Senja itu
Empat orang termenung
Dalam luka sangat
Merintih hati tak terucap
Yu sumi, orangtua tunggal itu
Adalah ibu dari tiga anak lelaki
Dua masih sekolah di bangku menengah
Dan lelaki pertama jadi buruh di Bekasi
Belum lama pulang ke rumah
“Alhamdulillah bisa pulang” gumamnya lirih
Tak tahu bagaimana kalau di kota
“Mungkin tak bisa makan”, ujarnya
Yu Sumi adalah kaca dalam bingkai nyata
Dari banyak perempuan dan warga
Yang hilang kerjaan dan hidup dalam pas dan bahkan kurang
Bedug magrib terdengar,
Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika aftharthu …
Mereka segera menyeruput teh hangat tanpa gula
Lalu membuka tudung nasi di bakul kecil
Ditaruhnya di piring
Sepotong tempe dan sambal
Masing masing satu potong
Tiada sayur
Tiada buah apalagi kurba dan kolak
“Isih ono Gusti Allah, kita minta padaNya”
Ucapnya pelan menerawang
Penuh harap dan optimis dalam laranya.
*(Terinspirasi dari cerita dari pembagian sembako di kompleks urban yang mayoritas mereka adalah buruh harian)