Peradaban Islam memang tak luput dari warna-warni peristiwa sejarah. Banyak dijelaskan dalam Alquran dan Hadits tentang kisah para umat dan orang-orang zalim terdahulu, salah satunya yang tak asing di telinga kita adalah Raja Firaun.
Firaun terkenal sebagai raja yang sombong dan zalim, sehingga namanya beberapa kali disebut dalam Alquran. Sampai suatu saat Allah Swt. mengutus Nabi Musa a.s. untuk memberi ancaman dan peringatan kepadanya, namun tetap saja Firaun bangga dengan kezalimannya.
Firaun mengharuskan semua rakyat termasuk para menteri dan pembantu kerajaan untuk menyembah dan mengikutinya. Namun, ternyata ada salah satu pembantunya yang telah mengikuti ajaran Nabi Musa.
Dia adalah Siti Masyitoh, yang juga salah seorang dari pengasuh anak Firaun. Walaupun Siti Masyitoh berusaha semaksimal mungkin untuk menyembunyikan keimanannya, namun akhirnya Firaun mengetahui dan membunuhnya.
Dikisahkan dalam kitab Dardir Bainama Qishatul Mi’roj karya Syekh Imam Najmuddin Al-Ghoity Ad-Dardiri bagaimana awal mula Firaun mengetahui keimanan Siti Masyitoh, sampai akhirnya Firaun membunuh Siti Masyitoh bersama anak-anaknya.
Suatu saat, ketika Siti Masyitoh sedang menyisir rambut seorang putri Firaun, tiba-tiba sisir itu terjatuh. Dengan spontan Siti Masyitoh mengatakan, “Bismillahirrahmanirrahim. Celakalah Firaun,” lalu ia mengambilnya.
Mendengar ucapan tersebut putri Firaun terkejut dan bertanya, “Apakah kamu mempunyai Tuhan selain ayahku?”
Siti Masyitoh menjawab, “Ya aku punya.”
Putri Firaun kembali bertanya, “Berani sekali kamu, akan kau laporkan kepada ayahku atas apa yang telah kamu ucapkan.”
Siti Masyitoh menjawab, “ Ya silakan saja.” Kemudian putri Firaun tersebut melaporkan kepada Firaun atas semua yang dikatakan oleh Siti Masyitoh.
Selanjutnya Siti Masyitoh dipangggil oleh Firaun untuk menghadapnya. Firaun bertanya, “Apakah kamu mempunyai Tuhan selain diriku?”
Siti Masyitoh menjawab, “Iya benar. Tuhan saya dan Tuhan baginda adalah Allah Swt.”
Setelah itu Firaun turut memanggil suami dan dua anak laki-laki Siti Masyitoh, yang tak lain dengan maksud untuk mempengaruhi dan membujuk Siti Masyitoh dan suaminya mau meninggalkan agamanya tersebut.
Tetapi Siti Masyitoh dan suaminya tetap tidak mau untuk murtad. Firaun kemudian berkata, “Kalau begitu, saya akan benar-benar menghukum mati kalian berdua!”
Siti Masyitoh menjawab, “ Saya hanya meminta yang terbaik dari baginda raja. Dan saya berharap, apabila kami semua dibunuh, agar ditempatkan dalam satu tempat yang sama dan dikubur dalam kuburan yang sama pula.”
Firaun menjawab, “ Itu sudah menjadi hakmu. Aku akan melaksanakannya.”
Firaun kemudian memerintahkan agar segera menyiapkan sebuah wadah penggorengan besar yang terbuat dari tembaga. Wadah tersebut kemudian diisi dengan minyak zaitun dan dipanaskan sampai mendidih. Selanjutnya Firaun memerintahkan agar Siti Masyitoh dan anak-anaknya segera dimasukkan ke tempat penggorengan tersebut.
Tak lama kemudian satu-persatu dari mereka dimasukkan ke dalam wadah yang diisi dengan minyak yang telah mendidih. Hingga sampailah pada giliran anaknya yang masih bayi dan baru berumur delapan bulan. Saat itu Siti Masyitoh sempat ragu-ragu dan keimanannya goyah.
Tiba-tiba bayi yang masih menyusui itu berkata, “Wahai Ibuku, bersedialah Ibu untuk segera mencelupkan diri. Janganlah mundur sedikit pun. Karena sesungguhnya Ibu memegang teguh sebuah kebenaran.”
Menurut sebuah riwayat, bayi yang bisa bicara ketika masih bayi ada tiga, yaitu bayinya Siti Masyitoh bayi yang menjadi saksinya Nabi Yusuf, bayi yang menjadi saksinya Juraij, dan bayi Nabi Isa bin Mariyam.
Akhirnya, Siti Masyitoh beserta anak-anaknya dimasukkan ke dalam tempat penggorengan yang sudah mendidih tersebut. Tulang-belulang Siti Masyitoh dan anak-anaknya dikuburkan di suatu tempat yang sama hingga mengeluarkan bau wangi yang sangat harum.
Tatkala Rasulullah melakukan Isra Mi’raj, beliau mencium aroma wangi yang sangat harum. Karena penasaran, Rasulullah bertanya kepada Malaikat Jibril, “ Harum apakah itu wahai Jibril?”
Jibril menjawab, “Itu adalah wangi dari kuburan seorang perempuan bernama Siti Masyitoh dan anak-anaknya.”
Begitulah kisah seorang perempuan yang memegang teguh suatu kebenaran. Demi mempertahankan keimanannya, Siti Masyitoh rela mengorbankan dirinya dan juga keluarganya. Sebuah siksaan yang kejam dan sadis dari Firaun tidak membuatnya takut. Akhirnya Siti Masyitoh Syahid dengan memegang teguh panji-panji kebenaran dan keimanan.