Syeikh Siti Jenar—wali yang dikenal kontroversial dan juga paling tersohor setelah Sunan Kalijaga—demikian keramat dan sakti. Hal itu membuat wali-wali yang lain kecuali Sunan Kalijaga dapat diatasai dan dikalahkannya.
Disebutkan bahwa Syeikh Siti Jenar itu bisa masuk bumi waktu dikejar-kejar oleh Sunan Kalijaga untuk menangkapnya. Di bawah tanah yang gelap gulita serta sempit-sesak itu lantaran keramatnya Syeikh Siti Jenar menciptakannya menjadi terang benderang dan luas-lapang seluas alam semesta lengkap dengan langitnya yang cerah.
Untuk menandingi Syeikh Siti Jenar, maka Sunan Kalijaga mendatangkan mendung. Hujan dan topan badai yang amat dahsyat. Sehingga alam di bawah bumi laksana bongkah, kembali gelap gulita dan sesak sempit seperti sediakala. Bahkan lebih sempit dari yang semestinya. Itu terjadi lantaran kesaktian Sunan Kalijaga (Saksono, 1996).
Sunan Kalijaga, sebagai seorang sufi dan guru makrifat, diyakini oleh masyarakat Jawa pernah berguru kepada Nabi Khidir. Dijelaskan oleh Woro Aryandini (1996), bahwa Nabi Khidir memberi wejangan kepada Sunan Kalijaga di tengah lautan.
Bait berikut dikutip dari Chodjim (2004).
Pon nyata ananing Hyang Anèng Sih/ hening kasuciayaning Pengèran/ ana ngaku kang wruh mangkè/ laksananè tan utut/ rega sastra tan dèn gugoni/ anglalisi subrata/ kang sampun yekti wruh/ anangkreti punang raga/ paningalè dèn wong-wong rahina wengi/ tan pasung agulinga