Salah satu bulan yang Allah muliakan adalah bulan Rajab. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebut empat bulan yang mulia yaitu Muharram, Rajab, Dzulqa’dah dan Dzulhijjah.
Melalui kemuliaan itu, Allah memberikan keistimewaan atau keutamaan bagi hamba-Nya yang mengamalkan kebaikan pada bulan Rajab.
Berikut ini keutamaan-keutamaan yang pahalanya dilipatgandakan ketika dikerjakan di bulan Rajab.
Pertama, termasuk salah satu bulan yang Allah muliakan. Hal ini sebagaimana firman Allah :
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗ
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram (mulia).” (Q.S. At-Taubah: 36)
Kedua, adanya anjuran untuk memperbanyak istighfar. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Saw. dari Ali Ra.:
أكثروا من الاستغفار في شهر رجب فإن لله في كل ساعة منه عتقاء من النار، وإن لله مدائن لا يدخلها إلا من صام شهر رجب
“Perbanyaklah oleh kalian untuk beristighfar di bulan Rajab, karena Allah pada setiap saat membebaskan seseorang dari api neraka. Dan sesungguhnya Allah mempunyai kota-kota di Surga-Nya yang tidak akan dimasuki kecuali oleh orang yang berpuasa di bulan Rajab.” (Ali bin Hisyamuddin al-Hindi, Kazul Ummal fi Sunanil Aqwal wal Af’al, juz 1, h. 481)
Ketiga, adanya doa khusus yang Nabi Saw. ajarkan:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ اِذَا دَخَلَ رَجَبَ قَالَ اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Dari Anas bin malik ia berkata, “Ketika Rasulullah Saw. memasuki bulan Rajab, Beliau membaca doa ‘Allahumma baarik lanaa fi rajaba wa sya’baana wa balaghnaa ramadhaana’.” (Sulaiman at-Thabrani, al-Mu’jamul Ausath, juz 4, h. 189)
Ulama mengkategorikan hukum puasa Rajab adalah sunnah. Berikut ini dalil-dalil puasa Rajab :
قال: صُمْ مِنَ الحُرُمِ
Rasulullah Saw. bersabda, “Puasalah kamu di bulan-bulan yang mulia.” (Sunan Abu Daud, juz 4, h. 95)
وَفِي سُنَن أَبِي دَاوُدَ أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَدَبَ إِلَى الصَّوْم مِنْ الْأَشْهُر الْحُرُم وَرَجَب أَحَدهَا وَاللَّهُ أَعْلَم
“Di dalam Sunan Abu Daud, bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. menganjurkan untuk puasa di bulan-bulan yang mulia, sementara bulan Rajab termasuk salah satu dari bulan-bulan tersebut, wallahu a’lam.” (Muhammad Syamsuddin Abadi, ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abu Daud, juz 7, h. 83)
إن في الجنة نهرا يقال له رجب أشد بياضا من اللبن وأحلى من العسل من صام من رجب يوما سقاه الله من ذلك النهر
“Rasulullah Saw. bersabda, ‘Sesungguhnya di dalam surga terdapat sungai yang disebut Rajab, lebih putih dari susu, lebih manis dari madu. Barang siapa berpuasa dari bulan Rajab satu hari, maka Allah kelak memberinya minum dari sungai tersebut’.”(Ahmad bin Husain al-Baihaqi, Syu’abul Iman, juz 3, h. 368)
Berikut ini bacaan niat puasa sunnah Rajab lengkap latin dan artinya:
Nawaitu shauma ghadin fii syahri rajaba sunnatan lillahi ta’ala.
Artinya: “Aku niat puasa esok hari di bulan rajab sunnah karena Allah Ta’ala.”
Puasa Rajab sama seperti puasa sunnah lainnya yakni sah dilakukan dengan niat berpuasa secara mutlak, tidak disyaratkan menentukan jenis puasanya (ta’yin). Misalkan dengan niat “Saya niat berpuasa karena Allah”, tidak harus ditambahkan “karena melakukan kesunnahan puasa Rajab”. (Fathul Mu’in, juz 2, h. 251)
Sementara puasa qadha’ (mengganti) Ramadhan tergolong puasa yang wajib ditentukan jenis puasanya, misalkan dengan niat,“Saya niat berpuasa qadha Ramadhan fardlu karena Allah”.
Bolehkah puasa dengan niat puasa wajib qadha Ramadhan dan puasa sunnah Rajab? Dalam kaidah fikih, hukumnya boleh. Berikut ini opsi (pilihan) niat yang bisa kita baca.
Opsi pertama (Niat tidak perlu digabung, cukup niat qadha Ramadhan saja):
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhai fardhi syahri Ramadhana lillahi ta’ala.
“Aku niat puasa esok hari untuk mengganti puasa fardhu bulan Ramadhan karena Allah Ta’ala.”
Lafal niat demikian sudah mencakup kepada qadha puasa Ramadhan serta mendapatkan kesunahan puasa pula Rajab.
Opsi kedua (melafalkan niat kedua puasa):
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhai fardhi syahri ramadhana wa shauma syahri rajaba lillahi ta’ala.
“Aku niat puasa esok hari sebagai ganti puasa bulan Ramadhan dan untuk sunnah bulan Rajab karena Allah Ta’ala.
Sebagai salah satu bulan yang Allah muliakan, tentu terdapat peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi di bulan Rajab, di antaranya sebagai berikut:
Pertama, Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw.
Pada peristiwa ini Nabi Muhammad menerima perintah sholat lima waktu. Adapun Isra’ Mi’raj Nabi terjadi pada tanggal 27 Rajab pada masa kenabian Rasulullah Muhammad.
Kedua, perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha) ke Ka’bah, Mekkah. Peristiwa perpindahan kiblat ini terjadi pada pertengahan bulan Rajab setelah Nabi hijrah ke Madinah.
Ketiga, Nabi Muhammad Saw. pertama kali hijrah ke Habasyah pada tahun kelima kenabian. Rasulullah melakakukan hijrah ini pada tahun kelima kenabian.
Keempat, berpindahnya Nur (cahaya) Nabi Muhammad dari punggung Abdullah (ayahanda Nabi) ke rahim Aminah (ibunda Nabi) pada malam Jum’at tanggal 10 Rajab.
Demikianlah sekilas penjelasan tentang amalan, keutamaan, dalil, niat, dan peristiwa besar dalam sejarah bulan Rajab. Semoga bermanfaat, wallahu a’lam.