Menemukan Simurg di Makam Fariduddin Attar

Nishapur kota legendaris di Khurasan. Salah satu  daya tariknya yang begitu kuat adalah banyaknya tokoh-tokoh Islam yang lahir, mulai dari ilmuwan, teolog, ahli hadis, dan para sufi.

Fariduddin Attar adalah seorang sufi dari kota ini yang telah banyak menginspirasi para pencari hakikat.Bahkan, dalam sebuah inskripsi tertulis, bahwa Nishapur terkenal sampai hari ini, berkat Attar.

Jejak-jejak Attar dapat ditelusuri sampai sekarang. Makamnya satu komplek dengan makam Omar Khayyam di Nishapur. Letaknya berada di sebuah taman yang sangat indah,yang dikelilingi oleh pohon dan bunga-bunga.

Tepat di tengah taman, berdiri sebuah bangunan dengan kubah biru langit khas Persia. Dihiasi dengan kaligrafi dan mosaik yang mengagumkan. Atapnya semakin cantik dengan salju-salju yang masih menempel di atasnya. Di sini, Attar mendapatkan tempat peristirahatan yang sangat layak.

Nama lengkap Attar adalah Fariduddin Muhammad bin Ibrahim Attar. Beliau hidup pada abad 12 M, tepatnya tahun 1145-1220 di Nishapur. Ia sendiri meninggal karena serangan pasukan Mongol yang sedang dalam perjalanan menaklukan Baghdad.

Sebelum menjadi seorang sufi, Attar merupakan penjual minyak wangi di kotanya, sehingga dijuluki Attar, si penebar wangi.

Kisah hidup Attar berubah setelah seorang fakir miskin menghampiri tokonya. Attar mengusir orang tersebut karena menganggapnya pengemis. Mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari Attar, ia berkata:

“Jangankan untuk meninggalkan tokomu, meninggalkan dunia saja tidak sulit bagiku, tetapi bagimu, apakah kamu sanggup meninggalkan kemewahan yang telah kau raih?”. Jawaban tersebut benar-benar menembus relung hatinya yang paling dalam. Ia memulai perjalanan untuk mencari hakikat hidup.

Setelah merasa cukup, Attar kembali ke Nishapur untuk memberikan pencerahan kepada orang-orang yang membutuhkan. Oleh karenanya, ia menulis beberapa buku yang memuat mutiara-mutiara hikmahnya. Di antaranya adalah Tadzkiratul Awliya, Ilah Nameh, Asrar Nameh, Musibat Nameh, dan Mantiqut Thair.

Mantiqut Thair adalah bukunya yang paling fenomenal. Buku ini berkisah tentang sebuah konferensi para burung dari seluruh dunia. Pemimpinnya adalah burung Hudhud yang sudah mendapatkan kemuliaan berkat hubungannya dengan Nabi Sulaiman.

Hudhud bercerita bahwa raja burung sebenarnya adalah burung yang bernama Simurg yang tinggal di balik gunung-gunung yang mempunyai tujuh lembah. Ia bisa dekat dan bisa jauh. Tugas para burung adalah menemuinya.

Tentu dalam perjalanan menemui Simurg, sang penguasa, burung-burung akan mengalami cobaan yang berat. Mereka mungkin capek atau bahkan dimangsa binatang lain, dan akhirnya mati di tengah jalan.

Dan memang benar, dari semua burung-burung yang ikut konferensi, yang berhasil mencapai lembah ketujuh hanya berjumlah tiga puluh burung. Itu pun mereka sampai dengan keadaan yang menyedihkan. Namun, Simurg, sang raja burung yang mereka tuju tak menampakkan wujudnya.

Walaupun demikian, mereka tidak menyesal telah menempuh perjalanan yang menjadikan nyawa sebagai taruhannya. Akhirnya, mereka hanya bisa pasrah dengan semua keadaan yang menimpanya.

Melalui kisah tersebut, Attar sebetulnya sedang mengajarkan manusia bahwa untuk dapat sampai kepada Tuhan, ada tahapan-tahapan yang harus dilalui. Isyarat tujuh lembah berkonotasi bahwa perjalanan menuju Dia tidak akan mudah dan penuh rintangan.

Lembah dan puncak tertingginya adalah kepasrahan kepada Tuhan dan melepaskan semua atribut yang menempel dalam diri di hadapan-Nya.

Mungkin sebagian kita tak menyadari bahwa kata “Simurg” raja yang dituju, dalam bahasa Persia berarti tiga puluh burung. Ini sesuai dengan jumlah burung yang berhasil finis sampai di lembah ketujuh. Attar membuat perumpaan yang sangat indah. Itu artinya, Simurg sesungguhnya dapat ditemukan di dalam diri masing-masing. Ini sesuai dengan petunjuk awal yang menyatakan bahwa Simurg bisa dekat atau jauh.

Perjalanan menuju Simurg adalah sebuah perjalanan ruhani dalam diri. Untuk dapat sampai kepadanya, manusia harus dapat menaklukan ego dan hawa nafsunya, lalu diganti dengan keikhlasan dan ketundukan kepada sang Pencipta.

Jika hatinya sudah diliputi sifat tersebut, maka sesungguhnya ia sudah sampai kepada Simurg. Simurg sangat dekat dengan kita. Hanya saja kedekatan itu terhalang oleh tembok tebal yang bernama ego.

Tulisan La ilaha illa Allah di pintu masuk makam seakan mempertegas ajaran Attar. Itulah Simurg yang selama ini dicari oleh para burung. Simurg tidaklah berwujud materi, tetapi ia dapat ditemukan dalam diri. Menemukan Simurg di Makam Fariduddin Attar

 

 

Leave a Response