Keluarga merupakan satu lembaga terpenting dalam proses pendidikan anak usia dini (PAUD). Ayah dan Ibu merupakan cerminan yang bisa dilihat dan ditiru oleh anak-anaknya dalam keluarga yang pertama dan utama.

Pada tahap tumbuh-kembang anak usia dini, anak-anak membutuhkan figur ayah dan ibu secara bersama, baik itu anak perempuan maupun anak laki-laki. Sayangnya, sosok ayah seringkali dinilai sebagai pengasuh kedua dalam dunia Pendidikan.

Hal ini disebabkan kondisi sosial Indonesia yang menempatkan seorang laki-laki sebagai pekerja di sektor publik dan wanita di sektor domestik, sehingga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penilaian masyarakat bahwa seorang ayah hanya berberkewajiban sebagai pencari nafkah.

Atas dasar ini, penulis tertarik untuk mendalami peran ayah dalam mendidik anak usia dini di era kenormalan baru.

Peran ayah dalam keluarganya tidak hanya sebatas pencari nafkah untuk pemenuhan kebutuhan fisik keluarga. Lebih dari itu, ayah juga mempunyai peran penting dalam pendidikan anak[1]anak. Besarnya peran ayah dalam mendidik anak-anak sama besarnya dengan peran ibu.

Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para akedemisi telah menunjukan bahwa peran ayah dalam dunia pendidikan telah memberi banyak dampak positif, seperti kontribusi terhadap perkembangan motorik, emosional, kognitif, sosial anak, dan meningkatkan prestasi akademik anak dan penyesuaian perilaku anak, serta berdampak positif pada harga diri anak ketika remaja.

Selain itu, keterlibatan ayah juga dapat mencegah perilaku seks pranikah, meskipun pengasuhan seksualitas yang dilakukan belum optimal.

Anak usia dini adalah individu yang berusia mulai dari 0-6 tahun yang sedang mengalami proses perkembangan dengan pesat. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan nilai agama dan moral, kemampuan fisik motorik, bahasa, sosial emosional dan seni.

Pada tahap ini orang tua harus mampu bersikap dengan cara berbicara kepada anak, menanyakan pendapat anak, menciptakan suasana yang berwarna-warni sehingga anak nyaman besamanya dan juga mengarahkan anak secara tidak langsung.

Arti penting pendidikan usia dini ini telah menjadi perhatian internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di Dakkar Senegal, telah menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua. Salah satu isinya menyatakan: memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung.

Rahman (2015) menyebutkan bahwa orangtua wajib memberikan pendidikan yang baik dan religius, serta melatih anak agar berperilaku yang baik dan sopan. Hal tersebut wajib diajarkan tanpa memandang jenis kelamin anak.

Lebih lanjut lagi, jenis pendidikan yang harus diberikan kepada anak untuk pertama kalinya adalah pendidikan agama, sebab orang tua memikul tanggung jawab besar untuk membentuk anak sesuai fitrahnya.

Ada beberapa kiat khusus yang harus dilakukan seorang ayah untuk mewujudkan pendidikan anak usia dini secara berkualitas. Pertama, memberikan keteladanan. Anak usia dini sangat sensitif terhadap rangsangan dari luar, maka perilaku dan sepak terjang seorang ayah sangat berpengaruh terhadap anak.

Sebab ayah dan ibu merupakan contoh pertama dan terdepan bagi anak, sehingga mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi anak. Oleh sebab itu, para ayah hendaknya selalu memperhatikan dan berhati-hati dalam berucap, bersikap, dan berperilaku dalam kesehariannya

Kedua, menyediakan wahana kreativitas bermain. Permainan merupakan alat belajar yang membantu percepatan proses pengenalan di mana hal tersebut sebagai langkah awal memperoleh ilmu pengetahuan.

Jika hal ini biasa dilakukan oleh para ayah maka akan terjalin kedekatan antara ayah dan anak. Selain itu, juga agar anak merasakan kasih sayang dan perhatian dari ayahnya.

Ketiga, mengaktifkan kekuatan doa. Berdoa merupakan salah satu ajaran Islam yang mengandung multi manfaat. Sehingga seorang ayah pun dituntut untuk selalu berdoa untuk anak-anaknya setiap saat dan di mana pun mereka berada. Mendoakan anak dengan hal-hal yang baik karena doa orangtua terhadap anak tidak ada pembatasnya.

Peran ayah sebagai kepala keluarga salah satunya adalah memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Namun hal tersebut bukan satu-satunya peran penting yang harus ayah laksanakan. Seorang ayah juga harus mampu menjadi guru dan teladan yang baik bagi anak-anaknya, serta mampu membimbing istri sehingga dapat membantunya dalam mendidik anak-anak.

Sebab, sebagai kepala keluarga, seorang ayah (suami) harus memastikan anggota keluarganya dapat hidup sejahtera, baik secara fisik maupun psikis serta di dunia maupun di akhirat. (AL)

 

Tulisan ini adalah rangkuman dari diseminasi penelitian Juju Saepudin yang diterbitkan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama Tahun 2020.

Ilustrasi: Edukasi Kompas

Leave a Response