Berdasarkan hasil penelitian Balai Litbang Agama Kementerian Agama Jakarta berjudul “Optimalisasi Pemanfaatan Smartphone Di Madrasah Sebagai Upaya Meminimalisir Dampak Negatif Penggunaan Smartphone” menjelaskan bahwa penggunaan smartphone tidak hanya berdampak negatif namun juga memiliki dampak positif. Hasil studi pada sekitar sembilan Madrasah Aliyah di beberapa Kota/Kabupaten Provinsi Jawa Barat dan Banten dapat dipetakan sebagai berikut:
Dampak Positif
1. Pemanfaatan media sosial untuk meningkatkan religiusitas di kalangan pelajar. Melalui media sosial seperti Youtube, siswa dapat membuka konten keagamaan seperti menonton ceramah, ataupun konten yang secara khusus membahas tentang keremajaan (remaja muslim/muslimah). Siswa juga dapat mengakses berbagai sumber untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan keagamaan, sehingga sedikit banyak menambah keyakinan dan memotivasi untuk beragama secara lebih baik.
2. Smartphone lebih dimanfaatkan untuk mendukung proses menghafal AlQuran. Diantaranya dengan mendengarkan MP3 (murattal) Al-Qur’an, melihat video-video motivasi menghafal al-Quran, video kisah-kisah para penghafal al-Qur’an, dan sebagainya. Hal lainnya adalah dengan menggunakan salah satu aplikasi tahfiz seperti BeHafizh. WhatsApp juga menjadi salah satu media sosial yang dimanfaatkan siswa untuk menyetorkan hafalan Al-Quran.
3. Penggunaan smartphone pada siswa di Madrasah Aliyah berkorelasi signfikan dengan perilaku praktik keagamaan siswa. Arah korelasi dapat positif maupun negatif tergantung pada aplikasi dan konten yang digunakan. Semakin lama smartphone digunakan untuk aplikasi dan konten yang positif maka perilaku praktik keagamaan semakin tinggi. Sebaliknya semakin lama smartphone digunakan untuk aplikasi dan konten yang negatif maka perilaku praktik keagamaan semakin rendah. Kebijakan Sekolah dan orang tua yang mengatur penggunaan smartphone terbukti efektif untuk meningkatkan perilaku penggunaan smartphone dan praktik keagamaan.
4. Penggunaan smartphone di Madrasah Aliyah cenderung berpengaruh terhadap aktualisasi diri siswa. Secara umum kebermanfaatan smartphone dapat membantu aktualisasi diri siswa yang dimplementasikan sebagai media belajar sebanyak lebih dari 50%.
5. Meskipun intensitas penggunaan internet pada siswa cenderung tinggi atau sekitar 7-9 jam dalam sehari, namun hal itu tidak berdampak pada penurunan perilaku prososial siswa madrasah aliyah. Kecenderungan perilaku prososial siswa masih dalam rentang kategori tinggi.
Dampak Negatif
1. Salah satu studi menemukan bahwa jenis-jenis agresi verbal melalui media sosial meliputi pesan berisi makian/ kata-kata kasar, ancaman, cerita tentang keburukan siswa lain, serta unggahan gambar/video untuk menjelek-jelekkan siswa tertentu. Frekuensi agresi verbal melalui media sosial bervariasi menurut perspektif siswa, frekuensi tertinggi dilaporkan oleh saksi, disusul korban dan pelaku. Frekuensi agresi verbal juga bervariasi menurut jenis agresi. Makian/katakata kasar merupakan jenis gresi melalui media sosial dengan frekuensi tertinggi, disusul cerita tentang keburukan siswa lain, unggahan gambar/video untuk menjelek-jelekkan siswa tertentu, dan ancaman.
Bentuk ungkapan agresi verbal dapat dikategorikan menjadi ungkapan: menghina fisik, menghina dan menyamakan dengan binatang, menghina penyakit, menghina intelektual, menghina kelas sosial, menghina gender, menghina dengan menyebut alat kelamin, menghina dengan menyerang kepribadian, dan menghina dengan membuat asosiasi dengan mahkluk supranatural yang mewakili sisi terburuk manusia.
2. Penggunaan smartphone juga dapat menjadikan seseorang melakukan phubbing. Phubbing merupakan kependekan dari ‘phone snubbing’ yang artinya merupakan tindakan/sikap acuh tak acuh dan tidak peduli pada orang lain karena lebih fokus pada gadget. Dapat juga diartikan tidak menghiraukan lawan bicaranya karena lebih fokus dengan gadget. Perilaku siswa yang mengarah kepada phubbing, adalah kebiasaan siswa dalam mengakses salah satu jenis program yang ada di media sosial secara terus menerus. Selain itu, siswa juga tidak bisa berpisah dengan smartphonenya meski beberapa jam.
Phubbing dapat terjadi karena siswa semakin dimudahkan dalam memperoleh akses terhadap internet, baik menggunakan kuota pribadi, jaringan Wi-fi di sekolah maupun di rumah, bahkan saat ini juga tersedia di berbagai fasilitas umum. Dampak phubbing pada siswa berupa malas atau terlambat datang ke sekolah, tidur di kelas, suka menyendiri, hanya mau bergaul dengan sesama geng, lebih suka pertemanan di dunia maya. Dari segi kesehatan: kurang tidur, mata rusak, dan sering pusing. Selain itu, siswa juga menggunakan bahasa kasar pada saat bermain games online. Bahkan juga terjadi seks bebas dan kelain seks.
3. Kecenderungan adiksi smartphone dialami oleh sebanyak 15.7% siswa yang menggunakan internet selama 7-9 jam dalam sehari, dan sebanyak 18.7% siswa yang menggunakan internet lebih dari 9 jam dalam sehari. Meski angka tersebut masih tergolong rendah, namun keberadaan siswa yang memiliki kecenderungan teradiksi smartphone setidaknya akan mengganggu proses pembelajaran terutama pada siswa tersebut.
Kebijakan madrasah membolehkan siswa membawa smartphone ke sekolah memberikan kesempatan siswa untuk dapat lebih lama menggunakan smartphone. Hal itu pada akhirnya dapat menjadi salah satu faktor penyebab siswa teradiksi smartphone.
Hasil penelitian selengkapnya klik di sini
Gambar ilustrasi: