R.A. Lasminingrat sastrawan perempuan pertama dari Sunda. R.A. Lasminingrat adalah putri dari seorang kepala penghulu, penasihat pemerintah Belanda, dan pendiri sekolah raja yang bernama Raden Haji Musa. Walaupun berasal dari keturunan menak, R.A Lasminingrat tidak disekolahkan sebab minimnya akses sekolah khusus perempuan di Era Kolonial.
Tetapi, berkat relasi Ayahnya dengan bangsawan Belanda, R.A. Lasminingrat berkesempatan belajar bersama Kontroleur Levisan. Bahkan pada era kolonial, R.A. Lasminingrat adalah perempuan pertama yang mendapat pendidikan barat dari para bangsawan Belanda.
Kesempatannya belajar dengan bangsawan Belanda memberikan kemahiran pada dirinya. Kemahiran membaca, menulis serta berbahasa Belanda. Hal tersebut selanjutnya mendukung kemahiran yang turun dari Ayahnya, sebagai seoarang sastrawan terkenal di era kolonial.
Sebagai perempuan sunda pertama yang berbakat menulis dan berhasil menjadi sastrawan, R.A. Lasminingrat berhasil menciptakan sebuah karya luar biasa yang bertajuk “Carita Eman”. Karyanya yang pertama ini, ditulis dalam aksara jawa dan latin.
Hebatnya lagi, karya tersebut berhasil terbit dan cetak ulang pada era kolonial tahun 1911 dan 1922. Buku tersebut berisi tentang peranan ibu di rumah tangga, pendidikan anak-anak, pengetahuan alam serta Ketuhanan yang Maha Esa .
Karya pertama R.A. Lasminingrat juga sempat cetak ulang yang merupakan hasil dari terjemahan bahasa melayu oleh MS. Cakrabangsa. Terjamahan tersebut pertama cetak pada tahun 1919, cetakan kedua dan ketiga terbit pada tahun 1930.
Perjuangan R.A. Lasminingrat untuk mencerdaskan pribumi melalui literasi tidak hanya sampai pada karya pertamanya. Ia berhasil menciptakan karya yang kedua yang terdiri dari dua jilid yang bertajuk “Dongeng-dongeng Warnasari”.
Karyanya yang kedua tidak kalah menarik, lagi-lagi dibuktikan dengan banyaknya pihak yang menerjemahkan buku tersebut dalam berbagai versi bahasa. Buku Warnasari yang dipersembahkan R.A. Lasminingrat untuk anak-anak, berhasil diterjemahkan oleh Varhalen Van Moeder dalam bahasa Belanda. Kegemilangannya juga dibuktikan dengan diterbitkannya buku Warnasari oleh Balai Pustaka dan menjadi koleksi di Sekolah Dasar.
Karya-karyanya yang menyeluruh terbukti dapat mempengaruhi para pembacanya serta mendorong masyarakat pribumi untuk melek huruf latin. Hal tersebut terbukti melalui beberapa kali cetak ulang dari karya-karya R.A. Lasminingrat. Karyanya yang menyeluruh akhirnya juga mammpu menggerakkan perempuan untuk mengikuti jejaknya.
R.A. Lasminingrat juga mendobrak stigma masyarakat mengenai keterbatasan perempuan dalam melakukan suatu perkerjaaan yang tidak pernah dilakukan oleh perempuan pada era kolonial.
Dalam hal ini ia memberikan kontruksi baru mengenai anggapan bahwa perempuan juga bisa mengerjakan suatu pekerjaan yang selama ini selalu dikerjakan oleh laki-laki. Mulai dari hal tersebut, kesetaraan gender tercipta dan memicu perempuan-perempuan Indonesia menjadi berdaya.
Selain karya sastranya yang memberikan pengetahuan luar biasa untuk para pribumi, berkat kemahirannya dalam bahasa Belanda, R.A. Lasminingrat juga menerjemahkan beberapa buku untuk dikonsumsi para kaum perempuan. Perjuangannya melalui jalan literasi untuk mengangkat derajat perempuan, ia juga mendirikan Sakola Kaotamaan Istri.
Sakola Keotamaan Istri berdiri pada tahun 1907 di Pendopo Kabupaten Limbangan. Tidak lain dan tidak salah sekolah tersebut adalah sebuah upaya R.A. Lasminingrat untuk memajukan perempuan dari keterbatasan. Setelah berjalan beberapa tahun, pada masa penjajahan Jepang, Sakola Kaoetamaan Istri berubah menjadi Sakola Rakyat (SR), dan tahun 1950 berubah menjadi SD Negeri Ranggalawe I dan IV, dan sekarang menjadi SDN Regol VII dan X.
Tentunya masih banyak sekali perjuangan R.A. Lasminingrat dalam memperjuangkan perempuan yang tidak tertulis dalam tulisan ini. Tetapi, sedikit informasi yang tersaji dalam tulisan ini semoga dapat menggerakan hati para pembaca untuk bersemangat menjadi pribadi yang memiliki semangat perjuangan yang tinggi. Sehingga, mampu menciptakan kemaslahatan bagi semua umat manusia. Serta menebarkan kebaikan untuk sesama manusia. Sekian.
Sumber:
Buku Empat Sastrawan Sunda Lama (1995) dan Sejarah Pendidikan Daerah (1998) karya Edi, S Ekajadi, dkk.
Buku Raden Ajoe Lasminingrat 1843-1948 (2011) karya Deddy Effendy