelligence (AI). (M. Anas Mahfudhi/M. Zidni Nafi’)