Tentu kita tidak asing lagi dengan sebutan Ratu Kalinyamat, sosok ratu yang namanya dikenal luas di daerah Kabupaten Jepara dan di beberapa kabupaten tetangga seperti Pati, Rembang dan sekitarnya. Ratu Kalinyamat hingga saat ini masih diusulkan untuk menjadi bagian dari pahlawan Nasional.
Melalui Yayasan Dharma Bakti Lestari perjuangan menorehkan nama Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional masih terus berjalan. Dalam Koran Media Indonesia edisi 20 September 2020 dengan judul “Belum Kendur Mengantar Ratu kalinyamat” dinyatakan bahwa pada tahun 2005 Ratu Kalinyamat telah diajukan agar masuk dalam deretan Pahlawan Nasional. Tetapi pengajuan belum menuai hasil yang diharapkan. Pengajuan kembali dilakukan oleh yayasan terkait pada akhir tahun 2019 lalu.
Lantas apa yang bisa kita jejaki dari kiprah pemikiran perempuan yang pernah memimpin Kerajaan Jepara dan telah mampu mengurai buntalan kusut permasalahan pembagian tahta di Kerajaan Demak ini? Dan, apa sumbangsih dari pemikiran beliau sehingga sudah sepatutnya dikenang dalam deretan Pahlawan Nasional?
Ratu Kalinyamat bernamakan asli Retna Kencana, putri dari Pangeran Trenggana sekaligus cucu sultan Demak pertama, Raden Patah. Berdasar pada beberapa hasil kajian disebutkan bahwa, dalam Babad Demak Jilid 2 Retna Kencana merupakan putri Sulung dari Sultan Trenggana.
Retna Kencana kemudian dipersunting oleh Pengeran Kalinyamat. Pangeran Kalinyamat sendiri disinyalir mempunyai beberapa nama julukan seperti Kyai Wintang, Pangeran Hadiri dan Pangeran Jepara. Menurut salah satu sumber, Pangeran Hadiri merupakan anak dari Bupati Cirebon yang mempunyai nama asli Pangeran Mukmin.
Dalam versi sejarah lain disebutkan bahwa Pangeran Hadiri merupakan keturunan dari putera Sultan Ibrahim dari Aceh, yang bergelar Sultan Muhayat Syah dengan nama kecil Pangeran Toyib.
Sepeninggal Sultan Trenggana sebagai pemimpin kesultanan Demak kala itu, daerah kekuasaan Demak dibagi-bagi berdasar pada garis keturunan. Sebagai menantu dari Sultan Trenggana, Pangeran Hadiri kemudian memperoleh kekuasaan di daerah Jepara, Pati, Juwana dan Rembang.
Sepeninggal Pangeran Hadiri tampuk kepemimpinan kemudian digantikan oleh Retna Kencana. Penobatannya sebagai ratu ditandai dengan adanya sengkalan Trus Karya Tataning Bumi pada 12 Rabiul Awal atau 10 April 1549.
Dalam penobatannya sebagai ratu, nama Retna Kencana kemudian banyak dikenal dengan sebutan Ratu Kalinyamat. Ratu Kalinyamat merupakan sosok yang dikenal berkepribadian cerdas, bijaksana, pemberani dan berwibawa. Beberapa kiprahnya meliputi banyak hal. Yaitu:
Pertama, pemersatu wilayah kerajaan Demak dan Jepara. Dari kewibawaan Ratu Kalinyamat terlihat dari kemampuannya mengurai pintalan konflik tahta paska meninggalnya Sultan Trenggana. Dari peran Ratu Kalinyamat keberhasilan menyatukan kerajaan Demak dan Kerajaan Jepara bisa terwujud.
Kerajaan Demak sebelumnya berada di bawah kepemimpinan Sunan Prawata, yang merupakan kakak kandungnya. Tetapi sepeninggal Sunan Prawata berbagai keputusan diserahkan pada Ratu Kalinyamat.
