Kelompok Kompas Gramedia, melalui penerbit Elex Media Komputindo, baru-baru ini merilis buku geopolitik berjudul Indo-Pasifik: Sebuah Konstruksi Geopolitik karya penulis Abhiram Singh Yadav. Buku ini muncul di saat yang tepat dimana dilema dan diskursus politik global sedang hangat, khususnya di kawasan Indo-Pasifik.

Lantas, apa yang menarik dalam mencermati kawasan Indo-Pasifik ini dan sejauh mana batas-batas perdebatan dan wacana geopolitik dan geostrategis kawasan ini?

Istilah Indo-Pasifik awalnya digunakan untuk menjelaskan dua hal: Pertama, sebuah gambaran biogeografis mencakup kawasan laut Samudera Hindia, Samudera Pasifik Barat, Samudera Pasifik Tengah dan perairan yang menghubungkan dua samudera di Laut China Selatan yang dikenal sebagai kawasan Indo-Pasifik Barat. Kedua, sebagai kajian biologi kelautan, ichthyology, dan bidang sejenis lainnya untuk menjelaskan habitat laut dan sejumlah spesies di rentang kawasan Madagaskar hingga Jepang dan Oseania yang tidak ditemukan di kawasan Samudera Atlantik.

Seiring waktu, Indo-Pasifik telah bertransformasi menjadi sebuah konsep strategis yang merangkum aspek geopolitik, geostrategi, dan geoekonomi ke dalam satu kesatuan paradigma. Tak pelak, mega-kawasan ini pun menjelma menjadi arena pertarungan kekuatan-kekuatan adidaya dunia seperti Amerika Serikat dan China, sehingga menempatkannya ke dalam diskursus keamanan, ekonomi, dan politik internasional yang paling mengemuka di abad ini.

Sebagai respon atas perkembangan eksistensi ­Indo-Pasifik yang semakin dipandang penting di kancah pertarungan kawasan dan global, para pemimpin negara, cendekiawan, analis politik, ekonomi dan militer serta para pemimpin Barat, Quads, ASEAN, Uni Eropa serta berbagai aliansi strategis lainnya telah menyampaikan gagasan dan pandangan masing-masing mengenai konsepsi Indo-Pasifik yang ideal. Sikap, pandangan dan tindakan tersebut, salah satunya dipicu oleh kekhawatiran terjadinya eskalasi politik dan penggunaan kekuatan militer yang akan menggangu ketertiban dan perdamaian kawasan dan global.

Munculnya ide dan gagasan Indo-Pasifik sebagai diskursus geopolitik, geostrategi dan geoekonomi secara signifikan, sering dihubungkan dengan keinginan mengatasi beberapa tantangan multilateralism yang kerapkali memanas dan tajam di antara negara-negara Barat, negara-negara demokrasi di Asia dan kemunculan kekuatan ekonomi baru China. Kebangkitan China sebagai kekuatan ekonomi dan politik raksasa di Asia telah menyebabkan lahirnya perimbangan kekuatan untuk melawan dan menandingi pengaruh besar China di kawasan Indo-Pasifik. Di saat yang sama, sanggahan terhadap argumentasi dan kecemasan tersebut telah ditegaskan bahwa Indo-Pasifik lebih diarahkan untuk kepentingan kawasan Indo-Pasifik yang inklusif, bukan semata-mata respon atas kebangkitan kekuatan global China.

Namun, faktanya, Amerika Serikat, India, Jepang, dan Australia sebagai negara kunci yang mendorong kebangkitan gagasan Indo-Pasifik, merespon situasi dengan cara memperkuat hubungan kerja sama dan membangun beragam aliansi regional dalam rangka meningkatkan nilai tawar dan pengaruh ekonomi, politik dan militer keempat negara tersebut di kawasan. Posisi dan eksistensi strategis Indo-Pasifik tersebut bahkan telah menarik lebih banyak negara, tidak hanya adidaya Rusia, dan negara-negara Eropa tetapi juga di Asia dan Afrika dalam kancah percaturan dan kontestasi besar di kawasan Indo-Pasifik.

Berbagai pandangan dan kebijakan luar negeri masing-masing negara dan aliansi regional pun digagas, disampaikan dan didiskusikan di beragam forum bilateral dan multilateral yang mendorong munculnya beragam analisis di kalangan cendekiawan serta analis politik serta kebijakan internasional. Free and Open Indo-Pacific Strategy, US Indo-Pacific Command, Act East Policy, ASEAN Outlook on the Indo-Pacific, New Southern Policy, European Union Strategy for Cooperation in the Indo-Pacific dan berbagai pandangan dan kebijakan luar negeri lainnya diperumit oleh adu propaganda dan kebijakan intervensi di kalangan kekuatan adidaya terhadap negara-negara kecil dan menengah.

Buku ini hadir sebagai bacaan penting dan menarik tentang sejarah awal, ide dan gagasan negara-bangsa, dinamika seputar Indo-Pasifik dan memberikan wawasan mendalam tentang konstruksi geopolitik Indo-Pasifik termasuk tantangan, ancaman dan peluang bagi keberlangsungan perdamaian dunia. Menurut filsuf terkemuka Indonesia Prof.  Dr.  F.  Budi Hardiman (Pengajar Filsafat di Magister Hubungan Internasional, Universitas Pelita Harapan.) “Mereka yang ingin tahu lebih jauh isu politik internasional kontemporer sebaiknya tidak melewatkan buku ini. Penulis Abhiram Singh Yadav mengajak kita untuk menyelisik Indo-Pasifik sebagai konstruksi geopolitis yang makin penting untuk perimbangan kekuasaan di ranah global. Tinjauannya cukup komprehensif, sistematis, dan proporsional untuk membantu kita memahami topik yang kompleks ini”.

