Jati diri seorang Muslim itu ditentukan oleh apa? Bagaimana kita bisa mengenali diri kita Muslim yang kaffah atau bukan? Apakah menjadi seorang Muslim yang kaffah harus melepaskan segala profesi yang tidak “berbau” agama?
Setiap manusia punya status melekat sebagai hanya hamba Allah. Artinya, dilarang keras menghamba pada apapun dan siapapun selain Allah. Penghambaan pada selain-Nya akan mendorong manusia untuk menempuh segala cara haram yang dilarang-Nya karena pasti merusak bahkan berbahaya bagi makhluk.
Manusia juga punya amanah melekat sebagai Khalifah fil Ardl yang bertugas mewujudkan kemaslahatan seluas-luasnya pada makhluk Allah di muka bumi. Apa itu makhluk Allah? Ya selain Allah! Ada manusia, hewan, tumbuhan, bumi, udara, air, dan masih banyak lainnya.
Tidak ada ketaatan pada makhluk dalam ma’shiat pada Khalik (Laa thaa’ata limakhluqin fi ma’shiatil Khaliq). Maka ketaatan pada apapun atau siapa pun selain-Nya adalah ketaatan pada nilai kemaslahatan, bukan pada figur!
Dalam al-Hujurat ayat 13, Allah Swt menegaskan bahwa orang yang paling mulia di sisi-Nya adalah yang paling bertakwa, apapun jenis kelamin, bangsa, dan sukunya. Takwa sebagai satu-satunya standar kemuliaan manusia di hadapan Allah ditandai dengan satu hal, yaitu memberi kemaslahatan seluasnya pada makhluk Allah.
Takwa dengan demikian adalah hubungan baik kita dengan Allah YANG melahirkan hubungan baik dengan makhluk-Nya. Takwa adalah iman kepada Allah yang melahirkan sikap baik (amal shaleh) pada makhluk-Nya. Rasulullah Saw juga menegaskan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (Khoirun Nasi Anfauhum lin-Nas).
Jadilah insinyur, dokter, tentara, politisi, bankir, dosen, politisi, pejabat,pengusaha, penulis, seniman, aktifis, lmuwan atau bahkan “ulama”! Selama semua dijadikan wasilah (alat/perantara) untuk bermanfaat seluas-luasnya bagi kehidupan atas dasar iman kepada Allah, maka ia bisa mengantarkan kita menjadi manusia terbaik!
At the end of the day, saat jasad kita selesai dikuburkan, orang-orang hanya diminta bersaksi: adakah kita orang yang baik? Mereka hanya akan bersaksi kita orang baik jika kita bermanfaat, apapun yang kita miliki dan tidak miliki!
“Aku bermanfaat, maka aku ada!”.
Bismillah mugo dadi opo wae iso marai urip manfaat. Mbuh piye carane. Semangat Pagi!
*Nur Rofiah, Pamulang, 20 Juli 2019