IQRA.ID, Jakarta – KH Miftachul Akhyar terpilih menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat periode 2020-2025. Kiai Miftach secara resmi menggantikan KH Ma’ruf Amin berdasarkan hasil Musyawarah Nasional (Munas) X MUI yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (26/11) malam, seperti dilansir situs NU Online.
Kiai Miftach dalam pidato pertamanya usai terpilih mengajak seluruh pengurus MUI yang terpilih agar mampu memberikan pencerahan terhadap umat di tengah maraknya disrupsi teknologi saat ini.
“Situasi kondisi yang mungkin bisa disebut sebagai zaman disrupsi teknologi merupakan kewajiban kita sebagai pewaris para anbiya, untuk bisa memberikan pencerahan pada umat sekaligus tanggung jawab kita sebagai mitra pemerintah,” kata kiai yang juga Rais ‘Aam PBNU itu.
Sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, diharapkan MUI mampu memberi solusi dengan pelbagai kontribusinya bagi kehidupan dunia saat ini.
“Indonesia yang merupakan negara terbesar penduduk muslimnya, ini betul-betul bukan besar jumlahnya, tapi produknya yang saat ini dinantikan oleh bangsa di seluruh dunia saat ini,” kata Kiai Miftah yang juga sebagai Pengasuh Pesantren Miftachussunnah Surabaya itu.
Pengumuman hasil musyawarah tim formatur Munas ini dipimpin langsung oleh KH Ma’ruf Amin yang pada periode baru ini terpilih sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat.
Dalam menjalankan tugas ketua, KH Miftachul Akhyar didampingi Wakil Ketua Umum Anwar Abbas dan Sekretaris Jenderal Amirsyah Tambunan. Sementara Bendahara Umum diamanatkan pada Misbahul Ulum.
“Suasananya sangat cair, tidak alot, sehingga alhamdulillah pertemuan hasilkan keputusan Dewan Pengurus Harian dan Dewan Pertimbangan,” kata Kiai Ma’ruf pada momentum yang disiarkan langsung akun Youtube Official TV MUI, Jumat (27/11) dini hari.
KH Ma’ruf Amin mengibaratkan MUI seperti kereta api yang memiliki rel atau jalan dan memiliki rute serta tujuan yang jelas. Kereta ini juga memiliki stasiun dan banyak membawa gerbong. Gerbong ini menurut Kiai Ma’ruf merupakan cerminan beragam ormas dan kelembagaan Islam dalam MUI yang di dalamnya membawa banyak penumpang.
“Setiap orang yang berada di dalamnya harus ikut dengan masinis. Bersama-sama menuju tujuan yang sudah ditetapkan. Orang yang tidak sesuai dengan tujuan dan jalan yang harus dilalui, sebaiknya tidak naik kendaraan MUI. Sebaiknya dia menggunakan kendaraan lain saja yang lebih sesuai dengan selera dan keinginannya,” kata Kiai Ma’ruf. (Muhammad Faizin/Kendi Setiawan/mzn)