Sehari-hari, para penambang anggota Koperasi Pesantren Al-Ishlah itu memecah bebatuan di sebuah gunung di Desa Bobos, Kecamatan Dukuhpuntang, Cirebon, Jawa Barat. Mereka menggunakan alat tradisional berupa palu godam untuk memperoleh batuan alam. Batubatu ini memiliki nilai ekonomi tinggi.

Bebatuan tersebut bisa diolah menjadi Feldspar (pelebur/perekat pada industri keramik, dan gelas), Kaolin (Filer dalam industri cat, ban, kertas dan farmasi), Whisper untuk olahan semen, hingga diolah menjadi porselin dan keramik.

Penambangan batu alam menjadi usaha pokok Koperasi Pesantren (Kopontren) Al-Ishlah. Salah satu badan usaha pesantren tertua di Cirebon. Koperasi sudah memegang lisensi sebagai pengelola Galian C di Gunung Kuda sejak 1990. Tidak heran jika kopontren memilih batu alam sebagai bisnis mereka.

Lingkup penambangan Kopontren Al-Ishlah ada di tiga desa yakni Desa Bobos, Lengkong, dan Cipanas. Kualitas batu alam asal Bobos tak hanya diminati di dalam negeri namun juga mancanegara. olahan batu alam putih khas Desa Bobos cukup diminati pasar Malaysia.

Sedangkan untuk batu kuningan desain minimalis permintaan cukup tinggi datang dari Eropa dan Jepang. Produk yang mereka sukai adalah Sand Stone, Lime Stone, Rastic Lading, dan Handycraft Stone. Sedangkan konsumen dalam negeri berasal dari Bandung, Batam, Bali, Cirebon, Jakarta, Lampung, Medan dan Surabaya. Produk yang diminati adalah jenis Batu Ukir, Ornamen dan Batu Ukur.

Menjadi “BUMN” Pesantren

Asal mula pengembangan ekonomi pesantren Al-Ishlah diinisiasi beberapa tokoh. Di antaranya Bapak H. Mahfudz, Bapak Tarma Salamiharja (alm.), dan Syamsuri WS. Pada tahun 90-an, mereka mendirikan sebuah Warung Serba Ada (Waserda) pesantren. Waserda itu mengalami perkembangan cukup baik dalam mengembangkan potensi ekonomi internal pesantren. Pendirian koperasi juga didasarkan pada potensi alam di lingkungan Bobos yang kaya hasil tambang, serta masyarakat sekitar yang telah lama menjadi pengrajin batu alam.

Bidang usaha yang dijalankan kopontren adalah penambangan batu alam, felspar, tanah urug, atras. Sementara usaha-usaha lain adalah Unit Simpan Pinjam Swamitra, Unit Jasa Keuangan Syariah, Unit Minimarket Smescomart, Unit Alfamart, Unit Warnet, ATK dan Fotokopi. Kopontren Al-Ishlah pun menyusun visinya yakni potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia sebagai sektor yang terpadu sepenuhnya dalam proses pemberdayaan dan pembangunan ekonomi umat.

Keanggotaan Koperasi

Anggota koperasi adalah pemilik dan pengguna jasa koperasi. Perkembangan jumlah anggota Kopontren Al-Ishlah mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika keanggotaannya pada tahun buku 2015 jumlah anggota mencatat rekor terbanyak yakni 1.493 orang. Karakteristik anggota kopontren berasal dari berbagai profesi yang beragam. Mereka terdiri dari karyawan, guru/ tenaga pengajar, kiai/sesepuh, wiraswasta, pedagang, pegawai negeri sipil (PNS), ibu rumah tangga, jasa angkutan/ ojek, dan lain-lain.

Kontribusi Kopontren dalam Pendidikan

Keberadaan kopontren sebagai badan usaha yayasan, memberikan kontribusi bagi pendidikan yang dikelola yayasan seluruhnya. Pada akhir tahun 2016, kontribusinya mencapai Rp 1,6 miliar. Kontribusi tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang berkisar Rp 1,2 miliar. Dana terbesar berasal dari unit galian C. Dana kontribusi kopontren kepada yayasan selanjutnya didistribusikan untuk kegiatan-kegiatan yayasan seperti lembaga pendidikan dan sosial.

Melihat kinerja Kopontren Al-Ishlah yang sangat positif terhadap pergerakan ekonomi pun mengundang decak kagum pihak luar. Bukti itu dapat terlihat dari beberapa piagam penghargaan yang pernah diraihnya. Pada 1997, misalnya, menerima piagam penghargaan, The International Cooperative and small Enterprise Exhibition, tahun berikutnya mengantongi predikat kopontren terbaik tingkat Jawa Barat, sejak 1993-1999 selalu menjadi koperasi kelas A (sangat baik).

Meneropong Potensi Pesantren

Pesantren merupakan institusi pendidikan yang pada awal pendiriannya diorientasikan pada penguasaan pendidikan agama Islam atau tafaqquh fiddin. Keberadaan pondok pesantren masih tetap eksis di tengah masyarakat. Di antaranya faktor adanya kemandirian pesantren.

Secara umum terdapat tiga potensi ekonomi yang bisa dikembangkan di pondok pesantren. Pertama adalah potensi internal dari santri; kedua potensi masyarakat sekitar pesantren, dan ketiga potensi zakat, infak, serta wakaf umat. Ketiganya harus diolah dan diberdayakan oleh pesantren.

Untuk meningkatkan kemandirian ekonomi Pesantren Al-Ishlah, dan umumnya pesantren perlu kiranya:

Pertama, memberikan materi kurikulum dan praktek kewirausahaan bagi para santri yang diharakan nantinya dapat menjadi bekal hidup setelah lulus, dari pesantren dan terjun mengabdi di tengah masyarakat.

Kedua, menjadikan pesantren sebagai pusat gerakan dan keunggulan umat terutama dalam pendidikan dan dakwah, karenanya pesantren harus kuat dan mandiri secara kelembagaan dan ekonomi.

Ketiga, memaksimalkan potensi ekonomi santri, potensi ekonomi sekitar pesantren, dan potensi zakat dan wakaf umat. (RMF)

 

Tulisan ini adalah rangkuman dari diseminasi penelitian Ta’rif yang diterbitkan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama tahun 2017.

Leave a Response