Ulama ahli Tafsir dan Al-Qur’an asal Kab. Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha dalam suatu pengajian kitab tafsir bersama para santri menjelaskan tentang hukum mempercayai jimat yang dianggap musyrik oleh golongan tertentu.
[Link versi video ada di bawah]
Berikut penjelasan Gus Baha:
Orang Yahudi menganggap Sulaiman bukan nabi, tapi King of Solomon (Raja Solomon) karena orang punya kekuasaan dan istri yang banyak. Berarti bukan nabi, namun hanya raja.
Makanya, ketika Nabi Muhammad menyebut سليمان من الأنبياء (Sulaiman termasuk bagian dari para nabi), orang-orang Yahudi pada senang, “Lihat Muhammad, orang kok bodohnya seperti itu, Sulaiman kok dianggap nabi, padahal dia itu hanya seorang raja.”
Lalu ayat Al-Qur’an turun:
(Qur’an Surat Al-Baqarah: 102)
Karena orang Yahudi juga ada bodohnya.
Nabi Sulaiman itu nabi yang bisa menaklukkan jin dan angin. Setan pintar, ketika Nabi Sulaiman hendak meninggal, setan mengarang buku lalu disisipkan di bawah singgasana Sulaiman, supaya terlihat pantas.
Walhasil, setelah Nabi Sulaiman wafat, setan menghembuskan isu “Sulaiman canggih itu karena mempunyai primbon.”
Akhirnya, orang-orang pada berebut primbonnya Sulaiman, kebetulan di bawah singgasananya terdapat primbon (yang dibuat setan).
Ketika dibaca menjadi jimat. Makanya, ada aliran yang memusyrikkan jimat.
Awakmu ojo geting nemen-nemen (kamu jangan benci berlebihan). Pahami, karena ada asal-usulnya.
Menurut saya, jangan katakan “musyrik”, katakan saja “orang menganggur” atau apapun kan bisa. Umatnya Nabi kok disebut musyrik.
Walhasil, disepakati bahwa Sulaiman itu bukan nabi, melainkan klenik. Makanya, ketika Kanjeng Nabi Muhammad menyebut Sulaiman sebagai nabi itu disalahkan orang Yahudi.
Allah membela Nabi Sulaiman,
Karena primbon sihir itu bukan Nabi Sulaiman yang mengarang, tapi setan.
Paham nggeh? Jadi kamu harus tahu sejarah-sejarah seperti itu.
Menurut saya, jimat itu jangan dihukumi syirik, tapi “menganggur” begitu saja.
Kamu menghukumi syirik, tapi kan membaca syahadat. Orang kafir saja yang membaca لا إله إلا الله jadi mukmin, kok sekarang yang sudah jadi mukmin malah kamu anggap kafir. Itu bertemu akal berapa?
Masak kalimat yang menjadikan mukmin lalu kalimat yang sama menjadikan kafir. Wong jimatnya orang Islam itu tulisan لا إله إلا الله. Dilipat-lipat terus dikasih kain mori terus dikalungkan begitu saja kok.
Kok terus musyrik, musyriknya dari mana?
Tapi, itulah seninya dunia. Tidak usah kamu pikir dalam-dalam. Tidak usah bertanya.
Kadang ada kiai kacau bertanya, “Menurut Anda bagaimana, Gus?”
“Tidak usah kamu tanyakan, itu tontonan dunia.”
Hukum tidak harus ada hukumnya. Kata Allah:
“Janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu.”
(Qur’an Surat Al-Ma’idah, Ayat 101)
Kamu jangan suka bertanya semua perkara, bisa ino (buruk) kalau dijawab. Hal-hal sensitif jangan ditanyakan.
Link versi video pengajian ini: