Merokok dan ngopi merupakan dua aktivitas yang kerap disandingkan sebagai suatu perpaduan yang nikmat bagi sebagian kalangan. Kegiatan mengisap dan menyeduh itu dianggap mampu menjadikan seseorang lebih rileks, fokus, dan konsentrasi. Apalagi merokok dan ngopi bisa dilakukan dalam kondisi santai maupun bekerja.
Hukum dan kesehatan adalah perspektif yang sering ‘dibawa-bawa’ ketika membincang masalah rokok dan kopi. Sudah banyak pendapat ahli agama dan medis yang bertebaran di mana-mana mengenai kedua hal tersebut.
Di sisi lain, ternyata rokok dan kopi tidak selalu memiliki hubungan yang baik. Tidak semua perokok menyukai kopi, begitu sebaliknya penikmati kopi tidak semuanya suka merokok.
Dalam konteks ini, KH Bahauddin Nursalim atau yang dikenal Gus Baha mempunyai cara sendiri ketika ada perdebatan antara penikmat rokok dan penikmat kopi.
Dalam suatu majelis ngaji kitab, Gus Baha mengungkapkan kisah lucu tentang perdebatan dua orang habib yang juga wali berasal dari negeri Yaman.
Wali yang satu suka rokok, sedangkan wali yang satu lagi suka kopi. Orang Yaman menamai ngopi dengan sebutan al-bunniyah. Adapun istilah al-qahwah itu kopinya, sedangkan kalau sudah jadi minuman sebutannya al-qahwah al-bunniyah.
Suatu ketika kedua wali itu saling gojlok (mengejek) perihal lebih baik mana antara merokok dan ngopi.
“Kopi itu tidak ada pada zaman Nabi. Tidak ada riwayat Nabi pernah ngopi,” ujar wali yang suka merokok.
Wali yang suka ngopi tidak mau kalah mempermasalahkan rokok. “Sama saja, kopi bukan sunnah Nabi, rokok juga bukan sunnah Nabi.”
Setelah debat tak kunjung selesai, salah satu dari mereka mengusulkan sebuah ide.
“Ya sudah begini saja. Kamu merokok di ruang itu, sedangkan saya ngopi di sini. Kita lihat nanti Nabi mendatangi siapa.”
Karena sama-sama seorang wali, keduanya pun sepakat menerima tantangan tersebut.
Singkat cerita akhirnya Nabi Muhammad mendatangi ruangan wali yang ngopi, sehingga tidak berkenan mendatangi wali yang merokok.
Demikian kisah lucu dari Gus Baha. Tidak ada komentar banyak dari beliau, yang jelas kisah ini hanya untuk merespons penikmat rokok dan penikmat kopi. (M. Zidni Nafi’)