LONDON–Mantan Duta Besar United Kingdom untuk Indonesia, Mr. Moazzam Malik mendorong generasi muda NU dan Muhammadiyah untuk berjejaring sekaligus bersuara di ranah global. Pernyataan ini disampaikan Moazzam Malik di London, UK, dalam agenda British Islam Conference, Minggu (22 Februari 2020). Munawir Aziz mewawancarai Moazzam Malik dalam bahasa Inggris, di sesela forum konferensi.
Menurut Moazzam Malik, banyak sekali hal menarik dari Islam Indonesia. Prinsip-prinsip dasar tentang demokrasi, Pancasila, sekaligus bagaimana peran NU dan Muhammadiyah di ranah civil society. Moazzam bertugas di Indonesia sebagai diplomat pada Oktober 2014 sampai Juli 2019.
“Hal yang sangat menarik dari NU dan Muhammadiyah yakni bagaimana mereka tidak hanya merespon isu-isu agama, tapi juga bergerak pada isu-isu mendasar yang terkait langsung dengan kehidupan warga di Indonesia serta terkoneksi dengan isu-isu global. Misalnya, tentang lingkungan, penanganan sampah, industri tambang, sampai kesenjangan ekonomi,” jelas Moazzam.
Dalam kesempatan ini, Moazzam Malik berpesan agar generasi muda NU harus berani bersuara di level internasional. “Banyak hal penting yang dikerjakan NU, yang mana berdampak di level internasional. Jangan kecilkan kemungkinan, pentingnya negara-negara lain dan komunitas muslimnya, belajar dari apa yang dikerjakan NU. Maka, penting ada suara dari generasi NU yang bisa didengar dunia. Tentu saja, harus dalam bahasa yang dipakai di level internasional,” terangnya.
Ia mengajak generasi muda NU untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas diri. “Belajarlah yang mendalam dengan guru yang benar, datang ke negeri-negeri lain agar meningkat wawasannya, juga datang ke konferensi-konferensi internasional agar punya ide-ide segar. Menarik juga, kita bisa saling share ide di forum British Islam Conference ini.”
Sebagai diplomat, Moazzam Malik dikenal sebagai pribadi yang ramah dan komunikatif. Ia juga aktif berkomunikasi dan menyapa warga Indonesia melalui twitter. Ia mengaku menggunakan twitter untuk melihat perkembangan sosial politik, sekaligus juga mempraktikkan bahasa Indonesia yang ia pelajari.
“Saya gunakan twitter untuk belajar bahasa Indonesia. Jadi saya bisa mengetahui perkembangan berbahasa orang-orang Indonesia. Juga, saya bisa tetap bisa menulis dalam bahasa Indonesia, agar keahlian ini tidak hilang,” ungkapnya. Moazzam Malik mengisahkan, sebelum jadi Duta Besar UK di Indonesia, ia belajar bahasa Indonesia di London dan di Jogjakarta.
Moazzam Malik mengaku terkesan dengan semangat generasi Islam Indonesia baik di NU, Muhammadiyah dan juga Gerakan Gusdurian. Ia menggaris bawahi pentingnya aktifisme sosial yang berpengaruh langsung di masyarakat sekaligus bersuara di media sosial untuk mempengaruhi pandangan masyarakat dunia yang lebih luas (*)