Buku Putih Kementerian Agama yang diluncurkan 1 Oktober 2019 memberi arah baru tentang komitmen untuk menjaga keseimbangan yang paripurna dan rasa untuk saling menguatkan dalam kemajemukan suku, etnis, budaya agama dan yang lainnya. Gagasan ini menjadi penting untuk dikumandangkan sebagai narasi memahami perbedaan di tengah kemajemukan berbangsa dan bernegara.

Secara kultural bahwa ide Moderasi Beragama sudah tertanam dalam warisan leluhur yang memberi arah untuk saling memahami dan memiliki rasa toleran kepada sesama yang berbeda dengan yang lain. Warisan leluhur itu menjadi modal sosial yang penting untuk diajarkan kepada generasi selanjutnya., yang sangat sarat akan makna saling memahami, mengasihi dan menyayangi sesama anak bangsa.

Penelitian yang dilakukan Balai Litbang Agama Kementerian Agama Makassar ini bertujuan untuk: 1) mengetahui kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat setempat, 2) untuk mengetahui efektivitas kearifan lokal membangun iklim Moderasi Beragama masyarakat setempat, 3) strategi pengembangan kearifan lokal dalam masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Adapun teknik yang digunakan yaitu wawancara, observasi lapangan dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dalam bentuk deskripsi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kearifan lokal yang ditemukan bisa menjadi dibagi menjadi tiga ranah bentuk yakni:

(1) kearifan lokal yang mengandung nilai, di antaranya : Bobahasaan Mongondow dan Pesona Bibir Manado (Menggali Potensi Moderasi Beragama Melalui Penghayatan Kearifan Berbahasa), Awata Itaba Awai Assanggoatta /dari kitalah datangnya. (Setiap Individu adalah sumber persatuan) Luwu Utara Sulawesi Selatan, Nilai-nilai Moderasi Karapasan/Musyawarah dalam Keraifan Lokal di Tongkonan Tanah Toraja Sulawesi Selatan, Kohala/denda adat Aksentuasi Moderasi Beragama dalam kearifan Lokal Suku Morenene Rumbia Bombana Sulawesi Tenggara, Kearifan Lokal Sintuwu MarosoI/Hidup bersama dan Simbol Moderasi Beragama Poso Sulawesi Tengah, Moderasi Beragama melalui ritual Belian Nondoi/Taring Yang menyembuhkan (Ritual rasa Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa), Moderasi Beragama dalam Masyarakat Kei Provinsi Maluku.

2) Kearifan lokal yang mengandung norma, diantaranya Moderasi Beragama dalam Kearifan Lokal Hukum adat di Ternate.

3) Dan Kearifan Lokal yang bersifat praktis diantaranya Legenda sebagai Pewarisan Nilai Fatanon, Faradel, Fanem (saling lihat, saling saudara, dan saling teman), Masossor Manurung,/penajaman keris sakti, (Penajaman memory persaudaraan).

Efektivitas kearifan lokal membangun iklim moderasi beragama, kesadaran kultural masyarakatnya dalam membangun damai, maka wilayah-wilayah konflik yang pernah terjadi telah timbul kesadaran baru bagi masyarakatnya, bahwa kearifan lokal mempunyai nilai-nilai luhur dari leluhur mereka yang kembali menjadi alat pemersatu antar sesama masyarakat yang selama ini sudah berjalan efektif. Seperti wilayah Pamona Poso sebagai artikulasi dari daerah konflik tersebut. Sedangkan untuk wilayah lain efektivitas kearifan lokal tersebut hanyalah bersifat ritualistik dan dilakukan secara berulang-ulang dalam tataran ritual saja untuk meredam benturan-benturan yang ada.

Strategi yang digunakan oleh masyarakatnya untuk mengkonservasi kearifan lokalnya yaitu strategi yang selama ini hanyalah bersifat konvensional misalnya. melalui seremonial, tuturan, ritual, dan ada keterlibatan Pemda untuk memeliharanya melalui festival yang bersifat seremonial. Kelemahannya adalah tiada ada satu pun kelompok yang diteliti ini yang melirik media sosial untuk arena pewarisan nilai-nilai ini.

Tim sepuluh Lektur telah menemukan kearifan lokal dalam bentuk ritual maupun sastra yang mengandung nilai dan norma yang tumbuh subur di masyarakat, dan dijadikan sebagai modal sosial, sebagai sarana berinteraksi di tengah perbedaan agama, suku, etnis dan strata sosial. Jiwa kearifan lokal telah dirajut secara indah oleh para leluhur mereka, yang menjadi pijakan untuk pengambilan kebijakan dan membangun damai di tengah keragaman yang warna warni.

Temuan Penelitian ini juga menyumbang konsepsi praktik kebudayaan yang akomodatif terhadap keragaman dan budaya lokal masyarakat, sebagai usaha untuk melakukan Penguatan Moderasi Beragama. Penggalian aspek budaya (Kearifan Lokal) adalah salah satu yang bisa memperkuat moderasi beragama sebagai karakter beragama bangsa Indonesia. Diharapkan galian-galian semacam ini dapat mendukung misi kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa. Salah satu Program dalam mewujudkan misi tersebut adalah Restorasi toleransi dan kerukunan sosial.

Meski begitu, terdapat beberapa catatan penting dalam temuan penelitian ini yang perlu diberi perhatian khusus, misalnya dalam hal pewarisan Kearifan Lokal yang penuturnya sudah sangat terbatas di masyarakat, di mana proses transformasi Kearifan Lokal yang tidak berjalan baik menjadi salah satu faktor penyebabnya. Di samping itu, literasi kearifan lokal berbasis daerah dan media penyebarannya sangat terbatas.

Hasil penelitian selengkapnya klik di sini

Gambar ilustrasi: Indonesia.go.id

Topik Terkait: #Hasil Penelitian

Leave a Response