[1]
jam berapa sekarang
apakah arlojiku mati
mengapa jarum panjang dan pendeknya
berdetak sungsang
kubuka jendela
hari begitu gelap
kapan waktu mulai naik perlahan pagi
aku ingin bergegas menyaksikan embun meluruh
membiarkan tubuhku diseka terik matahari
sebab sudah terlalu lama
aku tersekap dalam labirin karantina ini
[2]
aku merindu
hari kemarin yang tenang
tanpa horor dan teror
di bahu waktu
aku merindu
melela di keramaian pasar
di bawah langit luas
mengakrabi cafe cafe
menyesap aroma kopi
dengan debar tak teraba
;kini hatiku seperti rumah tak bertuan
[3]
kota-kota mati
tak ada klakson bergema di jalanan
tak ada musik menghentak di lantai eorobic
tak ada kicau burung
mampir di remah senja
tak ada hilir mudik orang orang
ada cuma sepi belaka
kantor-kantor, pasar, hotel, pantai, bukit, sekolah
bahkan rumah Tuhan
ada Cuma sepi belaka
di labirin karantina ini
yang kusebut altar paling aman
bersimpuh aku dalam lirih doa
di Mihrab-Nya
kubaca lagi rahasia alam ini
seperti sebuah penanda
seperti nubuat yang tak pernah terucapkan
Mei 2020