Saat mendengar kata Sumedang, seseorang mungkin mudah teringat pada tahu. Tahu Sumedang memang ada dan dijual di mana-mana. Akan tetapi Sumedang juga menyimpan berbagai peninggalan kesejarahan yang penting.
Di antaranya adalah inskripsi. Tulisan di bawah ini adalah ringkasan penelitian mengenai inskripsi-inskripsi yang ada di Sumedang Jawa Barat.
Motif kaligrafi yang ditemukan di Mesjid Sumedang terletak di dinding, pintu, dan jendela. Semua tulisan kaligrafi menunjukkan adanya penggunaan gaya khat naskhi. Hanya saja bentuk bacaaan dan penempatan yang berbeda.
Tulisan naskhi adalah tulisan yang banyak dijumpai pada hampir seluruh naskah buku, majalah, Koran dan brosur. Tulisan ini berkembang pada abad ke-10. Bentuk tulisan ini banyak menarik minat orang lain karena bentuknya tidak memiliki berbagai macam struktur yang kompleks sehingga penulisannya lebih mudah dan cepat karena hurunya yang lebih kecil dari huruf yang lain sehingga lebih praktis.
Inskripsi yang ada di Mesjid Agung telah pernah diteliti oleh Muhammad Amanatullah, yang berjudul Mesjid Agung Sumedang: Tinjauan Arsitektural dan Ornamental. Namun ditemukan kesalahan pembacaan dan penerjemahan serta transliterasi hadis yang terdapat di bagian ventilasi pintu timur. Kesalahan pembacaan dan penerjemahan tersebut adalah sebagai berikut:
Bunyi hadis: adzilli bissolah qoblal maut wa atiru bil qoblal ashr. Terjemahnya: Berkata Nabi: Cepat-cepatlah sholat waktu dan tobat sebelum maut. Seharusnya hadis Nabi tersebut berbunyi: Qala al-nabiyyu sallallahu ‘alaihi wasallama: ‘ajjilu bi al-shalati qabla al-fauti wa ‘ajjilu bi al-taubati qabla al-mauti. (Nabi saw. bersabda: bersegeralah salat sebelum waktu berlalu, dan segeralah bertobat sebelum ajal menjemput (mati). (Al- Hadis)
Ada pula inskripsi berupa kaligrafi yang dikutip dari ayat Al-Qur’an Surah Ali Imran: 96, Surah al-Isra: 1, dan hadis Nabi saw. Jenis tulisan kaligrafi yang dipakai adalah bercorak naskhi dan media yang dipakai adalah kayu jati berwarna keemasan.
Surah al-Isra ini menunjukkan bahwa orang yang melaksanakan salat posisinya sama dengan mikrajnya Nabi saw. Hal ini sesuai dengan sabdanya yang artinya: “Salat adalah mikraj bagi orang-orang beriman.”
Ayat 96 surah Ali Imran, menggambarkan bahwa kiblat pemersatu umat Islam adalah Mekah al-Mukarramah, dan surah al-Isra, menjelaskan peristiwa Isra dan Mikraj Nabi Muhammad saw. Misi yang diemban Nabi dalam peristiwa itu adalah salat lima waktu. Adapun hadis tersebut menjelaskan bahwa salat adalah sebagai pintu utama untuk bertobat bagi umat Islam.
Pada ukiran ini tulisan di atas menunjukkan tentang keesaan Tuhan dan tidak boleh mempersekutukannya serta Muhammad adalah utusan Allah. Singkatnya, ayat ini berbicara tentang syahadat orang Islam. Sedangkan ayat yang terdapat di bawahnya menceritakan kisah Isra dan Mikraj Nabi Muhammad saw.
Makam Geusan Ulun dan makam Ratu Harisbaya ini berada di desa Dayeuh Luhur, Kec. Ganeas, Kab. Sumedang. Nisan ini terbuat dari semen yang telah dicat putih. Makam Ratu Harisbaya juga terbuat dari semen, namun ada tulisan yang tidak bisa dibaca karena tuisan rusak dan berlumut.
