Masjid dan problem umat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, masjid dalam sejarah Islam berdiri kokoh menjawab persoalan umat. Masalah yang mendasar yang dihadapi umat saat ini adalah lemahnya keterampilan sehingga mereka tidak memiliki daya saing dalam percaturan nasional dan global.
Persoalan lemahnya keterampilan umat ini menjadi tantangan bagi masjid untuk hadir dalam menjawab persoalan umat, kondisi ini diperkuat manakala lembaga pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan (output) yang tidak mempunyai ketrampilan. Lembaga pendidikan hanya menghasilkan lulusan yang memiliki ijazah tetapi tidak memiliki ketrampilan. Inilah tantangan bagi masjid ke depan harus bisa menjawab persoalan ini.
Satu sisi masjid hanya seperti menara gading yang memiliki fungsi ubudiyah, padahal dalam sejarah perkembangannya masjid berdiri untuk menjawab persoalan umat termasuk lemahnya ketrampilan. Al-Quran memberi pesan bahwa kita harus khawatir ketika melahirkan generasi yang lemah. Maka pengembangan ketrampilan berbasis masjid adalah sebuah keniscayaan, dan menjadi tuntutan.
Sejarah Islam membuktikan betapa Masjid memiliki fungsi sentral dalam kehidupan kaum Muslimin, sebagai contoh adalah keberadaan Masjid Nabawi di Madinah pada masa Rasulullah SAW. Termasuk di Indonesia Islam disebarkan dan dipelajari melalui masjid, dimana masjid memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Masjid tidak saja sebagai tempat melakukan aktivitas ibadah kaum muslimin, melainkan sudah menjadi lembaga pendidikan secara umum.
Melalui masjid pendidikan dan pembinaan umat dilakukan secara intensif sehingga mampu melahirkan ulama-ulama besar yang kompeten. Oleh karena itu harus dilakukan penelitian terhadap masjid yang mengembangkan pendidikan ketrampilan, sebagai model bagi pengembangan pendidikan ketrampilan di Indonesia.
Tujuan umum penelitian ini untuk menemukan model pendidikan ketrampilan berbasis masjid. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menemukan:
1) Bentuk-bentuk pendidikan keterampilan berbasis masjid;
2) Proses pembelajaran dalam pendidikan keterampilan berbasis Masjid;
3) Kendala dan hambatan pendidikan ketrampilan Berbasis Masjid.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 13 masjid Indonesia dengan pendekatan etnografi. Lokasi sasaran masjid yaitu : 1) Masjid Bani Umar Tangerang Selatan, 2) Masjid Raya At-Takwa Cirebon, 3) Masjid Baiturahman Pridon Sleman Yogyakart, 4) Masjid Musabbihin Medan Sumatera Utara, 5) Masjid Al-Idrisiyah Tasikmalaya, 6) Masjid Mutahirin Nitikan Yogyakarta, 7) Masjid Al Akbar Surabaya, 8) Masjid Sunan Ampel Surabaya, 9) Masjid Al-Markaz Makasar Sulawesi Selatan, 10) Masjid Cheng Ho Surabaya, 11) Masjid Sabilillah Malang Jawa Timur, 12) Masjid Masjid al-Anwar Wonosobo), dan 13) Masjid Darul Muhajirin Juai Balangan Kalimantan Selatan).
Penyajian laporan penelitian kualitatif deskriptif sumber data terdiri dari data primer yang didapatkan dari observasi dan wawancara langsung kepada pengurus masjid, jamaah dan pengelola pendidikan ketrampilan. Sumber data sekunder didapatkan dari berbagai sumber dan dokumentasi yang didapatkan dari 12 Masjid di Indonesia.
Teknik pengumpulan data studi dokumentasi sedangkan analisis data dengan menggunakan content analysis, dengan menganalisis proses pendidikan, kurikulum, metode pembelajaran dan materi yang diterapkan pada pendidikan ketrampilan berbasis masjid.
Temuan Penelitian
Model pendidikan ketrampilan berbasis masjid yang dikembangkan di Indonesia memiliki model pengembangan pendidikan ketrampilan kecakapan hidup (life skill). Ditemukan beberapa model masjid yang mengembangkan pendidikan life skill berbasis masjid. Hanya saja model masjid tersebut memiliki perbedaan jenis pendidikan ketrampilan.
Model ketrampilan yang dikembangkan tersebut memiliki tingkat kebutuhan dan segmen yang berbeda. Ketrampilan dengan segmen kaum ibu dan bapak bisa meningkatkan ketrampilan sehingga dapat menambah aktivitas ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. Sementara ketrampilan segmennya anak-anak dan remaja, output-nya memiliki daya saing nasional maupun internasional.
Bentuk pendidikan keterampilan berbasis masjid yang dikembangkan antara lain: digital preuneurship bagi remaja (Masjid At-Takwa Cirebon Jawa Barat), Budi Daya Ternak Sapi (Masjid Baiturahman Pridon Sleman Yogyakarta), Wirausaha keuangan mikro syariah (Masjid Musabbihin Medan Sumatera Utara, Masjid Al-Idrisiyah Tasikmalaya), Pengembangan kuliner, tata boga (masjid Mutahirin Nitikan Yogyakarta, Masjid Bani Umar Tangerang Selatan), Ketrampilan konveksi (Masjid Al Akbar Surabaya Jawa Timur).
Pengembangan bahasa (Bahasa Arab masjid Sunan Ampel Surabaya Jawa Timur dan Masjid Al-Markaz Makasar Sulawesi Selatan, bahasa Tionghoa Masjid Cheng Ho Surabaya), Usaha minimarket (Masjid Sabilillah Malang Jawa Timur, Masjid Al-Idrisiyah Tasikmalaya), Ketrampilan sinematoghrafi (Masjid Masjid al-Anwar Wonosobo), ketrampilan handicraft dan barbershop (Masjid Darul Muhajirin Juai Balangan Kalimantan Selatan).
Proses pembelajaran pada pendidikan keterampilan berbasis Masjid melalui: 1) Pendidikan partisipatoris yakni proses pembelajaran yang menitikberatkan kepada keaktifan dan kreativitas. 2) Classroom, 3) Kemitraan, 4) Workshop, 5) Boarding, 6) Work based learning, 7) E-learning.
Kendala dan hambatan pendidikan ketrampilan antara lain: a) Masih adanya mindset sebagian besar masyarakat dalam memahami fungsi masjid hanya sebagai berfungsi ubudiyah, 2) Pendidikan ketrampilan berbasis masjid terkendala dengan SDM pengurus DKM, SDM Instruktur, SDM Jamaah, 3) Minimnya Sarana pendukung pendidikan ketrampilan berbasis Masjid, 4) Minimnya Networking yang dibangun oleh masjid, 5) minimnya sinergitas antar masjid, ormas keagamaan Islam dengan instansi swasta maupun pemerintah, 6) Kurangnya sosialisasi Buku pedoman pengelolaan masjid, 7) Belum adanya Modul pendidikan ketrampilan berbasis masjid, 8) Rendahnya inisiatif pemerintah terhadap pendidikan ketrampilan berbasis masjid, 9) Rendahnya Penggunaan IT dalam pengelolaan masjid.
Hasil penelitian selengkapnya klik di sini
Gambar ilustrasi: Antara/Yusuf Nugroho