Selama ini umat Islam yang belajar sering berdiskusi tentang pengertian Al-Quran menurut bahasa dan istilah. Artikel ini akan menjelaskan mengenai pembahasan kajian kitab suci.
Dalam keyakinan umat Islam, manusia hidup dunia bukan tanpa petunjuk dan hidup sekadar hidup. Umat Islam memiliki pedoman hidup berupa kitab suci Al-Quran.
Kitab suci ini sangat menyentuh sisi emosional setiap orang beriman. Tak heran, bila ada pelecehan atas nama Al-Quran, maka umat akan menjadi geram dan marah.
Meskipun begitu, kitab ini sejatinya turun sebagai pedoman hidup manusia. Banyak para ilmuwan masuk Islam gara-gara meneliti isi kandungan Al-Quran dan meyakini kebenaran isinya. Sayangnya, khalayak publik masih belum mengerti betul apa itu Al-Quran?
Berikut ini penjelasan tentang pengertian Al-Quran menurut bahasa dan istilah dalam agama Islam sebagaimana pendapat para ulama dalam karya-karyanya.
Bila kita rujuk dalam literatur Islam, maka kita akan mendapati banyak pendapat terkait definisi Al-Quran. Semisal dalam buku Al-Qur’an dan Qira’ah Syadzah karya Muhammad Aqil Haidar, ada beberapa kelompok yang mendefiniskan Al-Quran secara bahasa.
Pendapat pertama ini mengatakan bahwa Al-Quran berasal dari kata (قَرَأَ – يَقْرَأُ-قُرْانًأ) berupa mashdar yang berarti bacaan. Keterangan ini bersumber dalam kitab al-itqan fi ulumil qur’an karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi sebagaimana berikut:
قَالَ قَوْمٌ مِنْهُمْ اَلِّلْحْيَانِي هُوَ مَصْدَرٌ لَقَرَأْتُ كَالرَّجْحَانِ وَالْغُفْرَانِ سُمِّيَ بِهِ الْكِتَابُ الْمَقْرَوْءُ مِنْ بَابِ تَسْمِيَّةِ الْمَفْعُوْلِ بِالْمَصْدَرِ
“Ada sebagian kelompok berkata diantaranya adalah al-Lihyani yang berpendapat bahwa Al-Quran adalah mashdar dari qara’a. Sebagaimana dalam kata rujhan dan ghufron. Penamaan Al-Quran adalah kitab yang dibaca termasuk dalam bab penamaan maf’ul dengan mashdar.
Masih dalam kitab yang sama, pendapat kedua Imam as-Suyuthi menisbatkan pendapat golongan kedua pada az-Zajjaj dan Abu Ubaidah. Kata Al-Quran berasal dari kata (اَلْقُرْءُ) yang bermakna mengumpulkan. Pendapat ini beranggapan bahwa Al-Quran mengumpulkan surat-surat dan ayat-ayat.
Al-Zajjaj berkata:
هُوَ وَصْفٌ عَلَى فُعْلَانُ مُشْتَقٌّ مِنْ الْقُرْءِ بِمَعْنَى الْجَمْعِ وِمِنْهُ قَرَأْتُ الْمَاءَ فِيْ الْحَوْضِ اَيْ جَمَعْتُهُ
“Al-Quran adalah kata sifat berwazan fa’lanu (فَعْلَانُ) yang merupakan musytaq dari kata al-qur’u (اَلْقُرْءُ) yang berarti mengumpulkan. Sebagaimana dalam kata aku mengumpulkan air dalam bak.
وَسُمِّيُ بِذَالِكَ جَمَعَ السُّوَرَ بَعْضَهَا اِلَى بَعْضٍ
“Dinamakan Al-Quran karena ia mengumpulkan surat—surat dan menggabungkannya”.
Ar-Raghib al-Ashifani berkata:
وَاِنًّمَا سُمِّيَ قُرْانًا لِكَوْنِهِ جَمَعَ ثَمَرَاتِ الْكُتُبِ السَّالِفَةِ الْمُنَزَّلَةِ
“Dinamakan Al-Quran karena dia mengumpulkan inti dari kitab-kitab Allah yang ada sebelumnya.
Kelompok yang ketiga ini berpendapat bahwa kata Al-Quran berasal dari kata (قَرِنَ اَلشّئُ بِالشَّئِ) yang berarti menggabungkan satu dengan yang lainnya. Pendapat ini beralasan karena kitab suci ini menggabungkan surat-surat, ayat-ayat dan huruf-hurufnya.
هَوَ مُشْتَقٌّ مِنْ قَرَنَتْ اَلشَّيْئُ بِالشَّيْءِ اِذَا ضَمَمْتُ اَحَدَهَمَا اِلَى الْاَخَرِ وَسُمِّيَ بِهِ لِقُرْانِ السُّوَرِ وَالْاَيَاتِ وَالْحُرُوْفِ فِيْهِ
Al-Quran musytaq dari kata قَرَنَ (qorona) sesuatu dengan yang lainnya. Maksudnya adalah ketika saya mengumpulkan kepada salah satu dari keduanya kepada yang lain. Dinamakan demikian karena Al-Quran mengumpulkan surat-surat, ayat-ayat dan huruf-huruf di dalamnya.
Secara istilah atau ‘urf, dalam kitab Zubdatul Itqan fi ‘Ulumil Qur’an, Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki al-Makki al-Hasani mendefinisikan Al-Quran sebagai berikut :
اَلْكَلَامُ الْ مُنَزَّلُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُعْجِزُ بِسُوْرَةٍ مِنْهُ
Kalam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang dapat memberikan mukjizat dengan surat di dalamnya.
Menurut Sayyid asy-Syarif Abi al-Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali al-Husaini al-Jurjani al-Hanafi dalam kitabnya at-ta’rifat, mendefiniskan Al-Quran sebagai berikut:
هُوَ المُنَزَّلُ عَلَى الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَكْتُوْبُ فِي الْمَصَاحِفِ الْمَنْقُوْلِ عَنْهُ نَقْلًا مُتَوَاتِرًا
Sesuatu yang diturunkan kepada Rasul SAW. yang ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil dengan nukilan secara mutawatir.
Menurut ulama ushul fikih, dalam hal ini adalah Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh mendefinisikan Al-Quran sebagai berikut:
كَلَامُ اللهِ تَعَالَى المُنَزَّلُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللِّسَانِ الْعَرَبِيِّ لِلْإِعْجَازِ بِأَقْصَرَ سُوْرَةً مِنْهُ الْمَكْتُوْبُ فِي الْمَصَاحِفِ الْمَنْقُوْلُ بِالْمُتَوَاتِرِ الْمُتَعَبَّدُ بِتِلَاوَتِهِ الْمَبْدَوْءُ بِسُوْرَةِ الْفَاتِحَة الْمَخْتُوْمُ بِسُوْرَةِ النَّاسِ
Kalamullah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. dengan lisannya orang Arab (bahasa Arab), untuk memberikan mukjizat paling sedikitnya satu surat saja, yang ditulis di beberapa mushaf, dinukil secara mutawatis, yang dianggap beribadah dengan membacanya, dibuka dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-naas.
Setelah kita mengetahui pengertian Al-Quran menurut bahasa dan istilah, alangkah lebih baiknya kita juga mengetahui sejarah turunnya Al-Quran. Dalam kitab al-mabahits fi ‘ulumi al-qur’an, Syekh Manna’ al-Qatthan mengutip tiga ayat yang setidaknya menyinggung pembahasan turunnya Al-Quran. Tiga ayat itu adalah :
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (Q.S Qadr: 1)
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. (QS. Ad-Dukhan : 03)
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (al-Baqarah: 185)
Ketiga ayat itu tidaklah bertentangan. Karena malam yang diberkahi adalan malam lailatul qadar bulan ramadhan. Tetapi dzahir ayat-ayat itu bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah. Al-Quran turun kepadanya selama dua puluh tiga tahun. Dalam hal ini, para ulama mempunyai dua mazhab kelompok :
Kemudian Allah menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad . secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian hingga ia wafat.
أُنْزِلَ الْقُرْانُ فِيْ لِيْلَةِ الْقَدْرِ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا جَمْلَةً وَاحِدَةً ثُمَّ أُنْزِلَ نُجُوْمًا
“Al-Quran diturunkan pada malam lailatul qadar di bulan ramadhan ke langit dunia sekaligus. Lalu Al-Quran turun secara berangsur-angsur”. (HR. Hakim dan Baihaqi)
Kemudian turunnya itu berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Dengan demikian turunnya Al-Quran hanya satu macam, yakni turun secara bertahap kepada Rasulullah SAW. senab demikian yang Al-Quran nyatakan :
وَقُرْانًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهْ تَنْزِيْلًا
“Dan Al-Quran (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan adan Kami menurunkannya secara bertahap”. (QS. al-Isra’ : 106)
Menariknya, Syekh Manna’ al-Qattan dalam karyanya yang berjudul mabahits fi ulum Al-Qur’an mengunggulkan dari dua pendapat kelompok tentang proses turunnya Al-Quran. Adapun mazhab kedua yang asy-Sya’bi riwayatkan dengan dalil-dalil shahih tidaklah bertentangan dengan mazhab pertama yang Ibnu Abbas riwayatkan.
Dengan demikian, maka pendapat yang kuat adalah Al-Qur’anul karim itu turun melalui dua proses tahapan :
Dalam kitab al-Mabahits fi ‘Ulumi al-Qur’an, Syekh Manna’ al-Qatthan membahas perihal surat dan ayat dalam Al-Quran. Jumlah surat ada seratus embat belas surat. Ada pendapat pendapat yang mengatakan bahwa terdapat tiga belas surat, karena surat al-Anfal dan al-Bara’ah adalah satu surah.