Buku ini juga mendedah dengan sangat tajam dan berani sejumlah sudut pandang para aktor yang bersaing di Kawasan ini. Mulai dari fenomena kebangkitan China yang dianggap sebagai variable katalis yang memicu lahirnya ketegangan di kawasan ini; perebutan kekuasaan laut untuk kepentingan politik, militer, dan ekonomi aktor-aktor global, seperti Amerika Serikat  dan negara-negara Uni Eropa; terusiknya kepentingan adidaya kawasan seperti India, Australia dan Jepang; hingga potensi strategis organisasi kawasan seperti ASEAN dan rincian kepentingan tiap negara yang menjadi aktor dalam peta geografis yang terletak di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dalam wacana konstelasi geopolitik para Super Power serta Major Power dunia.

Pada akhirnya, buku ini menawarkan satu gagasan eksotik tentang meta-wacana dalam memahami konsep geopolitik, geostrategi, geoekonomi, dan regionalisme di masa depan. Dimana gagasan ini akan membawa para pembaca menaiki satu spektrum analisis yang lebih luas, kaya dan menantang. Oleh karena itu, buku ini layak menjadi referensi bagi mahasiswa, wartawan, peneliti, pengamat hingga pembuat kebijakan yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai fenomena Indo-Pasifik yang saat ini menjadi arus besar dalam studi kawasan dan dalam kebijakan politik luar negeri berbagai negara di dunia.

Bahkan, Guru Besar Politik Internasional Prof. Aleksius Jemadu, Ph.D. (Universitas Pelita Harapan) menyatakan buku ini muncul pada saat yang tepat di mana negara-negara di kawasan Indo-Pasifik termasuk Indonesia memerlukan analisis yang komprehensif dan obyektif tentang respons yang akurat sesuai dengan tujuan kebijakan luar negeri masing-masing. Indonesia yang berada di tengah kontestasi kekuatan-keuatan besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang dan India perlu mencermati kebijakan luar negeri masing-masing negara tersebut dan pola interaksi di antara mereka agar tidak larut dalam pertarungan kekuatan yang dapat mengganggu stabilitas regional yang diperlukan untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya.

Pertanyaan penting buat pemerintah Indonesia dan para akademisi politik internasional di kawasan ini adalah bagaimana menavigasi kebijakan luar negeri Indonesia sesuai dengan prinsip bebas aktif yang menjadi amanat Undang-Undang Nomor 37 tahun 1999 dan pada saat yang sama memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia seperti kedaulatan nasional, keutuhan wilayah NKRI, pengamanan eksploitasi kekayaan maritim Indonesia serta pembangunan nasional pada umumnya. Uraian yang disajikan dalam buku ini sangat membantu untuk memahami dinamika kawasan Indo-Pasifik yang sangat kompleks, multidimensional, mencakup berbagai level analisis dalam hubungan internasional. Kontribusinya untuk pemahaman dinamika  politik internasional di kawasan ini sangat signifikan baik untuk para pembuat kebijakan luar negeri maupun para akademisi hubungan internasional.

Hal senada diungkap Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar, M.A. (Research Professor Pusat Riset Politik-Badan Riset dan Inovasi Nasional/ PR Politik-BRIN) dalam menyambut baik terbitnya buku Indo-Pasifik. Sebuah Konstruksi Geopolitik karangan Abhiram Singh Yadav.  Ia menilai tema mengenai Indo-Pasifik mulai banyak menjadi topik perbincangan dan kajian dalam beberapa tahun terakhir.  Istilah “Indo-Pasifik” sendiri masih dikontestasi, didukung sepenuhnya oleh Amerika Serikat dan sekutunya melalui gagasan “Free and Open Indo-Pacific”, namun dicurigai oleh Beijing sebagai bagian dari upaya pembendungan terhadap kebangkitan Tiongkok.

Pada gilirannya Indonesia bersama ASEAN mempromosikan penerimaan pandangan mengenai “Indo-Pasifik” yang lebih netral sebagai wilayah geografis antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik yang dapat dikelola oleh arsitektur regional yang telah dikembangkan oleh ASEAN selama ini yang bersifat terbuka dan inklusif. Buku ini merupakan suatu tulisan dalam Bahasa Indonesia yang membahas masalah seputar Indo-Pasifik secara komprehensive, termasuk berbagai perspektif negara-negara pemangku kepentingan utama, tidak saja negara-negara besar tetapi juga dikalangan ASEAN, yang perlu üntuk dicermati”.

Terakhir, Makmur Keliat, Ph.D. (Dosen di Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia.) menekankan bahwa buku ini layak dibaca. “Praktisi kebijakan dan pengamat kebijakan, pun para akademisi hubungan internasional di kampus, perlu menyadari bahwa Indonesia adalah bagian dari Indo-Pasifik. Dinamika ekonomi dan politik di kawasan geografis Indo-Pasifik pasti akan membawa pengaruh bagi Indonesia. Buku ini memperluas wawasan pembacanya tentang isu-isu strategis  besar ekonomi politik di kawasan berikut problematika kelembagaannya.”

Leave a Response