Rumah tangga yang dipenuhi dengan kebahagiaan adalah idaman semua pasangan suami isteri. Untuk meraihnya, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah menjalin kasih sayang dan keromantisan yang erat dengan pasangan. Hal itu akan menjadi fondasi penting dalam membina bahtera rumah tangga.
Terkait hal ini, Nabi Muhammad Saw. telah memberikan teladan bagaimana memperlakukan seorang isteri secara romantis. Sikap beliau kepada isterinya, Ummu Salamah menunjukkan betapa romantisnya beliau. Dalam sebuah hadis dikatakan:
حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ حَفْصٍ قَالَ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ أَبِي سَلَمَةَ حَدَّثَتْهُ أَنَّ أُمَّ سَلَمَةَ قَالَتْ حِضْتُ وَأَنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْخَمِيلَةِ فَانْسَلَلْتُ فَخَرَجْتُ مِنْهَا فَأَخَذْتُ ثِيَابَ حِيضَتِي فَلَبِسْتُهَا فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنُفِسْتِ قُلْتُ نَعَمْ فَدَعَانِي فَأَدْخَلَنِي مَعَهُ فِي الْخَمِيلَةِ قَالَتْ وَحَدَّثَتْنِي أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُقَبِّلُهَا وَهُوَ صَائِمٌ وَكُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ مِنْ الْجَنَابَةِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Sa’d bin Hafsh berkata, telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Yahya dari Abu Salamah dari Zainab binti Abu Salamah bahwa ia menceritakan kepadanya, bahwa Ummu Salamah berkata, “Saat aku berada dalam satu selimut bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, aku mengeluarkan darah haid, kemudian pelan-pelan aku keluar dari selimut mengambil pakaian (khusus untuk haid) dan mengenakannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadaku: “Apakah kamu sedang haid?” Aku jawab, “Ya.” Beliau lalu memanggil dan mengajakku masuk ke dalam selimut.” Zainab berkata, “Ummu Salamah menceritakan kepadaku bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga menciumnya saat beliau sedang berpuasa. Ummu Salam berkata, “Aku pernah mandi junub dalam satu bejana bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. (H.R Bukhori)
Kisah di atas menggambarkan keromantisan Nabi Muhammad Saw. kepada Ummu Salamah. Tak jarang beliau mengajak isterinya tersebut untuk berselimut berdua. Hal kecil seperti ini akan mempererat kasih dan sayang antara suami-isteri. Ini juga akan menambah keintiman dan membuat isteri semakin nyaman berduaan dengan suami. Isteri akan merasa dicintai dan dibutuhkan oleh suami.
Bahkan, ketika Nabi Muhammad mengetahui bahwa Ummu Salamah sedang haid pun, beliau tetap mengajaknya untuk masuk ke dalam selimut yang sama. Ini berbeda dengan pandangan masyarakat saat itu yang memandang sebelah mata perempuan yang sedang haid.
Melalui kisah ini, Rasulullah menentang pandangan tersebut dan sekaligus mengangkat kedudukan perempuan di mata suami. Haid bukanlah sesuatu yang menjijikkan, melainkan sebuah kodrat alami yang ada pada perempuan. Haid tidak menjadi penghalang untuk tetap bermesraan dengan seorang isteri.
Selain berselimut bersama, Nabi Muhammad juga mencium kening Ummu Salamah ketika beliau berpuasa. Hal itu menjadi isyarat bagi kita bahwa mencium kening isteri tidak membatalkan puasa. Di samping itu, puasa juga tidak menjadi penghalang bagi seorang suami untuk tetap memperlakukan isteri secara romantis. Orang yang berpuasa masih dapat bersikap romantis dengan memberikan kecupan tanpa takut puasanya batal.
Perempuan sangat senang jika dicium keningnya karena itu menunjukkan kasih sayang dan bukan nafsu semata. Kecupan-kecupan ringan seperti itu mempunyai dampak besar terhadap psikologi perempuan karena merasa disayangi.
Sementara itu, keromantisan terakhir Nabi Muhammad yang digambarkan dalam hadis ini adalah beliau mandi bersama dengan isterinya, Ummu Salamah. Mandi bersama dapat menjadi salah satu cara terbaik untuk melepaskan penat dalam kehidupan. Mandi berdua dalam satu bejana juga dapat meningkatkan hubungan emosional antara suami dan isteri.
Apa yang dilakukan Nabi di atas adalah bentuk keromantisan yang akan membuat setiap istri merasa senang. Harta tidak bisa menjamin kebahagiaan dalam rumah tangga karena hal yang paling mendasar dari rumah tangga adalah perhatian dan kasih sayang. Tanpa hal itu, rumah tangga akan terasa hampa walaupun dikarunia harta berlimpah.
Nabi Muhammad bukanlah orang kaya, tetapi beliau mampu menciptakan surga dalam rumah tangganya. Mungkin kita sering mendengar ungkapan yang sangat terkenal dari beliau yang mengatakan bahwa baiti jannati yang berarti rumahku adalah surgaku. Rumah akan menjadi surga dunia jika kenyamanan dan kasih sayang hadir di dalamnya.
Jadi, bagi kita yang belum dikaruniai harta yang banyak jangan berkecil hati karena kebahagiaan dan kenyamanan rumah tangga tidak hanya diukur oleh materi. Memperlakukan isteri secara romantis dapat menjadi jalan untuk meraih kebahagiaan. Perihal ini, Nabi Muhammad Saw. sudah membuktikannya.