Kedua, pada abad ke-16 Ratu Kalinyamat mampu membawa perdagangan di pelabuhan Jepara semakin ramai dengan aktivitas perdagangan. Pelabuhan Jepara menjadi jalan transit dari sederat pelabuhan di utara jawa Tengah meliputi Jepara, Juana, Rembang dan Lasem. Tidak hanya memiliki posisi strategis sebagai pelabuhan transit, perkembangan pesat Pelabuhan Jepara juga dilatarbelakangi hubungan perdagangan internasional ke Malaka dan beberapa daerah lain seperti Bali.
Di bawah kekuasaan Ratu Kalinyamat kejayaan Jepara tidak hanya di bidang maritim tetapi juga di daratan. Kala itu Jepara juga mampu menjadi eksportir beras bersamaan dengan tiga wilayah lain, yaitu Demak, Tegal dan Semarang. Tidak hanya beras beberapa komoditas perdagangan dan ekspor di Jepara kala itu adalah kapuk, madu, kayu dan sebagainya.
Ketiga, kepiawaian membangun diplomasi Internasional. Fokus lain yang menjadi pencapaian dari Ratu Kalinyamat adalah pertahanan kekuatan maritim melalui angkatan laut. Penguatan bidang ini dilakukan dengan melakukan diplomasi dengan beberapa kerjaan maritim meliputi Johor, Aceh, Banten dan Maluku.
Kerjasama dengan beberapa kerajaan Maritim menjadi titik tolak dari komitmen Ratu Kalinyamat untuk membangun kekuatan wilayah kelautan. Komitmen tersebut sejalan dengan kemajuan perdagangan maritim yang dicapai kerajaan Jepara kala itu.
Keempat, komitmen melawan penjajahan Portugis sebagai wujud cinta tanah air dan perjuangan mempertahankan ekonomi bangsa.
Pada tahun 1550 Ratu Kalinyamat mengirim sebanyak 40 buah kapal dengan empat ribu sampai lima ribu prajurit. Ekspedisi ini merupakan kerjasama dengan Kerajaan Johor untuk mengusir penjajahan Protugis di daerah Malaka. Ekspedisi ini belum menuai hasil.
Selanjutnya pada tahun 1573 Ratu Kalinyamat kembali memutuskan untuk mengirim ekspedisi guna mengusir penjajah Portugis. Kali ini kerjasama dilakukan dengan Sultan Aceh, Ali Riayat Syah. Ekspedisi kembali menuai kegagalan karena keterlambatan Pasukan Jawa yang tidak muncul pada waktu yang telah direncanakan.
Tidak berhenti sampai disitu, pada tahun 1974 Ratu Kalinyamat kembali mengirimkan armada beserta pasukan untuk kembali melawan Portugis. Lebih besar dari sebelumnya, kali ini Ratu Kalinyamat mengirim sebanyak 80 buah kapal besar dari jumlah keseluruhan 300 buah kapal, dan 15.000 prajurit terpilih dengan perlengkapan lebih banyak meliputi perbekalan, meriam, dan mesiu.
Kegagalan kembali menghantui setelah 30 kapal besar yang menyertai ekspedisi ini terbakar. Dan, sebanyak enam kapal persediaan makanan yang dikirim dari Jepara berhasil ditaklukan dan menjadi rampasan Portugis. Akhirnya pasukan pun mundur.
Kelima, kemampuan lain yang dimiliki Ratu Kalinyamat adalah kemampuan mendidik. Menurut berbagai sumber, meskipun Ratu Kalinyamat tidak berputra tetapi kebaikan pribadinya menjadikannya dipercayai untuk mengambil anak asuh.
Beberapa anak asuhnya adalah keponakannya sendiri, seperti Pangeran Arya dan beberapa anak dari Sunan Prawata. Selain itu Ratu Kalinyamat juga mengasuh Pangeran Timur, adik kandungnya sendiri yang ditinggal sang ayah dalam kondisi masih belia.
Dari berbagai deretan kiprah yang dilakukan Ratu Kalinyamat, sudah sepatutnya jika beliau dinobatkan menjadi bagian dari Pahlawan Nasional. Dan seyogyanya pemikiran dan sikap beliau bisa menginspirasi banyak pihak, utamanya menjadi pijakan model kepemimpinan bagi generasi muda saat ini. Utamanya adalah rasa cinta tanah air melalui perjuangan sesuai dengan kiprah masing-masing. Wallu a’lam.