Sedangkan jumlah ayatnya sebanyak 6.200 lebih. Namun ‘kelebihan’ ini masih menuai perselisihan. Ayat terpanjang adalah ayat tentang utang-piutang. Surat terpanjang adalah surat al-Baqarah.
Sesungguhnya umat Islam sangat perlu sekali memahami Al-Quran. Karena dengan memahami Al-Quran kita dapat mengetahui hukum-hukum syariat yang merupakan ladang kebahagian yang abadi, dunia dan akhirat.
Dalam kitab suci ini, Allah melukiskan beberapa sifat pada Al-Quran. Barangkali ini bermakna bahwa Al-Quran bukan hanya sebagai undang-undang bagi manusia, tapi benar-benar menjadi petunjuk bagi manusia dalam menjalani tugas untuk mengabdi kepada Allah sebaik-baiknya.
Nama-nama tersebut adalah :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَكُم بُرْهَٰنٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكُمْ نُورًا مُّبِينًا
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ قَدْ جَآءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِّمَّا كُنتُمْ تُخْفُونَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍ ۚ قَدْ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُورٌ وَكِتَٰبٌ مُّبِينٌ
وَهَٰذَا كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ مُبَارَكٌ مُّصَدِّقُ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنذِرَ أُمَّ ٱلْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا ۚ وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْءَاخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِۦ ۖ وَهُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
قُلْ مَن كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيلَ فَإِنَّهُۥ نَزَّلَهُۥ عَلَىٰ قَلْبِكَ بِإِذْنِ ٱللَّهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
بَشِيرًا وَنَذِيرًا فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ
بَلْ هُوَ قُرْءَانٌ مَّجِيدٌ
كِتَٰبٌ فُصِّلَتْ ءَايَٰتُهُۥ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا لِّقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Pemabahasan artikel pengertian Al-Quran menurut bahasa dan istilah selanjutnya adalah tentang keutamaan membaca Al-Quran. Memperbanyak membaca Al-Quran itu hukumnya sunah. Allah SWT. memuji orang-orang yang banyak membaca ayat-ayat Al-Quran. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT. yang berbunyi :
يَتْلُوْنَ ءايتِ اللهِ ءَانَاءَ اللَّيْلِ
“mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari,” (QS. Ali-‘Imron : 113)
Selain berdasarkan dalil Al-Quran, kesunahan membaca Al-Quran juga ada dalam dalil hadits. Berikut keutamaan memperbanyak membaca Al-Quran berdasarkan dalil riwayat hadits Nabi Muhammad SAW.
وَفِيْ (الصَّحِيْحَيْنِ) مِنْ حَدِيْثِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيْ اللهُ عَنْهُمَا : (لَا حَسَدَ إِلَّا فِيْ اثْنَتَيْنِ : رَجُلٌ اَتَاهُ اللهُ الْقُرْانَ فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ انَاءَ اللَّيْلِ وَاَنَاءَ النَّهَارِ)
Dalam kitab shahih Bukhari-Muslim dari hadits Ibnu ‘Umar RA. : tidak boleh ada kehasadan kecuali dalam dua hal: seseorang yang Allah beri ia Al-Quran dan ia membacanya sepanjang malam dan siang.
وَاَخْرَجَ (مُسْلِمٌ) مِنْ حَدِيْثِ أَبِيْ أُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا : (اَلْبَيْتُ الَّذِيْ يُقْرَأُ فِيْهِ الْقُرْانُ يُتَرَاءَى لِأَهْلِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ كَمَا تَتَرَاءى النُّجُوْمُ لَأَهْلِ الْأَرْضِ)
Imam Muslim meriwayatkan dari hadits Abu Umamah RA: Rumah yang di dalamnya penghuninya membaca Al-Quran, maka Allah terangkan rumah itu pada penduduk langit dan bumi sebagaimana bintang-bintang menerangi kepada penduduk bumi.
وَأَخْرَجَ مِنْ حَدِيْثِ أَنَس رَضِيَ اللهَ عَنْهُ : (نَوِّرُوْا مَنَازِلَكُمْ بَالصَّلَاةِ وَقَرَاءَةِ الْقُرْانِ)
Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari hadits Anas RA. : terangilah rumah-rumah kalian dengan sholat dan membaca Al-Quran.
وَأَخْرَجَ مِنْ حَدِيْثِ النُعْمَانَ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : (أَفْضَلُ عِبَادِةِ اُمَّتِيْ قِرَائَةُ الْقْرْانِ)
Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari hadits Nu’man bin Basyit RA. : sebaik-baik ibadanya umatku adalah membaca Al-Quran.
Demikian artikel tentang pengertian Al-Quran menurut bahasa dan istilah sekaligus sejarah turunnya, jumlah ayat dan surat, nama-nama Al-Quran serta keutamaan memperbanyak membaca Al-Quran. Semoga bermanfaat. Sekian.