Momentum peringatan Kemerdekaan RI hendaknya menjadi pendorong untuk selalu melakukan perubahan dan memerdekakan bangsa dari keterpurukan. Sesuai Edaran Kementerian Sekretariat Negara, tema Pulih Lebih Cepat dan Bangkit Lebih Kuat menjadi tema besar yang diusung pada Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pemilihan tema ini mengacu pada pandemi Covid-19 yang melanda dunia hingga Indonesia. Dampak kecemasan sosial hingga tekanan ekonomi yang diakibatkannya sampai hari ini masih terus dirasakan masyarakat Indonesia selama kurun waktu kurang lebih dua tahun lamanya.
Di tengah keterpurukan yang mendera, faktanya semua elemen bangsa masih terus bergeliat, bergerak bersama, bahu membahu mewujudkan harapan dan cita-cita Indonesia. HUT-RI menjadi momentum kita bersama untuk merefleksikan nilai-nilai Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Memaknai angka 77 adalah waktu yang tepat untuk mengukur kembali keseriusan dalam mewujudkan target Indonesia 2045. HUT Kemerdekaan RI idealnya tidak hanya kita jadikan sebagai suatu perayaan belaka, dimana baliho kita pajang tinggi-tinggi sementara kontribusi dan kesiapan generasi kita masih diuji.
Belum terlambat rasanya untuk membincang sekaligus memetakan kembali kesiapan Republik ini menyambut satu abad kemerdekaannya. Sebagaimana selalu digaungkan kebangkitan generasi emas Indonesia 2045 akan kita wujudkan bersama, yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia yang berkualitas, maju, mandiri, modern, dan berakhlak serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
Memetakan Penguatan Akhlak
Bangsa Dari peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI, kita setidaknya perlu kembali memetakan penguatan akhlak bangsa untuk Indonesia Emas 2045. Indonesia diproyeksikan akan menjadi bangsa yang maju dan kuat dengan bonus demografi penduduk Indonesia yang sangat produktif yaitu angkatan kerja (usia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk yang tidak produktif (di bawah 5 tahun dan di atas 64 tahun).
Negara kita membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dalam rangka menyongsong era tersebut. Selain penguatan IPTEK maka prioritas lainnya yang tidak kalah penting adalah penguatan akhlak. Sebagaimana kata kenal sebagai Imtaq (Iman dan Taqwa).
Tentu saja kita tidak menginginkan generasi muda Indonesia nantinya menjadi generasi yang hanya sekadar anut grubyuk (pengekor) saja, hanya karena mereka tidak memiliki pondasi kuat yang bernama akhlak. Akhlak bangsa harus kita jaga, kita kuatkan bersama sebagai perwujudan dari budaya Indonesia yang telah lama diwariskan oleh para pendahulu kita.
Cita-cita ini adalah harapan bangsa untuk mewujudkan generasi tangguh, pantang menyerah dan memiliki daya adaptasi yang tinggi. Pandemi menjadi bukti, sebagai bangsa yang berakhlak kita tidak abai dengan sekeliling kita.
Ulur tangan hingga doa dengan mudahnya kita hantarkan kepada mereka yang membutuhkan, tanpa memedulikan perbedaan dan melebur bersama atas nama Indonesia. Sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh pahlawan terdahulu, mereka yang berhasil mengantarkan kita ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia.
Khidmat NU untuk Indonesia Emas 2045
Senafas dengan cita-cita satu abad Indonesia merdeka, Nahdlatul Ulama (NU) berkomitmen untuk ambil bagian memberikan kontribusi terbaiknya dengan menyiapkan santri muda NU yang tangguh, terbuka, inklusif serta adaptif terhadap perubahan dengan selalu mengedepankan adab sebagai level tertinggi pencapaian ilmu pengetahuan.
Spirit itu semakin relevan dengan transformasi dakwah digital NU untuk menerjemahkan kebutuhan zaman. Santri sebagai garda terdepan NU siap digembleng untuk mengisi kemerdekaan Indonesia sebagaimana santri terdahulu berjuang mengangkat senjata mengusir penjajah dari tanah air tercinta. Suatu bentuk perjuangan yang berbeda, tapi keduanya memiliki arti yang sama yaitu tanda bukti cinta pada negara. Hubbul wathan minal iman yang direfleksikan dalam bentuk perbuatan.
Hari ini, semakin diminatinya pesantren menjadi tantangan tersendiri bagi NU untuk meningkatkan kualitas pendidikan pesantren. Dari zaman dahulu hingga kini, pesantren selalu diyakini sebagai tempat yang mumpuni untuk membentuk akhlak yang baik – akhlaqul karimah, artinya pesantren adalah laboratorium pembentukan akhlak bagi santri sebagai aset bangsa. Maka adalah sebuah keniscayaan bagi pesantren untuk menyambut gembira pergantian era dengan memasukkan kurikulum digital.
Di era yang serba digital santri hari ini diharapkan bukan hanya pintar mengaji, tetapi juga berpengetahuan tinggi. Santri bukan hanya menguasai literatur agama tetapi juga pandai menaklukkan teknologi. Harapannya santri dapat mewarnai konten-konten digital menyeru pada kebaikan, amar ma’ruf nahi munkar di media sosial.
Santri-santri ini diharapkan dapat menjadi influencer yang menularkan virus kebaikan. Mereka menjadi kader terdidik yang bukan hanya pandai secara intelektual, tetapi juga memiliki pondasi akhlak yang kuat. Khidmat NU untuk Indonesia 2045 diwujudkan dengan berbagai kontribusi nyata. Salah satunya dengan menyiapkan santri sebagai generasi penerus bangsa.
Santri sebagai kader NU bagaikan anak panah yang siap dilesatkan di mana saja. Mereka siap mengisi kemerdekaan Indonesia dengan profesionalisme dan integritas akhlak yang dimilikinya. Jutaan santri masa kini adalah aset bangsa di masa depan.Tentu saja, kekhawatiran tentang masa depan bangsa layak untuk ditepiskan jika hari ini suksesi mewujudkan akhlak bangsa dapat kita wujudkan.
Sampai dengan hari ini NU untuk terus berupaya memberikan kontribusi terbaiknya pada negara. Semoga dengan Peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI kita jadikan sebagai momentum untuk kembali menguatkan akhlak bangsa. Dirgahayu Indonesia.
*Artikel ini sebelumnya dipublikasikan oleh NU Online
Foto: ANTARA/M Ibnu Chazar