Bogor – Ribuan masyarakat dari berbagai elemen menghadiri pembukaan acara Pra Musyawarah Nasional (Munas) dan Kongres Besar (Konbes) Alim Ulama di Pesantren Al-Falakiyah Pegantongan, Kota Bogor, Jawa Barat, Ahad (1/3). Secara khusus, pembukaan acara ini dihadiri oleh Wali Kota Bogor Arya Bima, Rais Syuriah PBNU KH Ishomudin, Katib Syuriah PBNU KH Mujib Qulyubi, Kiai Afifudin, tokoh sepuh NU KH Masdar Mas’udi, Kiai Nurul Yaqin, Wasekjen PBNU Andi Najmi, Pengasuh Pesantren Al-Falakiyah Bogor KH Tb Asep Zulfiqor.
Pra-Munas dan Konbes Alim Ulama yang berisi bahtsul masail ini diikuti oleh peserta yang terdiri dari para akademisi, kiai, dan santri dari berbagai daerah di Indonesia. Peserta terbagi ke dalam tiga komisi, yakni komisi Qanuniyah, Waqi’iyah, dan Maudhu’iyah.
Ketiga komisi tersebut membahas tentang UU Nomor 1 Tahun 1965 tentang penodaan agama, RUU pengawasan obat dan makanan, BPJS dan politik anggaran untuk rakyat miskin, RUU cipta kerja (Omnibus Law), pembahasan hukum gelatin, gugatan atas kebijakan pemerintah yang merugikan, hukum daging berbasis sel, hukum ekspor benih lobster, moderatisme NU dalam berpolitik, konsep pemanfaatan SDA yang berkelanjutan, dan metode istinbath maqashidi.
KH Ishomuddin dalam sambutannya menyampaikan bahwa PBNU menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak Pesantren Al-Falakiyah yang juga melibatkan Pesantren Al-Falak dan Pesantren Al-Um sebab telah bersedia menjadi tuan rumah Pra-Munas dan Konbes Alim Ulama.
Lebih lanjut, Kiai Ishom menuturkan bahwa para kiai yang menjadi peserta pada bahtsul masail ini sudah tidak diragukan lagi keilmuannya. Mereka adalah perwakilan pengurus masing-masing PWNU di seluruh Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Pengasuh Pesantren Hamalatul Quran Al-Falakiyah Bogor Kiai Tb Asep Zulfiqor merasa bahagia lantaran dipercaya oleh PBNU menjadi tuan rumah pertemuan para ulama NU dari berbagai daerah. Bagi dia, acara tersebut adalah kegiatan yang mulia sebab di dalamnya terdapat Bahtsul Masail, menggali berbagai masalah-masalah hukum Islam.
Kiai Asep menilai bahwa hasil Batsul Masail NU selama ini sangat dibutuhkan dan ditunggu oleh berbagai kalangan termasuk oleh masyarakat dan pemerintah. Pesantren Al-Falakiyah, tambahnya, telah berdiri sebelum kemerdekaan Indonesia, bahkan dahulu Presiden pertama Indonesia Ir Soekarno sering mendatangi pendiri pesantren tersebut, yakni KH Tubagus Muhammad Falak.
Rencananya, hasil pembahasan komisi-komisi pada bahtsul masail ini akan dibawa ke kegiatan Munas dan Konbes PBNU yang akan berlangsung pada 16-19 Maret di Pesantren Sarang, Rembang, Jawa Tengah.