Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari (194–256 H/ 810–870 M)–akrab dipanggil dengan sebutan al-Bukhari– adalah seorang ulama pakar hadits asal kota Bukhara (Uzbekistan) yang termasyhur di antara para pakar hadits sejak dulu hingga kini.

Karena kepakarannya, sebagian menggelarinya dengan amirul mukminin fil Hadits. Kepakarannya telah didengar dan mengusik sebagian elit ulama kota pusat Islam kala itu, Baghdad (Irak).

Ketika mendengar kabar al-Bukhari akan berkunjung ke Baghdad, mereka berkumpul dan menyusun suatu rencana. Mereka ingin menguji kepakaran al-Bukhari di bidang hadits. Mereka kemudian bersepakat untuk mengacak beberapa matan hadits dengan sanadnya; menukar teks (matan) hadits dengan teks (matan) hadits yang lain, dan sebaliknya menukar sanad hadits dengan sanad hadits yang lain dan menyerahkannya kepada sepuluh orang untuk ditanyakan pada al-Bukhari.

Masing-masing membawakan sepuluh hadits yang telah diacak. Jadi, terdapat seratus hadits yang telah diacak dan dipersiapkan untuk menguji al-Bukhari.

Sesampainya di Baghdad, al-Bukhari diundang dalam suatu majlis ilmu. Para ulama dari berbagai penjuru mendatangi majlisnya, baik dari Baghdad sendiri maupun Khurasan. Ia diminta untuk menyampaikan hadits-hadits yang telah diriwayatkannya. Dalam majlis itu, sepuluh orang yang telah dipersiapkan itu pun hadir. Setelah majlis berjalan beberapa saat, kesepuluh orang itu mengajukan pertanyaan secara bergantian.

Dari semua pertanyaan yang diajukan, al-Bukhari hanya menjawab dengan jawaban yang sama, “Saya tidak mengetahuinya.”

Namun, ketika mengetahui seluruh pertanyaan telah diajukan, al-Bukhari kemudian menjawab satu per satu mulai dari penanya pertama hingga penanya yang kesepuluh. Al-Bukhari mengembalikan kesesuaian matan hadits pada sanadnya dan sanad hadits pada matannya dengan tepat. Sejak peristiwa itu, mereka mengakui kekuatan hafalan dan keutamaan al-Bukhari dalam bidang hadits di banding yang lain.

Sumber: Kitab Alf Qishshoh wa Qishshoh min Qashas ash-Shalihin wa as-Shalihat wa nawadir az-Zahidin waz-Zahidat karya Haniy al-Hajj

Artikel ini juga tersedia dalam bahasa:
enEnglish

Leave a Response