IQRA.ID – Pemerintah Arab Saudi melalui Menteri Haji dan Umrah di TV pemerintah pada Selasa (31/3), telah meminta umat Islam untuk menunggu sampai ada kejelasan lebih lanjut tentang pandemi virus corona sebelum berencana untuk berangkat menunaikan ibadah haji.
Awal bulan ini, Arab Saudi menghentikan ibadah Umrah sepanjang tahun karena kekhawatiran akan virus corona baru yang menyebar ke kota-kota paling suci di Islam. Kebijakan ini sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya yang meningkatkan ketidakpastian atas ibadah haji tahunan.
Sekitar 2,5 juta jemaah haji dari seluruh dunia biasanya berduyun-duyun ke kota-kota Mekah dan Madinah untuk ritual selama seminggu yang dijadwalkan akan dimulai pada akhir Juli. Penyelengaraan haji dan umrah juga merupakan sumber pendapatan yang signifikan bagi kerajaan Saudi.
“Arab Saudi sepenuhnya siap untuk melayani para jemaah Umrah,” ungkap Menteri Mohammed Saleh Benten mengatakan melalui televisi Al-Ekhbariya yang dikelola pemerintah, sebagaimana dilansir oleh situs Aljazeera, Rabu (1/4).
“Tetapi dalam keadaan saat ini, ketika kita berbicara tentang pandemi global … kerajaan serius untuk melindungi kesehatan umat Islam dan warga negara. Oleh karena itu kami telah meminta saudara Muslim di semua negara untuk menunggu sebelum melakukan ibadah haji hingga situasinya jelas.”
Selain menunda Umrah, Arab Saudi juga telah menghentikan semua penerbangan penumpang internasional tanpa batas waktu dan pekan lalu memblokir masuk dan keluar ke beberapa kota, termasuk Mekah dan Madinah.
Ziarah adalah bisnis besar bagi Arab Saudi dan tulang punggung rencana untuk memperluas jumlah pengunjung di bawah agenda reformasi ekonomi ambisius Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Membatalkan haji akan menjadi hal yang belum pernah terjadi sebelumnya di zaman modern, tetapi membatasi kehadiran dari daerah berisiko tinggi telah terjadi sebelumnya, termasuk dalam beberapa tahun terakhir selama wabah Ebola.
Sampai saat ini, kerajaan telah melaporkan lebih dari 1.885 kasus virus korona yang dikonfirmasi dan 21 kematian. Secara global, lebih dari 1.015.466 orang telah terinfeksi dengan lebih dari 53.000 kematian tercatat. (MZN)