Judul Buku : Steve Jobs & Ilmu Hitam
Penulis : Zaenuddin HM
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Cetakan : I, 2017
Tebal : 200 halaman
ISBN : 978-602-6334-15-2
Peresensi : Sam Edy Yuswanto*
Bila kita teliti, ada banyak kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dipetik hikmahnya. Entah itu kejadian yang menyedihkan, terlebih hal-hal yang membuat orang tersenyum bahagia.
Dari setiap kejadian tersebut, mestinya kita dapat mengambil hikmah dan inspirasi yang kelak dapat membuat kita lebih waspada sekaligus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Buku yang ditulis oleh seorang writerprenenur dan juga berprofesi sebagai jurnalis senior Rakyat Merdeka Group ini misalnya, menarik untuk disimak karena di dalamnya berisi kumpulan tulisan ringan tapi penuh dengan inspirasi. Menguak tentang beragam kejadian keseharian yang sarat hikmah bagi para pembacanya.
Di antara tulisan yang menarik disimak dalam buku ini berjudul “Steve Jobs” dan “Ilmu Hitam”. Pada tulisan berjudul “Steve Jobs” penulis menguraikan peristiwa meninggalnya Steve Jobs beberapa waktu silam.
Sebagaimana kita ketahui, Jobs adalah sosok yang begitu terkenal sekaligus fenomenal di dunia telekomunikasi di abad 21. Ia adalah mantan CEO Apple Inc. dan dianggap telah mampu mengubah dunia, mengubah gaya hidup orang hampir di seantero jagat raya. Terutama lewat iPhone 1-4, iPod, iPad, Macintosh yang diciptakan perusahaan berkat ide dan kreativitas seorang Jobs.
Maka, ketika Jobs meninggal dunia, sejumlah penerbit buku di Indonesia pun tampak berlomba-lomba menerbitkan buku biografi tentang dirinya yang memiliki kisah hidup yang mampu menginspirasi banyak orang. Bahkan ada yang nekat menerbitkannya berupa kumpulan berita tentang Jobs, mungkin karena merasa takut kehilangan momentum. Sementara itu, beberapa penerbit besar menggarapnya dengan serius, terutama menerjemahkan karya penulis luar atau yang ditulis oleh orang dekat Jobs (hlm. 11).
Berdasarkan pengamatan penulis buku ini, “perlombaan” menerbitkan buku tentang Jobs bukan fenomena baru. Setiap orang besar yang meninggal dunia hampir selalu diikuti oleh penerbitan buku biografi atau kisah hidupnya.
Ya, kematian orang besar atau terkenal memang selalu menghidupkan inspirasi bagi mereka yang masih hidup. Penerbitan buku biografi sosok seperti Jobs menjadi bukti bahwa kesuksesan seseorang meninggalkan jejak, yang dapat diikuti generasi setelahnya.
Pada tulisan berjudul “Ilmu Hitam” penulis membeberkan tentang definisi ilmu hitam dan kriterianya. Selama ini, orang menyebut santet, teluh, dan pelet sebagai “ilmu hitam”. Padahal, bila kita telusuri, ilmu hitam itu bentuknya bermacam-macam. Disadari atau tidak, banyak orang yang nekat mempraktikkan “ilmu hitam” untuk tujuan-tujuan tertentu yang, tentu saja, negatif.
Misalnya, ilmu ekonomi yang digunakan untuk melakukan korupsi atau memanipulasi uang, juga bisa masuk kategori “ilmu hitam”. Ilmu hukum yang digunakan untuk menutupi bukti dan kebenaran juga bisa masuk ke dalam kategori “ilmu hitam” (hlm. 57).
Tulisan berjudul “Malam Panjang” juga menarik disimak karena sarat perenungan bagi pembaca. Selama ini, orang-orang, khususnya kaum muda yang masih muda, menganggap malam Minggu sebagai malam yang panjang. Padahal durasinya sama dengan malam-malam lainnya. Mungkin karena di malam Minggu banyak orang yang begadang sehingga waktunya terasa lebih panjang.
Begitu banyak orang mengalami dan menjalani malam Minggu sebagai malam yang panjang, akan tetapi mereka tidak dapat menikmatinya karena mungkin waktunya tak diisi dengan hal-hal yang baik (bermanfaat).
Sehingga, tanpa sadar mereka membiarkan waktunya bergulir dan bahkan terbuang tanpa menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan sesama. Akhirnya, malam Minggu malah terbuang sia-sia. Alangkah baiknya kita merenungi pepatah Arab yang mengingatkan bahwa “Waktu ibarat sebilah pedang yang tajam. Jika kamu tidak pakai untuk menebas sesuatu, maka dia akan menebas dirimu atau kehidupanmu” (hlm. 65).
Masih banyak tulisan yang terinspirasi dari kejadian sehari-hari yang bisa dipetik hikmahnya dalam buku ini. Misalnya, pada tulisan berjudul “The Hero” (hlm. 77) penulis memaparkan bahwa sesungguhnya ada banyak “pahlawan” di sekitar kita walaupun tanpa gelar resmi dari pemerintah.
Para guru misalnya. Mereka memiliki jasa yang sangat besar mencerdaskan generasi penerus bangsa ini. Demikian juga para TKI yang bekerja di luar negeri dan memasukkan uang bagi kas negara, ia juga dapat dikategorikan sebagai “pahlawan devisa”.