Rahmah El- Yunusiah (selanjutnya ditulis dengan Rahmah) merupakan salah satu tokoh perempuan Indonesia yang mengupayakan adanya perbaikan nasib dan martabat perempuan melalui pendidikan.
Rahmah lahir dari keluarga yang sangat agamis pada tanggal 26 Oktober 1900 di Padang Panjang, Sumatera Barat. Ayahnya adalah seorang ulama dan pernah menjabat sebagai sorang qadi di Padang Panjang. Kakeknya juga seorang ulama yang ahli ilmu falak dan memimpin tarekat Naqsabandiyah.
Rahmah tidak pernah mendapatkan pendidikan dari ayahnya karena ayahnya telah meninggal dunia sejak Rahmah masih berusia kanak-kanak. Rahmah hanya hidup bersama dengan Ibu dan kakak-kakaknya yang berpengaruh terhadap pola pikir Rahmah dalam bidang pendidikan.
Ketika usianya 16 tahun Rahmah menikah dengan ulama muda yang berpikiran maju. Pernikahan ini hanya berjalan selama enam tahun dan keduanya sepakat untuk berpisah tanpa memperoleh seorang anak. Setelah perceraiannya itu, Rahmah mencurahkan perhatian dan tenaganya dalam berbagai kegiatan masyarakat salah satunya pendidikan.
Rahmah menuntut ilmu di sebuah perguruan diniyah yang pimpinan kakaknya. Rahma juga belajar kepada beberapa ulama terkemuka di Padang Panjang pada sore harinya, selain juga belajar ilmu kebidanan dan ilmu kesehatan dari para ahli di sekitar tempat tinggalnya.
Ketertarikannya terhadap bidang pendidikan sudah tertanam sejak remaja. Menurutnya pendidikan sebagai salah satu jalan yang tepat untuk mengangkat derajat para perempuan khusunya di Padang Panjang. Rahmah mempunyai keinginan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan untuk perempuan.
Saat 23 tahun, Rahmah mendirikan perguruan agama khusus perempuan. Pada tanggal 1 November 1923, Rahmah meresmikan sekolah dengan nama Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat (madrasah diniyah khusus perempuan).
Pada awal berdirinya Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat, jumlah murid yang mendaftar sebanyak 71 orang dan sebagian besar adalah perempuan yang sudah berkeluarga. Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat bertempat di sebuah masjid Pasar Usang.
Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat tidak hanya mengajarkan pengetahuan agama namun juga pengetahuan umum bahkan pelatihan menjahit.
Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat diampu oleh empat guru yang juga perempuan. Tidak hanya sebagai pimpinan, Rahmah juga merangkap sebagai tenaga pengajar. Ketiga yang lain adalah Darwisah, Nasisah dan Djawena Basyir.
Pada tahun 1924, Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat pindah ke sebuah rumah bertingkat sewaan. Rumah ini berlokasi di Pasar Ujang, Padang Panjang. Setelah pindah ke rumah ini, pengajaran tidak lagi menggunakan satu meja kecil dan para murid melingkar namun sudah dilengkapi dengan bangku, meja dan papan tulis.
Satu tahun telah berjalan dan Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat ini semakin berkembang. Lantai dua rumah ini untuk murid yang belum berkeluarga. Mereka wajib tinggal di asrama.
Semakin tahun semakin banyak pula perempuan yang mulai belajar di Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat. Tidak hanya berasal dari Padang Panjang saja, banyak pula murid yang datang dari luar kota.
Kemajuan Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat juga mempengaruhi respon masyarakat setempat. Pada awal tahun 1926, berdiri sebuah gedung yang lengkap dengan asramanya.
Namun belum sampai berumur satu tahun, gempa bumi menimpa kota Padang Panjang dan menyebabkan hancurnya gedung tersebut. Hal ini tidak membuat Rahmah putus asa. Rahmah mulai membangun kembali tempat belajar untuk muridnya.
Setelah gempa, selama 45 hari Rahmah mendirikan beberapa rumah bambu dengan atap rumbia dan berlantaikan tanah. Rumah bambu itu menjadi rumah darurat untuk memulai kembali kegiatan belajar mengajar seperti sebelumnya.
Karena kebutuhan dana yang cukup banyak, Rahmah memutuskan untuk pergi ke Sumatera dan mengumpulkan dana untuk membangun gedung yang baru. Setelah satu tahun upaya pendirian gedung akhirnya selesai. Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat sedikit demi sedikit mengalami penyempurnaan baik secara fisik, kelembagaan maupun kurikulumnya.
Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat berkembang sangat pesat. Banyak negara yang mulai tertarik dan memberikan perhatiannya terhadap pola pendidikan di Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat. Malaysia, Singapura bahkan rektor Universitas Al-Azhar datang mengunjungi Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat dan menyatakan kekagumannya terhadap Rahmah.
Dalam kunjungannya ke Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat, rektor Al-Azhar memberikan gelar kehormatan “Syaikhah” kepada Rahmah. Sejak saat itu, Al-Madrasah Al-Diniyah li Al-Banat semakin berkembang dan bertambah kokoh.
Pada tanggal 26 Februari 1969, di usianya yang ke 71 tahun Rahmah meninggal dunia ketika akan mengerjakan shalat maghrib. Demikianlah kiprah dan peran Rahmah El-Yunusiah dalam mengembangkan pendidikan perempuan di Indonesia.