KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, pengasuh Pesantren Tahfidz Qur’an LP3IA Rembang, dalam suatu pengajian kitab bersama para santri menjelaskan tentang macam-macam sifat istri, salah satunya teladan dari sifat Sayyidah ‘Aisyah ketika berumahtangga dengan Nabi Muhammad Saw.
Berikut penjelasan dari Gus Baha:
‘Aisyah, istri Nabi, termasuk istri dengan kriteria (mendukung perjuang suami). Saya heran sama ‘Aisyah. Saya punya kitab Musnad Ahmad berjumlah 14 jilid.
Ada 1 jilid riwayatnya dari Aisyah semua. Dan anehnya, dalam 1 jilid yang hadis yang diceritakan ‘Aisyah itu pasti yang sisi hukum, bukan kenangan dengan Nabi seperti ketika tidak punya uang.
Sebetulnya, jika tidak ada sesuatu untuk sarapan, kan jadi masalah bagi kamu.
Masalah besar nggak kalau istri Anda jam 8 pagi belum ada yang dimakan? Wah, perang Baratayudha. Hehehe
Demikian itu Sayyidah ‘Aisyah mengenangnya enteng saja. Bahwa pernah peristiwa itu terjadi dan Nabi mengambil sikap, “Kalau tidak ada yang dimakan, ya aku berpuasa saja!”
“Iya, Rasulullah, kalau tidak ada yang dimakan, ya kita puasa saja!”
Bisa kamu bayangkan punya istri seperti itu? Kalau nggak keburu kiamat, hehehe.
Kok bisa segampang itu menyelesaikan masalah ekonomi. Dan itu ‘Aisyah cerita tidak dalam konteks kecewa dengan keuangan Rasulullah. Tapi, dalam konteks puasa sunnah itu niatnya tidak harus pada malam hari.
Buktinya, Nabi pernah puasa dan mulainya setelah ada informasi tidak ada yang dimakan.
Coba kalau itu bukan orang (istri) yang benar-benar shalehah?!
Hayo istrimu kira-kira mempunyai mafhum (makna yang dipahami) begitu atau tidak? Saat tidak ada sarapan bilang, “Ayo pak, kita puasa saja! Semua ini kehendak Allah.”
Istrimu kalau bilang begitu, beritahu saya, nanti saya kasih uang, yakin!! Hehehe
Saya beri hadiah, yakin!! Kapan pun terjadinya, tapi jangan bodoni (bohong) lho! Hehehe
Istri Nabi itu berbeda dengan istrimu!
Sumber pengajian: “Gus Baha – Cara Nabi & Aisyah”