Jejak sejarah berupa inskripsi bisa ditemukan di berbagai tempat. Di antaranya di Kerinci dan Jambi. Di dua lokasi tersebut terdapat beberapa inskripsi yang sangat berharga. Berikut beberapa inskripsi di sana.

Mesjid ini terletak di Dusun Koto Tuo, Desa Pulau Tengah, Kec. Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Secara keseluruhan denah mesjid, bujur sangkar berukuran 27 x 27 m, dengan masing-masing sisi dibatasi oleh dinding, baik yang masih berbahan kayu maupun yang sudah diganti dengan tembok.

Mesjid ini salah satu mesjid tertua dan terindah di Kerinci, berkonstruksi kayu dengan atap berbentuk tumpang serta interiornya didominasi bahan kayu yang diukir dengan hiasan sulur- sulur floral dan geometris.

Dari sejumlah mesjid kuno yang ada, hanya mesjid ini yang memiliki inskripsi yang tergolong tua, sedangkan selainnya adalah inskripsi- inskripsi baru. Pada umumnya mesjid di Kerinci lebih banyak berhiaskan ornament bunga sulur-sulur khas Kerinci.

Adapun inskripsi yang terdapat pada mesjid ini adalah bertuliskan: laa ilaaha illallah Muhammadurrasulullah. Inskripsi tersebut berukuran 15 x 10 cm, terbuat dari semen, ditulis sekitar tahun 1924, dengan jenis tulisan Naskhi, dan letak tulisan berada di atas pintu masuk mesjid di sebelah kanan dan kiri.

Teks pertama berbahasa Arab, yang artinya “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. Sedangkan teks kedua berbahasa Arab-Melayu menjelaskan tentang orang yang merehab mesjid tersebut bernama Depati Madpijit, seorang bangsawan di daerah tersebut.

Guci ini adalah koleksi Bapak Iskandar Zakaria yang berasal dari Kerinci. Ketika ditanya tentang asal-usulnya, ia tidak mau menyebutkan namanya karena itu pesan dari pemilik asal ketika diberikan kepadanya.

Ukuran guci 7 x 8 cm, beraksara dan berbahasa Arab dengan jenis tulisan dekat ke Sulus tetapi tidak mengikuti standar. Di depan dan di belakang guci bertuliskan basmalah: Bismillahirrahmanirrahim., yang artinya: “Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang”

Pada Mesjid Ihsaniyyah terdapat lafẓ jalālah atau tulisan “Allah” yang terletak mastaka di atas atap mesjid. Inskripsi ini berbahan dari kayu, dengan Ukuran tulisan 4 x 4 cm berbentuk bulat melingkar. Mesjid ini didirikan pada 1358 H./1939 M. sebagaimana tertulis di bawah papan nama mesjid ini.

Di bagian depan mesjid, di atas pintu masuk, terdapat inskripsi yang menunjukkan nama mesjid dan angka tanggal, bulan, dan tahun. Inskripsi ini berbahasa dan beraksara Arab dan jenis tulisan (kaligrafi Arabnya) adalah Khat Diwani.

Angka di bawah nama mesjid menupakan waktu pembangunan mesjid ini, yaitu 7.4.58 hijriyyah atau 7 Rabius Sani 1358 H, bertepatan dengan 27.5.39 mīladiyyah atau 25 Mei 1939 M. Berdasarkan angka tersebut, usia mesjid ini sampai 2011 (ketika penelitian ini dilakukan) sekitar 72 tahun sehingga dapat dikategorikan sebagai Benda Cagar Budaya (BCB) sesuai dengan Undang-Undang (UU) No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Madrasah Nurul Iman di Kota Jambi termasuk madrasah yang sudah tua. Madrasah ini didirikan pada tahun 1333 H, bertepatan dengan 1915 M. Angka tahun ini terdapat pada inskripsi pada bangunan madrasah tersebut.

Nama madrasah tersebut ditulis dengan aksara dan bahasa Arab. Di bawahnya terdapat angka tahun dan nama madrasah dengan aksara Latin dengan ejaan lama dan huruf kapital semua, yaitu “1915. M. NURUL IMAN DJAMBI.1333”. Media inskripsi ini berbahan kayu dalam bentuk empat persegi panjang dengan ukuran 80 x 40 cm. Jenis tulisan Arab untuk nama madrasah adalah Khat Diwani.

Huruf “M.” merupakan singkatan dari “Madrasah”, dan angka tahun 1333 di sebelah kiri, dan 1915 di sebelah kanan, adalah waktu pendirian madrasah ini, yaitu 1333 H yang bertepatan dengan 1915 M. Berdasarkan angka tahun itu, madrasah ini telah berusia 96 tahun sehingga termasuk BCB sesuai dengan UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Pada nisan makam Sayyid Husain Baraqbah terdapat inskripsi bertuliskan teks Arab Melayu, yaitu huruf Arab dengan Bahasa Melayu (tulisan Jawi) dan teks Arab berbahasa Arab. Nisan ini berbahan dasar kayu dengan ukuran tinggi 1 m dan lebar 40 cm. Kondisi nisan telah rusak dimakan rayap. Bagian atas depannya telah patah dan tergores.

Teks inskripsi, baik yang berbahasa Arab maupu Arab Melayu berjenis khat Naskhi. Adapun angka tahun 1186 sebagai tahun Hijriah yang menandakan bahwa Sayyid Husain Baraqbah wafat pada tahun itu. Maka, usia makam ini, menurut perhitungan tahun Hijriah (sampai penelitian ini dilakukan tahun 1431 H/2011 M), sekitar 242 tahun.

Madrasah Sa’adatuddaren (Sa‘ādah al-Dārain [kebahagiaan dua tempat, yakni dunia dan akhirat]) didirikan pada tahun 1333 H atau 1915 M. Angka tahun ini tertulis dalam inskripsi pada panel papan nama madrasah ini.

Madrasah ini terletak di Kampung (Desa) Tahtuljaman, Kota Jambi. Media inskripsinya terbuat dari kayu dan diletakkan di atas pintu masuk komple madrasah. Teks inskripsi ditulis dengan huruf Arab dalam bahasa Arab, dan di bawahnya terdapat aksara Latin. Tulisan Arab menggunakan Khat Diwani. Panel inskripsi ini berukuran 2 x 1 m.

Madrasah Al-Jauharain Al-Maktabiyyah li al-‘Ulūm al-‘Arabiyyah terletak di Kelurahan Tanjung Johor, Kecamatan Playang, Kota Jambi. Madrasah ini tergolong tua dan merupakan BCB berdasarkan UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Di Madrasah Al-Jauharain terdapat dua inskripsi, yaitu: 1) Panel papan nama Madrasah Al-Jauharain, dan 2) Stempel Madrasah Al- Jauharain. (MS)

*Tulisan ini adalah rangkuman dari diseminasi penelitian Masmedia Pinem dan Thanthawy Djauhary, A.Ka yang diterbitkan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama tahun 2017.

sumber gambar: Fatmi Sunarya (YPTD)

Leave a Response