Toleransi itu indah. Seindah ketika kita mengucapkan terima kasih, apabila diberi sesuatu oleh orang lain. Dari ungkapan terima kasih ini akan ada senyum, serta kesantunan yang bisa memberikan ketenangan dalam hidup berdampingan. Sederhananya seperti itulah toleransi bekerja. Selain menganjurkan manusia untuk menghormati dan menghargai, bertoleransi juga mengajarkan manusia untuk berbagi.
Sebenarnya toleransi sesederhana itu. Sayangnya dalam praktik kehidupan sehari-hari tidak sedikit dari kita belum sepenuhnya memahami tentang makna toleransi.
Kita hanya tahu bahwa toleransi pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh bangsa. Seperti Gus Dur ataupun dari Soekarno yang notabene sebagai presiden pertama. Lantas sudahkah kita meneladani toleransi yang dilakukan tokoh-tokoh bangsa tersebut?
Pertanyaan inilah yang seharusnya menjadi perenungan bersama. Kapan terakhir kali kita berbagi, menolong orang lain, dan berkumpul dalam lingkaran untuk musyawarah. Apabila sudah setiap hari, maka lanjutkan. Namun, jika masih terasing dalam kesendirian dan merenung di kamar sendiri, maka keluarlah dari zona itu. Karena bertoleransi sangat Indah dan menyenangkan.
Ambil contoh ketika kita di warung kopi dan berdiskusi dengan teman. Dari sini kita akan menemukan bagaimana sikap saling menghormati, menasihati dan saling berbagi tentang keresahan. Sehingga perihal tentang problem-problem sosial yang ada dalam diri tidak menutup kemungkinan akan terselesaikan dengan baiknya. Sederhananya seperti itulah toleransi bekerja. Bisa tanpa di sadari tapi memberikan arti.
Maka benar adanya apabila Soekarno mengatakan. Bahwa pemuda yang kumpul-kumpul sambil diskusi tentang bangsa dan negara, itu jauh lebih baik dibandingkan pemuda kutu buku yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Menurut hemat saya, membaca memang bisa membuka jendela dunia.
Kita bisa tahu segalanya. Namun juga jangan lupa, mengetahui bangsa sendiri jauh lebih penting bagi seorang pemuda. Sebab, dirinyalah yang akan meneruskan estafet kedigdayaan bangsa Indonesia. Inti sarinya, dalam membaca dan menjelajahi ilmu seseorang juga harus selalu ingat tentang bangsa sendiri.
Dari situlah alasan mengapa Gus Dur kemudian mengusung semangat toleransi sebagai jalan kerukunan. Banyak teladan yang bisa diambil dari Gus Dur ketika membicarakan toleransi. Salah satunya beliau memberikan ruang orang Tionghoa untuk beribadah di bangsa Indonesia. Karena bagi Gus Dur, memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya. Merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya.
Apa yang diusung Soekarno dan Gus Dur juga sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dalam surah al-Hujurat ayat 13. Bahwa sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal mengenal.
Dari sini seharusnya sudah memberikan jawaban, bahwa perbedaan dan kebinekaan merupakan rahmat dari Tuhan. Bahwasanya Tuhan menciptakan manusia dengan latar belakang bangsa, suku, agama, bahasa, dan lain sebagainya. Karena Tuhan memerintahkan satu dengan yang lain agar lita’arafu, yaitu saling mengenal dan bekerja sama.
Dari sini sudah sangat menggambarkan bahwa toleransi itu sangat penting dalam kehidupan. Dengan bertoleransi kita bisa saling mengenal, menghormati, memberi, menolong dan kemudian menjaga. Dan dari sinilah masyarakat bisa tahu tentang pentingnya menjaga keragaman. Sudah seharusnya praktik toleransi dilakukan dalam keseharian. Misal kita yang hidup bertetangga dibiasakan untuk berbagi. Kita yang bersama dengan teman yang berbeda keagamaan saling mengingatkan untuk menaati kewajiban dalam agamanya masing-masing. Hingga saling berbagi wawasan keagamaan dan kebangsaan bersama.
Praktik-praktik seperti ini seharusnya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga ketika ada perbedaan pandangan bisa diselesaikan dengan bermusyawarah. Apabila hal yang demikian sudah terealisasi dalam suatu bangsa. Kemungkinan besar ketika ada perdebatan pendapat ataupun kesalahpahaman tidak akan lagi membawa nama agama ataupun unsur perbedaan lain di dalamnya. Karena perbedaan sebenarnya bukanlah suatu alat pemecah belah bangsa. Melainkan perbedaan adalah fitrah. Keindahan manusia apabila bisa dengan santun memahaminya.
Untuk itu, sudah seharusnya toleransi menjadi pegangan dalam meniti kehidupan. Melalui toleransi kita bisa membangun persatuan yang berujung pada kedamaian. Sebagaimana yang diajarkan Pancasila. Ketuhanan Yang Maha ESA. Bermakna menyeluruh, karena di bangsa Indonesia memiliki beberapa agama. Selain itu dari toleransi itulah kemudian akan melahirkan kemanusiaan yang adil dan beradab. Hingga mampu membangun persatuan di Indonesia.
Percayalah praktik toleransi tidak akan membuat kita menjadi asing. Melainkan kita akan memiliki keluarga baru dan kehidupan yang menyenangkan dan mendamaikan. Dan semua itu bisa kita lakukan dan temukan di bangsa Indonesia.
Foto ilustrasi: Jawa Pos