Pohon, sejak zaman dulu sudah menjadi bagian penting dalam perkembangan peradaban manusia. Kayu pohon kita manfaatkan untuk membuat alat-alat dan beragam jenis barang untuk keperluan hidup. Bahkan, dari kayu pohon pula kita pertama kali membangun rumah untuk melindungi diri dari panas dan hujan.
Pohon menyediakan kebutuhan bagi seluruh makhluk hidup. Dari pohon, manusia dan hewan memenuhi kebutuhan akan makanan hingga tempat tinggal. Daun-daunnya, hingga buah-buahannya terus menyediakan sumber-sumber makanan pemenuh kebutuhan kita akan berbagai macam nutrisi sehingga kita bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Di alam, pohon adalah penjaga dan pembersih. Karena cengkeraman akar pohon, tanah menjadi kuat dan tak gampang menghadirkan bencana longsor. Akar pohon juga berfungsi menyerap air, sehingga kandungan air di dalam tanah tetap terjaga dan menghindarkan kita dari bencana banjir. Berkat tumbuhnya pohon-pohon, tanah tak jadi gersang sehingga terhindar dari berbagai risiko bencana.
Dari pohon pula manusia dan hewan bisa menghirup udara segar. Bukankah, udara segar yang kita hirup adalah berkat jasa pohon yang mengolah karbondioksida menjadi okesigen?
Tanda Kekuasaan-Nya
Pohon tak hanya memberi kehidupan, namun keberadaannya juga menjadi bagian dari tanda-tanda kuasa Tuhan. Dari sebutir biji atau benih yang mengecambah di permukaan tanah, lalu menggeliat meninggi, merenggangkan cabang-cabang dan reranting, lalu tumbuh daun dan memekarkan bunga-bunga dan bebuahan, kita melihat bagaimana alam bekerja mengisyaratkan tanda-tanda kekuasaan Allah Sang Pencipta.
Tak hanya dalam pertumbuhannya, bahkan ketika daun-daun layu, meranggas, dan jatuh ke tanah, pohon tak henti memberi kita arti tentang kebesaran Allah Swt. Bahwa detik demi detik yang terjadi di alam ini, semua tak luput dari kuasa Allah Swt.
“Dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahui pula, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis di kitab yang nyata” (QS. Al An’am: 59).
Berkat pohon, manusia tak hanya tercukupi berbagai kebutuhan tubuh dan kehidupannya—dengan mengkonsumsi dan memanfaatkan apa yang dihasilkannya, namun juga bisa tersadarkan akan kebesaran-Nya.
Melihat pohon tumbuh, menyediakan berbagai kemanfaatan bagi kehidupan, sampai saat daun-daun mulai jatuh berguguran adalah melihat tanda-tanda kekuasaan Tuhan. Pohon menghadirkan refleksi spiritual pengasah iman.
Pohon yang diam itu bahkan sejak awal diciptakannya manusia sudah memberi kita pelajaran tentang pentingnya ketaatan kepada Tuhan. Ingat kisah Nabi Adam dan Hawa yang terbujuk rajuan iblis sehingga mendekati dan memakan buah pohon terlarang di surga.
Akibatnya, Allah Swt. mengeluarkan mereka dari surga dan menurunkannya ke bumi. Pohon turut menjadi bagian dari sejarah awal mula diturunkannya manusia ke dunia, lengkap dengan pesan dan pelajaran berharga tentang bahaya rayuan iblis yang akan terus menggoda manusia di dunia hingga kiamat tiba.
Tak berhenti di sana, peran pohon yang terkandung dalam kisah Nabi Adam dan Hawa tak berhenti tentang ketaatan kepada Sang Pencipta. “Tatlaka keduanya telah merasai buah pohon itu, nampaklah bagi keduannya aurat-auratnya. Dan mulailah keduanya menutupi kedua auratnya dengan daun-daun surga” (QS. Thoha: 121).
Berdasarkan penjelasan dalam buku The Greatest Stories of Al-Qur’an karya Syekh Kamal As Sayyid, ketika aurat Nabi Adam dan Hawa terbuka usai memakan buah terlarang, mereka malu, dan ketika melihat pohon ara dan pohon pisang yang berdaun lebar, mereka bersembunyi di baliknya (Dedik Priyono: 2017). Di sini, kita bisa memaknai bahwa pohon juga telah membantu (mengajari) manusia tentang fitrah menutup aurat.
Melestarikan
Kita pun semakin tersadarkan bahwa manusia menjadi makhluk yang paling berhutang budi terhadap pohon. Pohon telah memberi kehidupan, juga meninggalkan pesan-pesan berharga bagi manusia dalam mengenal Sang Pencipta. Maka, betapa manusia telah zalim dan tak tahu berterima kasih jika merusak dan membakar pohon-pohon yang berakibat pada rusaknya alam.
Merusak pohon sama artinya merusak alam. Sebaliknya, menanam, menjaga, dan melestarikan pohon sama artinya dengan merawat kehidupan.
Karena pohon adalah sumber kehidupan, maka menanam pohon sama artinya dengan merawat kehidupan. Melestarikan pohon adalah bagian dari ajaran Islam. Karena pohon adalah sumber kehidupan, maka menanam pohon sama artinya dengan merawat kehidupan.
Menanam dan merawat pohon bisa menjadi sumber amal yang terus mengalir. Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang menanam pohon atau bercocok tanam, lalu dari yang ia tanam itu, dimakan oleh seekor burung, manusia atau hewan, kecuali dari tiap yang dimakan itu menjadi sedekah baginya” (HR. Bukhari Muslim).
Begitu pentingnya pohon hingga ia sebisa mungkin harus terus dijaga dan dipertahankan kelestariannya, meski dunia sudah sedemikian rusaknya. Bahkan, Rasulullah Saw. juga pernah berpesan pada para sahabat agar menanam pohon meski seandainya mereka tahu kiamat sudah di depan mata. “Seandainya kelak datang hari kiamat, sedang di tangan kalian terdapat bijih kurma, sekiranya memungkinkan menanamnya sebelum kiamat itu benar-benar terjadi, maka lakukanlah” (HR. Abu Dawud).
Di tengah bencana asap karena kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang baru saja melanda di berbagai wilayah di Tanah Air belakangan ini, pohon atau tanaman barangkali menjadi makhluk yang paling tersakiti.
Kita memang tak mendengar pohon berteriak protes meski terus dimanfaatkan, dieksploitasi dan dibakar sembarangan. Tapi ketika kita merasakan sesak napas karena kabut asap, kehilangan berbagai potensi hutan, hingga dilanda bencana alam, kita baru tersadar akan betapa telah berdosanya kita kepada pohon-pohon, kepada tanaman, kepada alam..