Dalam suatu pengajian tafsir bersama para santri, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an LP3IA Kragan, Kabupaten Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang dikenal dengan Gus Baha menerangkan tentang kisah Imam Sya’roni bertemu wali yang menyukai sepak bola.

Berikut cerita lengkap Gus Baha:

Saya belajar banyak itu demi kalian semua sebagai umatnya Nabi Muhammad Saw. Saya ini punya pigura yang tertulis:

(Ya bunayya inni uksirul ilma liuksira syahadah anna rahmatahu ammat wa wasi’at kulli syaiinn)

Saya wasiatkan ke anak-anak saya, “Cung aku dulu belajar banyak bukan karena ingin disebut alim, tapi hanya ingin mengerti betapa luasnya rahmat Allah, sehingga aku bisa ta’dhim (hormat) ke semua umat Kanjeng Nabi Muhammad Saw.”

Saya pernah belajar kitab wali, kitabnya Imam Sya’roni. Namanya kitab yaitu Al Minan Al Kubro. Imam Sya’roni itu wali kelas berat. Imam Sya’roni juga terkenal pengarang kitab manaqib.

Manaqib Syekh Abdul Qodir adalah karangannya Syekh Al-Barzanji, tapi beliau merujuk kitab manaqib yang dikarang oleh Imam Sya’roni.

Imam Sya’roni berkali-kali dipermalukan oleh wali lainnya. Dia pernah bertemu orang bercelana pendek sedang bermain sepak bola di suatu pantai.

Tapi, ini jangan ditiru, biar kamu tahu. Beliau bercelana pendek ya mungkin pendeknya dekat lutut.

Beliau (Imam Sya’roni) ingkar, “Orang sore-sore kok memakai celana pendek, main bola di pantai”.

Ternyata ketika beliau pulang, beliau melihat orang di antara langit dan bumi duduk di kursi, lalu beliau dipanggil:

“Wahai Sya’roni, kamu tidak punya malu dengan aku. Orang tadi yang bermain sepak bola itu wali abdal. Kamu itu wali baru kok tidak memiliki sopan.”

Beliau bertanya, “Anda wali kok bermain sepak bola dan bercelana pendek?”

“Ya biarkan, aku lagi senang dengan umatnya Nabi. Namanya orang senang ya main sepak bola.”

Lucu jawabnya.

“Itu buka aurat!” kata Imam Sya’roni

“Ya, ketika shalat madzabku Syafi’i, jadi aku sarungan, tapi kalau di luar shalat mazhab Hambali.”

Masih dijawab damai.

Wali itu bilang, “Ana sayyidul mullamatiyah (aku ini wali qutb yang menjadi ketuanya, aliran Mulamatiyah.”

Aliran Mulamatiyah ini adalah sekelompok wali yang tidak pernah shalat qabliyah juga tidak pernah sholat ba’diyah.

Tapi, mereka sangat rindu pada Allah. Cuma ingin menunjukkan kepada umatnya Nabi bahwa shalat ini tidak wajib.

Pedagang shalat fardhu saja, tidak perlu qabliyah-ba’diyah. Orang yang kerja satpam tidak perlu qabliyah-ba’diyah. Sudah hidupnya susah, hutang banyak, qabliyah-ba’diyah ruwet.

Jadi sampai begitu. Ada umat Nabi yang jadi wali, saking kepengin umatnya Nabi yang tidak shalat qobliyah-ba’diyah agar tidak dicap jelek, dia seorang wali yang sangat merindukan Tuhan, tapi tidak pernah qabliyah-ba’diyah.

Jangan mengira dia tidak shalat sunnah. Kalau malam dia shalat sunnah ratusan kali, tapi sendiri tidak ada orang yang tahu.

Saya sampai sekarang jarang qabliyah-ba’diyah, tapi jangan kira dengan kalian banyak kalian. Suatu keangkuhan kalau kalian bilang begitu.

Meskipun mungkin kalian tahu kalau saya tidak qabliyah-ba’diyah, tapi jangan menyangka kalau shalatku banyak kalian. Bisa saja shalatnya banyak kalian, tapi pahalanya banyak saya. Hahaha…

Karena itu tadi, nirakati supaya umatnya Nabi jangan pernah tersiksa karena tidak shalat qabliyah-ba’diyah.

Fainna minhum al-ummal, karena banyak dari mereka yang pekerja kasar. Sudah perkerja kasar, hina, terlantar. Kayak apa tersiksanya kalau ditambah qabliyah-ba’diyah.

Wali itu macam-macam. Dia bisa terbang. Makanya, Imam Sya’roni ditegur, “Kamu ini wali junior tahu tentang apa?”

Coba sekarang sepak bola diharamkan, semua diharamkan, orang kecewa dengan Islam. Yang rugi kan Kanjeng Nabi.

Wali itu ada yang tasamuh (toleran) suka sepak bola. Jalaluddin Rumi membuat tarian rumi. Macam-macam, wali itu banyak tidak hanya yang khusuk saja. Wali amatir itu ngajinya kurang banyak. (Hafidhoh Ma’rufah)

Simak video sumber pengajian ini: Klik >>Gus Baha – Kisah Wali

Leave a Response