Karimah al-Marwariyah, Ulama Hadis yang Enggan Menikah- Imam Bukhari, nama yang dikenal dan diabadikan oleh sejarah peradaban Islam. Namanya dikenal melalui kitab sahihnya bersama Shahih Muslim dinisbatkan oleh Imam Nawawi menjadi kitab tersahih kedua setelah Alquran. Susunan kitab sahih ulama asal Bukhara, Uzbekistan ini dikenal sangat ketat dan teliti dalam sebuah periwayatan.
Tak disangka dari ribuan sanad Bukhari, tercatat ssatu nama muslimah yang berjasa dalam merawikan hadisnya. Karimah binti Ahmad al-Marwaziyah begitu namanya. Karimah merupakan muslimah yang didaulat sebagai ulama hadis dari kaum perempuan. Beliau juga perempuan pertama yang mempelajari hadis Bukhari secara utuh.
Sayyidah Karimah dilahirkan pada tahun 356 di Marwa dan wafat pada tahun 463 H di Makkah. Kepintaraan dan kecerdasan telah dibangunnya sejak muda membawanya mendapatkan pujian dari banyak kalangan. Beliau adalah seorang yang rajin menggumpulkan hadis-hadis dan mempelajarinya.
Sampai sekarang, kiprah dan kontribusinya dalam menjelaskan hadis riwayat Bukhari tak bisa diragukan. Bahkan kehadirannya diibaratkan sebagai tiang tengah penyangga hadis-hadis Rasulullah saw. Sayyidah Karimah merupakan guru dari beberapa ulama besar seperti: Imam Abu Bakar Ahmad Khatib al-Baghdadi seorang penulis tarikh Baghdad, Abu al-Muzhaffar al-Saam’ani, Abu Ghanaim Muhammad bin Ali bin Maimun al-Nursi.
Dijelaskan juga dalam buku Sejarah Pendidikan Islam yang ditulis oleh Ahmad Salaby bahwa Sayyidah Karimah merupakan seorang yang menjadi pengajar al-Bukhari dan menjadi transmisi, penghubung antara ahli-ahli hadis generasi muda dan generasi sebelumnya. Beliau juga mengajarkan ilmu sastra, balaghah, dan syair.
Sejarawan ad Dzahabi dalam bukunya yang terkenal berjudul Siyar A’lam al-Nubala (Biografi Para Tokoh) menggambarkan Sayyidah Karimah sebagai sosok ulama perempuan yang agung, ahli ilmu, dan memiliki sanad hadis yang berkualitas. Sanadnya kepada Bukhari, beliau peroleh dari Abu Haitsam al-Kusymahani, Dhahir Ibnu Ahmad Assarkhasi, dan Abdullah Ibnu Yussuf bin Bamuaih as-Ashabahani. Riwayat lain juga menyebutkan bahwa Sayyidah Karimah sebagai muhadis (sebutan untuk ahli hadis yang teliti dan cermat).
Sejak kecil, beliau pun telah dikenal degan kecerdasan dan kriteria perawinya. Selain itu, sifat jujur, amanah, dan ketaatannya telah melekat pada dirinya sejak dini. Seorang Imam Abu Ghanaim mengisahkan, Sayyidah Karimah pernah memberikan riwayat sahih Bukhari kepadanya. Kemudian, Ghanaim menyalinnya ke dalam tujuh bagian. Setelah selesai, Ghanaim membacakannya di hadapan Sayyidah Karimah.
Suatu hari, ketika menyalin hadis-hadis berikutnya, Abu Ghanaim bermaksud menyalin sendiri tanpa harus membacakan kembali hadis-hadis itu di hadapan Sayyidah Karimah. Saat itu Sayyidah Karimah berkata “Tidak bisa, kamu harus membacakannya lebih dahulu di hadapanku untuk aku periksa.”
Kejujuran dan ketaatan dalam menjaga amanah menumbuhkan kepercayaan para ulama sebagai menimba ilmu kepada ulama perempuan yang dikenal dengan Ummul Kiram. Mengamalkan ilmu yang dimiliki, beliau tidak pernah meragukan hal itu. Beliau pun tak pernah membedakan orang yang datang menuntut ilmu kepadanya. Beliau menerima siapa pun yang hendak belajar kepadanya, baik perempuan maupun laki-laki.
Keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki beliau semakin diperkuat dengan budi pekerti dan ketekunannya dalam beribadah. Tercatat, di antara sosok ahli ilmu yang belajar kepadanya, Hafidz Abu Bakar al-Khatib, Abu Thalib Ibnu Muhammad Zainabi, dan as-Sam’ani. Bahkan, banyak dari mereka yang menyarankan para muridnya untuk belajar kepada Aayyidah Karimah.
Terutama dalam mengambil hadis riwayat Bukhari. Segala ilmu yang dilimiliki, beliau tumpahkan juga dalam karya tulis. Disebutkan, karya tulis yang telah ditulis sepanjang hidupnya mencapai 100 kitab. Beliau juga termasuk salah satu ahli ilmu yang tidak terlalu memperhatikan kehidupan pribadinya di dunia.
Abdul Fattah Abu Ghuddah menulis dalam sebuah bukunya yang berjudul al-Ulama’ al-Uzzab alladzina atsarul Ilmi alaz Zawaz menyebutkan bahwa Sayyidah Karimah adalah salah ulama yang melajang sepanjang hidupnya. Masa kecilnya dihabiskan dengan bepergian bersama ayahnya melewati daratan dan lautan dari Turkmenistan ke Iran dan Yerussalem sampai akhirnya menetap di Makkah.
Sayyidah Karimah sendiri meriwayatkan Sahih Bukhari dari gurunya yang bernama al-Kusmihani dan Zahir as-Syarahsyi dan tidak pernah menikah hingga beliau meninggal dunia. Dalam kitab Abdul Fattah Abu Ghuddah penyebab bahwa semua ulama mengonfirmasi mengenai Sayyidah Karimah yang tidak menikah hingga akhir hayatnya.
“Hiya Maatat Bikran Lam Tatazzawwaj Abadan (Sayyidah Karimah wafat dalam keadaan massih perawan dan belum menikah sama sekali” tulis Abdul Fattah Abu Ghuddah. Ad Dzahabi mengatakan, ulama perempuan yang bergelar Siti al-Kiram ini wafat pada tahun 463 H, ketika berusia 100 tahun. Beliau meninggalkan beberapa murid sebagai bukti kecerdasannya, seperti al Khatib, al Baghdadi dan al Humaidi.
Dalam kitab Al-‘Ibr hilid 3 hal 254 yang dijelaskan oleh Syaikh Adz-Dzahabi bahwa dedikasinya dalam ilmu-lmu diabadikan dalam sebuah kitab al-I’bar. Di dalamnya tertulis berbagai peristiwa yang terjadi pada tahun 463 H.
Dikisahkan, pada tahun tersebut, Karimah binti Ahmad bin Muhammad bin Hatim, Ummul Kiram al-Marwaziyyah yang tinggal di Makkah meninggal dunia. Ia meriwayatkan kitab Shahibul Bukhari dari Kusymihani. Beliau juga meriwayatkan hadis dari Zahir As-Sarakhsi. “Karimah, memiliki tulisan yang bagus dan salinannya banyak diterima orang. Beliau memiliki pemahaman dan kecerdasan yang menonjol.
Banyak yang menyimpulkan, kesibukannya mendalami dan mencintai ilmu menjadi alasan sayyidah Karimah tidak menikah. Perihal ini, dibuktikannya dengan tinggi dan luas ilmu yang dimilikinya. Sehingga beliau ditempatkan sebagai sseorang ahli hadis perempuan.