Bath, sekitar tahun 1096 M. Seorang anak muda bernama Adelard pergi meninggalkan kampung halamannya di Bath, sebuah kota di Kerajaan England (Inggris), untuk menuntut ilmu. Ia sangat haus akan pengalaman dan ilmu pengetahuan. Waktu itu, tak ada satu akademi keilmuan pun di semesta England. Ia mendengar dari cerita beberapa orang yang pernah melancong jauh, bahwa di Timur sana ada banyak kerajaan yang orang-orangnya berilmu-pengetahuan, berbudaya maju, dan berperadaban luhur.
Adelard pun pergi ke seberang negeri, melintasi lautan, hingga sampailah di sebuah biara di Tours, kota kecil di wilayah selatan Kerajaan Franks (Prancis). Di Tours, Adelard sangat terkesan dengan seorang pendeta yang ia katakan sebagai “wise man of Tours (seorang bijak dari Tour)”.
Pendeta itu mahir dalam astronomi, medik, dan matematik. Yang ia tahu, pendeta tersebut dulu pernah belajar di kota-kota negara tetangga Kerajaan Franks di sebelah selatan, yaitu Kerajaan Muslim-Andalucia (Spanyol).
Adelard lalu pergi ke Andalucia. Pada zaman itu, negeri Andalucia masyhur sebagai negeri yang maju, berbudaya dan berperadaban luhur di Barat-Eropa. Ia pun belajar di akademi-akademi keilmuan di negeri tersebut, utamanya di akademi keilmuan Kordoba.
Meski dikelola oleh pemerintahan Muslim dan para pengajarnya mayoritas para ilmuwan Muslim, tetapi sekolah-sekolah Andalucia sangat terbuka lebar bagi pihak non-Muslim untuk belajar, dan juga untuk mengajar. Tak heran jika di sekolah-sekolah itu ada banyak ratusan siswa Kristen dan Yahudi, bahkan Pagan.
Di akademi-akademi keilmuan Andalucia jugalah, Adelard belajar bahasa Arab hingga ia pun fasih dan mahir. Di sana, Adelard belajar berbagai macam ilmu, semisal astronomi, geometri, matematika, medikal, farmasi, dan juga filsafat.
Dari Andalucia, Adelard melanjutkan pengembaraannya ke Salerno, Italia Selatan. Di Salerno ada Schola Medica Salernitana atau Akademi Medik Salerno yang didirikan sekitar setengah abad sebelum kedatangan Adelard. Akademi Medik Salerno adalah akademi medik pertama yang didirikan di Eropa zaman pertengahan. Akademi itu didirikan oleh Constantinus Africanus, seorang Kristen berkebudayaan Arab-Muslim dari Al-Qairuan.
Rasa dahaga akan pengalaman dan ilmu pengetahuan Adelard masih belum jua terobati. Ia pun melanjutkan safari ilmiahnya ke Sicily, bahkan sampai jauh ke negeri-negeri Muslim di sebelah Timur yang tengah berkecamuk sebab Perang Salib: ke Harran, Antakia, Jerusalem, dan Kairo. Sayang, perjalanan Adelard tak sampai ke Baghdad, ibu kota Kerajaan Abbasiyyah.
Adelard akhirnya pulang dan tiba di kampung halamannya di Bath pada akhir Januari 1126 M (dalam memoarnya, ia menuliskan tanggal kedatangannya di Inggris dengan penanggalan Hijri: 1 Muharram 520 H). Ia kemudian menemui Pangeran Henry II, penguasa Kerajaan England, dan segera menjadi gurunya.
Atas restu sang pangeran, Adelard juga dapat membuka akademi keilmuan dan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada publik Inggris. Itulah untuk pertamakalinya publik Inggris mengenal sekolah, mengenal ilmu-ilmu filsafat, medik, matematik, geometri, dan astronomi secara baik untuk pertamakalinya dalam sejarah mereka.
Adelard juga menerjemahkan beberapa karya penting para ilmuwan Muslim ke dalam bahasa Latin (di samping beberapa karya ilmuwan Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab), utamanya dalam bidang medik, matematik, astronomi, dan filsafat. Diterjemahkannya tabel astronomi Al-Khawarizmi dan juga buku-buku matematika karangannya (Arithmetic, Trigonometry dan Algebra). Ia juga menerjemahkan buku kedokteran Euclid (Elements dan Optics).
Karya masterpiecenya adalah Quaestiones Naturales. Dalam karya setebal 76 halaman itu, Adelard mengulas ilmu pengetahuan. Di sana, ia juga mengungkapkan ketakjuban dan hutang-intelektualnya kepada para ilmuwan Arab-Muslim. Di sana juga terdapat salah satu ungkapan Adelard yang bersejarah:
“Dari para guruku orang-orang Arab-(Muslim), aku telah belajar banyak hal untuk menjadikan akal pikiranku sebagai penuntun hidupku. Manusia telah diberi anugerah berupa akal pikiran untuk dapat membedakan mana yang benar dan salah. Kita harus menghormati akal dan menjadikannya petunjuk dan penerang kita”.
Adelard of Bath (1080-1152 M), seorang anak muda dari Inggris yang haus akan pengalaman dan ilmu pengetahuan. Rasa haus itu yang kemudian membawanya mengembara ke negeri-negeri yang jauh dan penuh kronika, meresapi manisnya ilmu pengetahuan dan membekali dirinya dengan pengalaman hidup yang kaya.
Ia lalu pulang ke negerinya, Inggris dengan membawa segudang ilmu. Ia membawa mercusuar yang kelak cahayanya menerangi semesta Inggris yang sebelumnya gelap gulita. Ia menjadi guru bagi pangeran kerajaan istana, menerjemahkan buku-buku induk dunia, juga membuka akademi keilmuan.
Atas semua itu, Adelard of Bath kemudian dijuluki “The First English Scientist (Ilmuwan Inggris Pertama)”.