Sebenarnya apa hikmah di balik pandemi Covid-19 menurut pandangan Islam? Demikian ini pertanyaan yang kerap umat Muslim utarakan selama wabah virus corona melanda seluruh dunia.
Apalagi hingga saat ini, kita masih berupaya keras meredam pandemi Covid-19. Virus yang awalnya menyebar dari Wuhan China ini telah menyebar ke ratusan negara dan menginveksi puluhan juta orang. Di Indonesia, hingga esai ini ditulis, angka positif yang terjangkit Covid-19 sudah tumbus angka dua ratus ribu kasus.
Kondisi tersebut seharusnya membuat kita semakin waspada. Jangan sampai kita mengendorkan kewaspadaan, atau malah menyepelekan protokol kesehatan. Sebab, kasus penularan masih belum mengalami penurunan. Kita tahu, pandemi ini telah berdampak besar bagi kehidupan, terutama menghambat roda ekonomi sehingga banyak orang mengalami kesulitan.
Kendati demikian, kita tetap harus terus bersabar. Sebagai umat Islam, kita mesti memaknai pandemi Covid-19 ini sebagai ujian dari Allah Swt. Bahwa, tak ada yang terjadi dalam hidup ini kecuali atas kehendak-Nya. Atas segala cobaan dan ujian tersebut, kita wajib untuk senantiasa bersabar dengan berikhtiar, berdoa, dan bertawakal kepada-Nya.
Kita juga harus yakin bahwa tatkala Allah menurunkan wabah atau penyakit, maka Ia juga akan menurunkan obatnya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Saw.: “Allah tidak menurunkan satu penyakit, kecuali menurunkan juga penyebab kesembuhannya, maka berobatlah. (HR. Bukhari)
Menghadapi wabah ini, ikhtiar yang bisa kita lakukan sembari menunggu ditemukan atau dikeluarkannya vaksin adalah terus mematuhi protokol kesehatan. Seperti selalu menjaga jarak, menggunakan masker, sering mencuci tangan, dan selalu menjaga kebersihan.
Selain sebagai ikhtiar melindungi diri, hal tersebut juga bisa dimaknai sebagai ikhtiar untuk melindungi sesama. Sebab kita tahu, dengan melindungi diri dari risiko penularan virus, di saat bersamaan kita juga telah melindungi orang lain.
Selain berikhtiar, kita juga mesti terus berdoa mengharap agar Allah Swt. lekas menghilangkan pandemi Covid-19 ini. Dengan doa, seseorang yang beriman akan merasa lega dan tenang, karena merasa bersama Allah Yang Mahakuasa. Doa memberi kita kekuatan batin dalam menghadapi penyakit, rasa takut, dan kecemasan. Dengan doa, seseorang hidup dalam asupan optimisme dan harapan, sehingga memberi dampak positif bagi setiap orang (M. Quraish Shihab: 2020).
Di tengah situasi pandemi yang masih belum mereda ini, jangan sampai kita terjatuh dalam kubangan kesedihan yang berlarut-larut. Kondisi ini memang membuat banyak orang berada dalam situasi sulit. Namun, jangan sampai kesulitan hidup akibat pandemi ini membuat kita terus meratap dan mengeluh. Akan lebih baik, jika kita bisa merenung, merefleksi, dan mengambil hikmah di balik wabah Covid-19 ini.
Dalam buku berjudul Corona Ujian Tuhan: Sikap Manusia Menghadapinya (Lentera Hati: 2020), ulama pakar tafsir Al-Qur’an M. Quraish Shihab memaparkan berbagai hikmah di balik ujian berupa pandemi Covid-19 yang sedang kita hadapi sekarang ini. Pendapat Quraish Shihab ini sangat penting untuk kita renungkan di tengah kondisi pandemi yang masih belum juga mereda sampai sekarang.
Dengan mengambil hikmah adanya wabah virus corona, kita akan lebih memiliki kesabaran dan keikhlasan, sehingga terhindar dari sikap putus asa dan kesedihan.
Ulama Tafsir Quraish Shihab dalam buku tersebut menjelaskan, beberapa hikmah yang bisa kita petik dari adanya wabah atau pandemi Covid-19.
Pertama, dengan mengadapi Covid-19 ini, kita menjadi lebih tahu dan paham tuntunan agama dan perlunya beragama. Kita semakin sadar bahwa Allah Maha Kuasa. Bagi orang yang beriman menjadi lebih sering berdoa dan memperbaiki ibadah.
Kedua, dengan berdiam di rumah bersama keluarga selama masa karantina, kita berkesempatan lebih dekat dan bisa saling berbagi antaranggota keluarga. Kita bisa mengajari anak-anak kita ilmu agama. Di banyak keluarga, momen kedekatan ini mungkin jarang terjadi karena kesibukan pekerjaan. Oleh karena itu, masa karantina saat pandemi ini harus benar-benar dimaksimalkan untuk membangun komunikasi yang berkualitas dalam keluarga.
Ketiga, pandemi ini semakin menegaskan betapa manusia adalah makhluk yang lemah. Buktinya, sekuat dan semaju apa pun negara-negara, saat ini semua sedang menghadapi situasi sulit karena Covid-19. Oleh karena itu, pandemi ini mesti menyadarkan manusia agar tidak sombong dan merasa paling berkuasa.
Keempat, wabah ini membuat kita semakin sadar pentingnya menguatkan kemanusiaan dan kebersamaan. Misalnya sadar akan gotong royong dan tolong menolong tanpa memandang suku, agama, dan bangsa. Seperti berbagai berita yang beredar, banyak pihak mengumpulkan donasi untuk penanganan Covid-19. Banyak pekerja seni seperti penyanyi misalnya, menggelar pertunjukan secara online demi mengumpulkan donasi.
Di beberapa daerah, banyak orang menyediakan bahan-bahan pokok di pinggir-pinggir jalan untuk masyarakat yang membutuhkan. Betapa solidaritas dan kebersamaan begitu terasa, terutama di awal-awal menyebarkan pandemi ini beberapa waktu lalu. Kita berharap, kebersamaan tersebut bisa terus kita pupuk dan kita pertahankan, sehingga tercipta masyarakat yang kuat, solid, dan harmonis.
Kelima, pandemi ini juga menyadarkan kita bahwa aneka kenikmatan material di dunia bukanlah segalanya. Tanpa kesehatan, segala kenikmatan dunia ini tidak ada artinya. Menggali hikmah di balik ujian dan musibah pandemi covid-19 ini akan bisa membuat kita selalu berpikir positif meski berada dalam situasi sulit. Selain itu, juga mendorong kita lebih bersyukur kepada Allah. Wallahu a’lam