KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha, pengasuh pesantren Tahfidz Qur’an LP3IA Rembang, dalam suatu pengajian mendapatkan pertanyaan dari seorang jamaah tentang maksud dari penerapan hadis ballighū ‘annî walau āyat (بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً) di era media sosial.

Berikut penjelasan dari Gus Baha:

Memang ini semenjak dunia medsos, dengan tanda kutip agak ‘kecelakaan’. Mengutip kutipan tokoh atau apa hanya sepotong-potong. Itu bahaya!

Bahayanya begini, itu bukan hanya berbicara tokoh, meskipun Al-Qur’an kalau waqaf-nya (berhenti) salah itu ya bahaya!

Coba misalnya begini, ada orang waqaf di depan orang yang paham bahasa Arab.

Innallaaha laa yastahyii (إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْي) terus waqaf (berhenti).

Terjemahnya bagaimana? Allah tidak punya rasa malu.

Sehingga di ilmu Qur’an itu diatur ada waqaf yang haram, yaitu waqaf yang merusak makna. Harus diteruskan:

Allah tidak malu bikin perumpamaan sekecil apapun makhluk yang dibuat perumpamaan dengannya.

Coba kalau bacanya satu ayat terpotong, innallaaha laa yastahyii, Allah tidak malu. Bayangkan didengar orang yang paham bahasa Arab?!

Problem kita adalah belum mendengar kompleksnya ngaji. Jadi, kalau ada ulama bilang Nabi tidak tahu itu sesungguhnya madh (مدح). Madh itu ngelem (memuji), karena memang begitu. Makanya Allah bilang:

Maa kunta tadrii mal kitaabu walal iimaan.

Muhammad kamu tidak tahu apa itu maknanya kitab, apa itu maknanya iman. Tapi ‘tidak tahu’ ini untuk Nabi merupakan kelebihan.

Hal ini karena kalau Nabi tahu dulu, berarti ilmunya sebagian diserap dari Taurat, Injil dan dari yang macam-macam.

Makanya dulu orang kafir kalau mengkritik kepada Nabi:

Walaqad na’lamu annahum yaquuluuna innamaa yu’allimuhu basyar

(Muhammad pintar itu karena pernah belajar).

Terus Allah menjawab, “Muhammad itu tidak pernah belajar. Bahkan, baca saja tidak”.

Jadi, kalau Nabi dikatakan tidak bisa baca dan tidak tahu itu madh (pujian). Sehingga semua yang dilakukan Nabi inhuwa illa wahuyy-yuhaa (إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى), semua hanya berdasar wahyu.

Ini bedaya Nabi dengan selain Nabi!

Makanya, Nabi itu tidak pernah baca. Nggak boleh memang. Karena tadi, pasti ini jadi ilmu tandingan.

Itu bahaya kalau untuk Nabi. Supaya semuanya orisinil dari Allah, Nabi sama Allah itu dikosongkan. Semuanya dari ilmu yang diwahyukan oleh Allah Subhanahu wata’ala.

Jadi, ballighū ‘annî walau āyat itu maksudnya adalah ayat itu bukan satu ayat Qur’an potongan, tapi ayat yang muhkamat yang utuh.

Tapi, kalau satu potongan ya tidak boleh, kayak tadi misalnya dipotong innallaaha laa yastahyi. Itu tidak boleh!

Simak video Sumber pengajian ini: “Gus Baha – Ngaji Hadis

Leave a Response