Makam Pangeran Geusan Ulun dan Ratu Harisbaya terletak di Puncak bukit di desa Dayeuh Luhur. Dari temuan lapangan semua makam yang ditemukan berada di perbukitan, mulai dari Cirebon sampai Sumedang.
Hal ini memang merupakan kelanjutan budaya dari masa prasejarah di mana semua makam ditempatkan di tempat yang tinggi. Makam Geusan Ulun dan Ratu Harsbaya adalah saling berdekatan. Jarak antara keduanya sekitar 50 meter.
Pada makam nisan Geusan Ulun inskripsi yang ditemukan, menyebutkan bahwa di nisan bagian kepala bertuliskan huruf Arab berisi tentang syahadat kepada Allah dan syahadat kepada Nabi Muhammad saw. beserta sahabat-sahabatnya. Inskripsi itu bermakna bahwa setiap Muslim harus mengucapkan syahadat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Syahadat juga merupakan rukun Islam yang pertama yang harus diakui oleh setiap Muslim. Sementara pada nisan di bagian kaki terdapat inskripsi yang bertuliskan Arab berbahasa Sunda, yang menjelaskan secara singkat riwayat hidup dari Pangeran Geusan Ulun.
Adapun pada makan nisan Ratu Harisbaya, terdapat inskripsi yang bertuliskan Hanacaraka. Isi dari tulisan itu adalah menjelaskan bahwa Ratu Harisbaya merupakan Nyonya Raden Perwata Wanita, Bunga Bangsawan, yang juga dikenal dengan Nyi Sumedang. Dalam tulisan Hanacaraka tersebut, di bagian akhir ada tulisan yang tidak terbaca karena telah aus dimakan usia dan berlumut berwarana hijau.
Media yang dipakai untuk membuat nisan makam ini adalah semen. Nisan makam ini terlihat mulai lapuk dan berlumut karena tidak alat pelindung di atasnya, sehingga tulisannya pun ada yang tidak terbaca lagi.
Makam Nut Nyak Din terdapat di pemakaman Gunung Puyuh Kota Sumedang. Media nisan ini terbuat dari yang diukir dengan ukiran-ukiran Aceh dan senjata dari Aceh: Rencong. Tulisan Arab yang terdapat pada makam ini adalah tulisan naskhi. Sebagaian tulisan berbahasa Arab Melayu tulisan Jawi.
Pada makam Cut Nyak Din ditemukan banyak inskripsi yang beragam, baik ayat Al-Qur’an dan tulisan-tulisan yang berbahasa Aceh. Begitu juga kapan beliau lahir dan kapan meninggal tercantum dalam nisan makam ini. Ayat-ayat Al-Qur’an yang ada pada makam nisan ini adalah Surah al-Fajr/89: 27-30, dan at-Taubah/9: 111.
Ayat dari surah al-Fajr tersebut menggambarkan bahwa almarhum Cut Nyak Din dapat mendapatkan posisi yang mulia di hadapan Allah swt. berkat perjuangannya melawan kolonialisme di Tanah Aceh dan Indonesia pada umumnya. Begitu juga surah at-Taubah ayat 111, menggambarkan bahwa Allah swt. akan membeli jiwa dan harta orang Islam yang berjihad di jalan Allah dengan balasan surga.
Diketahui bahwa Cut Nyak Din sebagai pahlawan putri Aceh dengan gigih memperjuangkan dan melawan penjajahan kolonialisme di bumi pertiwi Indonesia. Begitu juga tulisan-tulisan yang berbahasa Aceh yang ada pada makam Cut Nyak Din menggambarkan patriotisme seorang kemala Aceh. Puisi-puisi yang tertulis juga menunjukkan penghargaan yang tinggi diberikan kepada Cut Nyak Din sebagai pahlawan nasional.
*Tulisan ini adalah rangkuman dari diseminasi penelitian Masmedia Pinem yang diterbitkan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama tahun 2017.