Kebencian musuh Islam kepada Nabi Muhammad Saw. tidaklah terbatas ketika beliau masih hidup, tetapi berlanjut sampai beliau wafat sekalipun. Bahkan setelah beliau dimakamkan pun tidak lepas dari upaya pembongkaran dan pencurian jasad beliau untuk maksud-maksud jahat dan tidak terpuji.

Upaya-upaya pencurian jasad Nabi Muhammad Saw. dari makamnya untuk dipindahkan ke tempat lain sudah berkali-kali dilakukan orang, namun semuanya menemui kegagalan. Di antara peristiwanya telah terjadi pada tahun 557 H/1163 M. Kisah ini dideskripsikan secara apik dalam kitab “Fushul min Tarikh al-Madinah al-Munawwarah” karya Syekh Ali Hafizh.

Pada masa itu Sultan Nuruddin Mahmud Zinki menguasai Mesir, Syam, dan Jazirah Arabiyah serta terkenal sebagai raja yang saleh dan sangat memperhatikan Islam. Suatu malam ketika ia tidur di istananya yang berada di Damaskus, ia bermimpi bertemu Nabi Muhammad Saw. sedang menudingkan tangan ke arah dua orang berwajah Eropa seraya bersabda, “Hai Mahmud, tolonglah aku dari kedua orang ini.”

Kemudian ia bangun dan tertegun kaget, lalu berwudhu dan shalat dua rakaat kemudian tidur lagi. Ketika sudah tertidur ia bermimpi seperti tadi, kemudian bangun, mengambil air wudhu, shalat dan tidur lagi. Lalu untuk ketiga kalinya ia bermimpi yang sama dengan sebelumnya.

Tanpa menunggu pagi, saat itu juga ia memanggil menterinya yang paling saleh dan taat beribadah yang bernama Jamaluddin al-Mushili. Setelah Sultan Nuruddin Mahmud Zinki menceritakan semua yang ia alami, Jamaluddin al-Mushili dengan hati-hati berkata, “Pasti akan terjadi sesuatu yang negatif di Madinah. Sekarang juga kita ke sana dan harus kita rahasiakan apa yang Sultan alami.”

Malam berikutnya, Sultan, menteri dan rombongan berangkat ke Madinah dengan membawa harta dan uang yang sangat banyak agar cukup untuk dibagikan kepada seluruh penduduk Madinah.

Sesampainya di Madinah, Sultan langsung menuju Raudhah dan berziarah ke makam Rasulullah Saw. lalu duduk termenung, bingung dan tidak tahu apa yang mesti diperbuatnya. Berkatalah Menteri kepada Sultan, “Dapatkah paduka memastikan kedua orang itu kalau sekarang paduka melihat mereka?”. “Ya, pasti!”, jawab Sultan.

Sang Menteri langsung berdiri dan mengumumkan agar semua penduduk Madinah datang ke Masjid Nabawi karena Sultan akan membagikan hadiah dan sedekah, jangan sampai ada yang ketinggalan.

Lalu satu persatu penduduk Madinah datang dan dicatat di hadapan Sultan, namun sampai dengan orang terakhir, ternyata Sultan tidak juga melihat wajah kedua orang yang terlihat dalam mimpinya.

Kemudian Sultan berkata, “Masih adakah yang lain?”

Penduduk Madinah menjawab, “Memang masih ada yaitu dua orang jamaah haji dari Maroko yang bermukim di sini. Mereka orang-orang yang saleh dan kaya, sering membagikan sedekah dan selalu shalat berjamaah. Mereka merasa sudah cukup dan tidak perlu mengambil sedekah atau hadiah.”

Sultan memerintahkan para penduduk, “Datangkan mereka berdua ke sini sekarang juga!”.

Ketika keduanya telah didatangkan ke hadapan Sultan, terkejutlah dia karena melihat kedua orang itu sama persis dengan yang dia lihat di dalam mimpinya, lantas Sultan bertanya, “Dari mana asal kalian?”.

Mereka menjawab, “Kami berdua dari Maroko, kami beribadah haji lalu ingin bermukim di dekat makam Nabi Muhammad selama satu tahun.”

“Apakah keterangan kalian dapat aku percayai?”, desak Sultan agar mereka mengakui hal yang sebenarnya. Tapi tetap saja mereka bersikeras pada keterangan yang mereka berikan dan tidak mau mengakui dengan jujur apa yang sebenarnya mereka kerjakan.

Maka Sultan mendatangi rumah yang mereka sewa (rumah dekat makam Nabi dari arah kiblat) dan masuk ke kamar tempat mereka tidur. Di situ terdapat harta dan uang yang sangat banyak serta beberapa kitab juga al-Qur’an.

Ketika hampir selesai melakukan pemeriksaan semua bagian yang ada di dalam kamar dan rumah itu, tiba-tiba Sultan sendiri tergerak hatinya untuk menyingkap penutup lantai kamar itu yang ditutupi karpet.

Ternyata di bawahnya ada papan, ketika papan itu diangkat ternyata terdapat lubang bawah tanah. Semua orang yang melihatnya merasa terkejut dan Sultan memerintahkan tentaranya untuk turun masuk ke lubang itu.

Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah ternyata lubang itu adalah sebuah terowongan yang menuju ke arah Masjid Nabawi dan sudah menembus tembok masjid, hampir sampai ke tembok makam Nabi Saw. Dengan penuh murka Sultan memukul kedua orang itu dan menyuruh mereka untuk mengakui segala perbuatannya.

Akhirnya mereka mengakui bahwa: Mereka adalah dua orang yang beragama Kristen dari Spanyol, datang ke Madinah dengan menyamar sebagai jamaah haji dari Maroko. Kedatangan mereka dalam melaksanakan tugas suci dari Liga Kristen Internasional untuk mencuri jasad Nabi Muhammad Saw. dan membawanya ke Eropa.

Dengan diam-diam mereka menggali terowongan dan membuang tanah galian ke Pemakaman Baqi’ setiap malam, serta mereka penuh optimis akan berhasil mengambil jasad Nabi Muhammad Saw. Semua biaya ditanggung oleh Liga Kristen Internasional.

Setelah mengakui semua perbuatannya, akhirnya mereka dihukum mati dengan cara dipenggal lehernya di sebelah Timur makam Rasulullah Saw. dengan disaksikan oleh seluruh penduduk kota Madinah.

Karena diilhami oleh peristiwa itu, Sultan Nuruddin Mahmud Zinki menginstruksikan agar bangunan makam Nabi Muhammad Saw. diperkokoh dengan menggali di sekelilingnya sedalam 15 meter lalu dicor dengan timah, sehingga tidak terjadi lagi upaya-upaya untuk membongkar makam Nabi Muhammad Saw. secara sembunyi-sembunyi oleh tangan-tangan jahil.

Sampai hari ini, tembok yang terbuat dari bahan besi dan timah itu masih tetap berfungsi mengamankan makam Rasulullah Saw. Wallahu A’lam

 

Leave a Response