Mengenal dan memahami Habib Ja’far bin Muhammad Al-Kaff tidak bisa lewat Fiqh al-Ahkam (syariat), tetapi dengan Fiqh al-Hikmah. Hal ini karena terkadang yang dilakukan oleh beliau di luar nalar manusia pada umumnya.
Suatu ketika beliau membuang-buang uang ke laut. Tumpukan uang dibuang begitu saja ke laut. Kemudian beliau ditanya kenapa uang segitu banyaknya di buang ke laut.
Dengan santainya beliau menjawab, “Nggo wong Aceh (untuk orang Aceh)”. Tak lama kemudian terjadi gempa dan tsunami di Aceh (Tahun 2004).
Seusai tragedi yang memilukan tersebut, Habib Ja’far masih terus membuang uang di laut. Beliau selalu menjawab untuk orang Aceh. Subhanallah.
Kita tidak pernah tahu, apa rahasia yang dilakukan oleh beliau tersebut. Hanya bisa pasrah dan menerima.
Suatu saat beliau membagi-bagikan uang. Tumpukan uang di dalam kantong beliau dibagikan begitu saha.
Semua orang yang berada di sekitarnya mendapat bagian. Bahkan, orang yang tidak kenal yang lewat di depan beliau pun mendapatkan bagian. Tidak pandang bulu. Mau muslim atau non muslim, semuanya diberi uang oleh Habib Ja’far saat itu.
Sambil berbisik beliau berkata, “Dunyo wes tak idak idak, Vel (Dunia sudah kuinjak-injak, Vel)’. Artinya, beliau sudah tidak memikirkan dunia sama sekali. Subhanallah.
Bahkan, menurut salah satu pendereknya (orang yang sering mengikuti), Habib Ja’far belanja parfum selama setahun habis 1,6 Miliar Rupiah. Bayangkan, uang segitu banyaknya hanya untuk beli parfum lalu dibagi-bagikan oleh beliau.
Alhamdulillah, kami pun mendapatkan parfum dari beliau. Harganya jutaan. Beliau tidak eman eman sama sekali. Uang tidak menjadi raja di hadapan beliau, akan tetapi harta menjadi budak beliau.
Inilah salah satu hikmah yang bisa diambil dari perjalanan hidup beliau. Jangan mau diperbudak oleh harta, tetapi perbudaklah harta tersebut. Sehingga engkau menjadi raja bagi hartamu dan engkau tidak menjadi budak bagi hartamu.
Ketika engkau menjadi raja bagi hartamu, maka engkau bisa menjadikan hartamu sebagai sarana untuk membantu orang lain dan mendapatkan keridhoan Allah SWT. Untuk Habibana Ja’far bin Muhammad Alkaf, Lahul Fatihah…
Demikian kisah yang ditulis oleh Habib Nauval Al-Muthohar Semarang, sebagaimana dikutip dari lama Facebook pribadinya.