Pemerintah Indonesia selama ini tidak sendirian dalam menangani Coronavirus Disease (covid-19). Organisasi masyarakat (ormas) Islam dalam hal ini tentu tak ketinggalan ikut bahu membahu untuk memutus mata rantai covid-19 yang menginfeksi hampir seluruh provinsi di Tanah Air.

Termasuk Muhammadiyah yang turut peduli akan nasib dan masa depan kesehatan publik. Perannya di lapangan, bersama ormas Islam lainnya, juga tak kalah penting dengan peran gugus tugas resmi bentukan Pemerintah untuk penanganan covid-19.

Ormas Muhammadiyah merupakan salah ormas Islam yang besar di tanah air dengan jamaah yang cukup banyak. Tidak sedikit orang yang terlibat langsung dengan amal usaha organisasi ini sehari-harinya.

Hal itu kemudian membuat antusiasme anggota atau jamaah terhadap ormasnya terkadang lebih besar daripada himbauan dari pemerintah sekalipun. Di saat kondisi seperti inilah ormas Muhammadiyah diharapkan mampu memobilisasi jamaahnya guna menekan bertambahnya korban yang terinfeksi wabah covid-19.

Peluang itu tak disia-siakan jajaran pengurus Muhammadiyah dari pusat hingga ke ranting-ranting. Sejak pertama merebaknya covid-19 di Indonesia, Muhammadiyah sigap tanggapi pandemi tersebut dengan strategi dan kemampuan yang dimilikinya di berbagai sektor.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana strategi Muhammadiyah hadapi wabah covid-19?  Berikut ini beberapa strategi atau cara Muhammadiyah Tertibkan Jamaahnya di Tengah Pandemi Covid-19:

Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ini rajin membantu pemerintah dalam menangani bancana lokal maupun nasional. Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah mengeluarkan beberapa maklumat terkait pelaksanaan ibadah selama pandemi.

Maklumat tersebut di antarannya diawali dengan penerbitan Surat Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 02/MLM /I.0 /H/2020 tentang Wabah Coronavirus Disease (Covid-19) dan Nomor 03 / I.0 / B / 2020 tentang Penyelenggaraan Shalat Jumat dan Fardu Berjamaah Saat Terjadi  Wabah Coronavirus Disease (Covid-19).

Sebagai tindak lanjut dari  surat maklumat tersebut, melalui Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, terbit Surat Edaran Nomor 03/EDR/I.0/E/2020 Tentang Tuntunan Ibadah Dalam Kondisi Darurat Covid-19. Surat Edaran tertesebut selanjutnya dikemas menjadi buku panduan Tuntunan Ibadah dalam Kondisi Darurat Covid-19.

Penyusunan buku ini penting mengingat umat islam butuh jawaban terkait ibadah sehari-hari di tengah pandemi. Peran ini yang dimainkan Muhammadiyah untuk menertibkan jamaahnya dan umat Islam secara umum dalam menyikapi pandemi covid-19.

Buku panduan tersebut juga bisa menjadi solusi masa depan bila wabah serupa muncul  kembali. Buku panduan tersebut bisa diakses di laman Suara Muhammadiyah secara gratis.

Di lapangan, Muhammadiyah membentuk tim khusus bernama Muhammadiyah Covid-19 Command Center yang disingkat MCCC.  MCCC merupakan tim khusus di bawah koordinasi Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah.

Sebagaimana dilansir dari Suara Muhammadiyah, secara garis besar tim ini bertugas untuk pencegahan berupa edukasi dan kesehatan masyarakat, mitigasi, pengobatan dan psikososial.

Tim tersebut membantu masyarakat untuk mengikuti perkembangan terkini seputar virus corona, konsultasi kesehatan, penyediaan APD untuk tenaga medis dan bantuan bahan-bahan makanan pokok.

Khusus untuk layanan konsultasi, MCCC sudah mempunyai media online bernama Senarai Perlindungan Masa Pandemi Covid-19 (Sikuvid) dan Senarai Kecemasan Diri Masa Pandemi Covid-19 (Sikevid).

Pembentukan MCCC tersebut menunjukkan bahwa Muhammadiyah bukan hanya sigap di bidang ritual keagaman saja, tapi juga di bidang kesehatan dan pendidikan kebencanaan.

Langkah ini sangat membantu pemerintah untuk mengontrol kesehatan publik di masa pandemi. Selain itu, dengan dibentuknya MCCC ini juga membantu Muhammadiyah dalam menertibkan jamaahnya saat pandemi.

Ini yang paling penting, Muhammadiyah juga membuka sejumlah rumah sakitnya untuk menerima pasien covid-19. Para tenaga medis Muhammadiyah pun turut serta dalam membantu pemerintah hadapi wabah ini. Total ada ada 67 rumah sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah yang jadi rujukan covid-19 hingga 17 April 2020.

Pembukaan akses rumah sakit untuk pasien covid-19 merupakan kontribusi ormas yang didirikan tahun 1912 ini untuk kesehatan publik. Melalui rumah sakit tersebut Muhammadiyah turut membantu pemerintah dalam bidang kesehatan.

Ini merupakan strategi Muhammadiyah dalam mendakwahkan ajaran islam.  Akses rumah sakit yang dibuka Muhammadiyah dan Aisyiyah tersebut mempermudah untuk menertibkan jamaah saat terjadi wabah seperti sekarang.

Ribuan lembaga pendidikan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang dimiliki Muhammadiyah turut menerapkan sistem belajar jarak jauh,yaitu sistem belajar  daring (dalam jaringan).

Hal ini dilakukan dalam rangka menerapkan sejumlah kebijakan pemerintah agar aktivitas pendidikan selama masa pandemi dilakukan secara daring. Kebijakan tersebut tentu sampai ke lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah guna memutus mata rantai penyebaran covid-19.

Aktivitas lembaga pendidikan Muhammadiyah tersebut berhubungan erat dengan banyak orang. Kesempatan ini juga dimanfaatkan Muhammadiyah untuk menertibkan jamaahnya di kala pandemi. melalui relasi pendidikan ini Muhammadiyah dapat mudah menginstruksikan jamaahnya untuk tertib diri agar selamat dari wabah mematikan itu.

Juga melalui lembaga-lembaga pendidikan tersebut, maklumat dan himbauan pengurus Muhammadiyah cepat sampai ke akar rumput. Seluruh civitas akademik dan karyawan-karyawan di lembaga pendidikan Muhammadiyah turut berperan penting dalam hal ini guna mengedukasi masyarakat tentang kesehatan, khususnya yang terkait dengan covid-19.

Itulah beberapa usaha ormas Muhammadiyah dalam menghadapi bencana global seperti sekarang ini. Tentu masih banyak usaha-usaha lainnya yang dilakukan ormas tersebut. Paling tidak langkah-langkah yang ditempuh Muhammadiyah di atas mampu mengakomodir jamaah agar mereka bisa dikondisikan dengan baik. (mzn)

Leave a Response